
__ADS_3
Butir-butir keringat nampak membasahi wajah Rania yang kini terlihat terkulai lemas setelah pertempurannya dan Wiliam yang berlangsung cukup lama. Rania menyingkirkan tangan William yang kini tengah memeluk erat tubuhnya.
"Minggirlah. Aku masih marah kepadamu!" Cetusnya lalu memiringkan tubuhnya membelakangi William.
"Maafkan aku... tapi aku tidak tahu semua ini akan terjadi." Sesal William.
"Ini semu terjadi karen kau terlalu mengambil kesimpulan sepele atas apa yang aku ucapkan tempo hari." Rania yang masih merasa marah pun tetap pada posisinya membelakangi William.
William menghela nafas berat. "Ini semua memang salahku. Tapi aku janji tidak akan ada lagi kejadian ini untuk hari-hari berikutnya."
"Tidak perlu berjanji jika kau tetap mengingkarinya. Lebih baik kau buktikan saja jika perkataanmu itu dapat di percaya."
"Aku akan mengusahakannya semampuku." Balas William yang sudah tak ingin berjanji.
Rania hanya diam. Ia lebih memilih memejamkan kedua kelopak matanya karena tubuhnya sudah sangat lelah dan mengantuk.
*
__ADS_1
Kejadian yang terjadi di perusahaan William beberapa hari yang lalu itu pun akhirnya sampai di telinga Gerry dan Dika. Tak ingin menunda waktu untuk mempertanyakan kejadian yang sebenarnya pada William, siang itu mereka pun berangkat menuju perusahaan William.
"Bagaimana kau bisa begitu bodoh membiarkan wanita itu bertindak di luar batas William!" Cecar Gerry yang merasa berang setelah mendengar kejadian yang sebenarnya dari mulut William.
"Aku juga tidak menyangka jika Citra berani melakukan hal kotor seperti itu." William memijit pelipisnya. Kepalanya sudah sangat berat dengan permasalahan yang tengah ia alami. Karena kejadian itu pula sampai saat ini Rania masih marah kepadanya bahkan tak lagi mengantarkan makan siang untuknya seperti biasanya.
"Bukankah sudah aku katakan agar kau bergerak dengan cepat. Tapi kenapa sampai saat itu Citra masih belum juga keluar dari perusahaanmu?" Cecar Gerry lagi.
"Aku berencana memindahkannya pada minggu ini." Balas William apa adanya.
"Ck. Itulah akibatnya jika kau terlalu lama berpikir." Sembur Gerry.
"Jadi bagaimana keadaan Rania saat ini? Apa dia baik-baik saja?" Tanya Dika yang sejak tadi diam.
"Ya. Rania baik-baik saja. Tapi dia mendiamkanku bahkan tak lagi mengantarkan makan siang untukku. Rania lebih memilih menyuruh sopir mengantarkan makan siang untukku." Keluh William merasa sedih.
"Untung saja kau hanya didiamkan dan tidak ditinggalkan olehnya. Kau bisa membayangkan bukan jika Rania kembali pergi sambil membawa anakmu bersamanya?" Ucap Dika yang turut merasa geram dengan tingkah William.
__ADS_1
"Aku tidak akan membiarkannya! Bahkan aku akan menggagalkan niatnya jika sampai itu terjadi!" Ucap William dengan tegas. Namun hatinya merasa takut jika ucapan Dika ada benarnya.
Kepala Dika menggeleng. "Kau cukup bersyukur karena kejadian itu tidak berefek buruk pada janin Rania." Ucap Dika.
"Aku bersyukur dengan itu. Jika sampai Rania kembali masuk ke rumah sakit dan bayi kami kenapa-napa, aku sungguh tidak bisa memaafkan diriku sendiri." Wajah William terlihat sangat bersalah saat mengatakannya.
"Lalu apa yang ingin kau lakukan saat ini?" tanya Gerry kembali angkat suara.
"Untuk saat ini aku sudah berencana untuk mengajak Rania liburan ke luar negeri untuk babmoon. Semoga saja dengan itu pikiran Rania kembali tenang dan dapat menyenangkan hatinya."
"Kemana kau akan pergi?" Tanya Dika.
"Aku akan mengajak Rania pergi ke London. Sekaligus aku ingin melihat keadan Bianca dan Cilla di sana."
***
Lanjut lagi?
__ADS_1
Komen dulu yuk😊
__ADS_2