
__ADS_3
Rania tak menyurutkan senyumannya selama berada dalam perjalan menuju mansion Gerry. Hatinya sungguh merasa senang karena sebentar lagi ia akan berjumpa dengan sahabatnya dan bayi kecilnya yang sudah dirindukannya.
"Apa kau begitu senangnya akan berjumpa dengan Rey?" Tanya William dengan pandangan yang masih fokus pada jalanan.
Rania dengan cepat mengangguk. "Tentu saja. Selain bertemu dengan Rey, aku juga akan berjumpa denga sahabatku." Ucapnya begitu senang.
William menarik bibirnya ke samping. Membahagiakan istrinya tidak sesulit yang ia bayangkan sebelumnya. "Jika ada waku luang lagi, aku akan sering mengajakmu mengunjungi Kyara dan Rey."
"Kau serius?" Rania memiringkan tubuhnya menatap pada William dengan mata berbinar.
William mengangguk.
"Terimakasih..." Ucap Rania tanpa sadar memegang pergelangan tangan Gerry begitu kuat.
"Agh, maaf." Lirihnya setelah menyadari kekhilafannya.
"Tak masalah. Kau adalah istriku. Kau bahkan bisa bebas menyentuh seluruh bagian tubuhku yang lainnya." Ucap William dengan nada menggoda.
Rania memalingkan wajahnya yang memerah. Mobil pun terus melaju membelah keramaian ibukota di malam hari. Hingga beberapa menit berlalu, akhirnya mobil pun sudah sampai di depan mansion keluarga Bagaskara.
"Ayo turun." Ajak William membukakan pintu Rania.
"Eh, aku bisa membukanya sendiri." Ucapnya begitu sungkan. Rania pun segera keluar dari dalam mobil.
"Rania..." Kyara yang sedang berusaha mengajak Rey yang sedang bermain untuk tidur itu memancarkan aura bahagianya saat melihat sahabat baiknya datang berkunjung ke mansion suaminya.
"Kyara..." Rania pun berjalan dengan tergesa-gesa meninggalkan William menuju ke arah Kyara. "Aku sangat merindukanmu dan Rey." Ucapnya memeluk tubuh Kyara dan Baby Rey secara bersamaan.
__ADS_1
"Aku juga sangat merindukanmu..." Balas Kyara seraya melebarkan senyumannya.
"Kenapa anak ganteng Tante belum tidur?" Tanya Rania sambil mencium gemas pipi Baby Rey.
"Susah banget tidurnya akhir-akhir ini." Keluh Kyara menjawab pertanyaan Rania.
"Loh, kenapa?" Tanya Rania mendaratkan bokongnya di kursi yang bersebelahan dengan Kyara.
"Lagi manja kayaknya nih. Suka nempel sama Papahnya terus." Ucap Kyara mengelus kepala putranya.
"Kangen mungkin karna Papanya kerja terus." Ucap Rania menatap pada Gerry yang sedang berbincang dengan William.
"Sepertinya sih begitu. Akhir-akhir ini Gerry memang sibuk mengurus kerja sama barunya dengan beberapa perusahaan." Terang Kyara.
"Apa Pak Gerry tidak apa-apa jika terlalu banyak bekerja?" Tanya Rania mengingat Gerry yang baru beberapa bulan keluar dari rumah sakit.
Puk
Kyara menepuk bokong Baby Rey saat merasa putranya sudah mulai mengantuk.
"Kenapa kau tampan sekali sih bayi kecil?" Tanya Rania merasa gemas. "Alisnya sudah kelihatan lebat sekali. Hidungnya juga mancung. Dan bibirnya ini sangat seksi." Ucap Rania menyentuh bagian tubuh Baby Rey yang disebutkannya.
"Dan semua ini mirip sekali dengan wajah Papanya." Ucap Rania kemudian.
"Dia sama sekali tidak memberikan jatah untuk bagianku." Rungut Kyara namun tetap tersenyum.
William dan Gerry pun bergabung bersama mereka.
__ADS_1
"Bolehkah aku membawa bayi ini untuk pulang bersamaku?" Ucap Rania merasa gemas.
"Tentu saja tidak boleh. Kau kan bisa memiliki bayi sendiri bersama William." Timpal Gerry. "Bukan begitu, William?" Tanya Gerry dengan menarik sebelah sudut bibirnya.
"Ya. Tentu saja." Ucap William dengan yakin.
Bagaimana aku bisa memiliki seorang bayi dengannya? Sedangkan dia saja tidak pernah menyentuhku ataupun sekedar meminta haknya. Batin Rania merasa miris.
***
^^^Mau lanjut lagi? Kencengin komen dan votenya yuk!^^^
^^^Sambil menunggu cerita Kyara update, kalian bisa mampir di dua novel aku yang lainnya, ya.^^^
^^^- Serpihan Cinta Nauvara (End)^^^
^^^- Oh My Introvert Husband (On Going)^^^
^^^Jangan lupa beri dukungan dengan cara^^^
^^^Like^^^
^^^Komen^^^
^^^Vote^^^
^^^Agar author lebih semangat untuk lanjutin ceritanya, ya...^^^
__ADS_1
__ADS_2