Hanya Sekedar Menikahi

Hanya Sekedar Menikahi
Aku sudah lama bersamanya


__ADS_3

"Rania... apa benar kau ingin berhenti bekerja mulai hari ini?" Tanya Deby merasa sedih dengan keputusan rekan kerjanya.


Rania mengangguk membenarkan. "Tidak perlu sedih begitu. Kita bisa berjumpa kapan pun kau mau." Rania memeluk Deby barang sejenak.


"Huft. Aku pasti sangat merindukanmu." Keluh Deby.


Rania tersenyum. "Aku pun pasti begitu." Mereka pun kembali berpelukan.


Hari itu, dengan dibantu oleh Deby, Rania pun mulai membereskan barang-barangnya selama ia bekerja. Selama membereskan barang-barangnya, Rania nampak sesekali menarik nafas berat. Bekerja di perusahaan besar seperti perusahaan Wilson bukanlah hal yang berani ia impikan. Namun Sean dengan berbesar hati untuk memintanya bekerja bahkan sampai ia bisa bekerja menjadi seorang sekretaris yang baik hingga sampai hari ini tiba.


"Rania... kau menangis?" Deby yang sedang memasukkan buku Rania ke dalam kardus menghentikan kegiatannya saat melihat Rania mengusap wajahnya. "Kau benar-benar menangis?" Tanya Deby lagi saat melihat wajah Rania yang basah.


"Aku hanya sedih karena mulai besok aku tidak akan mendengarkan suara cemprengmu lagi." Seloroh Rania mengalihkan rasa sedihnya.


"Ihh... kau ini..." Deby menepuk lengan Rania pelan. "Aku tahu kau pasti bersedih. Begitu pula denganku." Tebak Deby.


Rania tersenyum kaku. "Sepertinya siang ini aku perlu menghabiskan banyak makanan denganmu di restoran langganan kita." Usul Rania.


"Wah... ide yang menarik. Aku setuju!" Deby nampak bersemangat. "Tapi kau yang bayar!" Selorohnya kemudian.


Rania mengangguk menyetujui. "Tenang saja..." balasnya tersenyum jenaka.


*

__ADS_1


Setelah makan siang bersama Deby sesuai rencana mereka tadi pagi, akhirnya siang itu William pun datang menjemput Rania dengan disopiri oleh Steve.


"Sayang... apa sudah selesai?" Tanya William saat Rania sudah berada di depan mobilnya.


"Sudah... Deby sudah kembali ke perusahaan." Balas Rania dengan sendu.


"Apa kau bersedih, hem?" Tanya William sambil mengelus rambut istrinya.


"Tentu saja. Aku cukup lama bekerja di sana. Dan aku sungguh sedih karena tidak lagi bertemu dengan Deby setiap harinya." Keluh Rania.


"Apa kau menyesal berhenti bekerja, hem?"


Rania menggeleng. "Aku bersedih bukan berarti aku menyesal. Jika aku bersedih itu hal yang wajar bukan?" Tanya Rania yang diangguki oleh William.


"Kau jangan bersedih lagi. Siang ini aku akan membawamu ke perusahaanku. Dan jika kau mau, setiap hari aku akan membawamu ke perusahaanku agar kau kembali merasakan namanya pergi ke perusahaan walau pun tidak bekerja." Saran William.


William tersenyum karenanya. "Baiklah. Ayo masuk! Karena aku masih ada pertemuan satu jam lagi." Ajaknya yang diangguki oleh Rania.


*


Tap


Tap

__ADS_1


Tap


Suara langkah kaki yang mengarah ke meja kerjanya membuat seorang wanita berpakaian seksi itu menghentikan kegiatannya yang sedang mengetikkan sesuatu di layar komputernya.


"Tuan William, anda sudah kem—" Ucapannya melayang begitu saja di udara saat melihat sosok yang kini berada di belakang William.


"Citra, apa kau sudah mempersiapkan berkas yang aku minta?" Tanya William tanpa memperdulikaan sapaan sekretarisnya tadi.


Citra mengangguk. "Semuanya sudah ada di meja anda, Tuan." Balasnya dengan nada berbeda.


William mengangguk lalu membawa istrinya masuk ke dalam ruangannya. Sebelum benar-benar masuk ke dalam ruangan suaminya, Rania menyempatkan menatap sekretaris suaminya dengan tatapan penuh kritik.


Aku bisa menangkap dia bukanlah wanita yang baik. Batin Ibu hamil sensitif itu.


"Siapa wanita tadi? Kenapa aku baru melihatnya?" Tanya Rania pada William setelah mereka masuk ke dalam ruangan William.


***


Komen, vote dan like dulu baru lanjut deh😌


Sambil menunggu cerita HSM update, kalian bisa mampir ke novel aku yang lainnya, ya☺


- Dia Anakku, Bukan Adikku (On Going)

__ADS_1


- Serpihan Cinta Nauvara (End)


- Oh My Introvert Husband (End)


__ADS_2