Jansen Scott, Menantu Terbaik

Jansen Scott, Menantu Terbaik
Bab. 1068. Aku Bisa Seni Bela Diri!


__ADS_3

"Dua ratus tujuh puluh ribu?"


Raut wajah para polisi itu berubah. Ini bukanlah jumlah yang kecil.


"Kak Roger!"


Raut wajah Widya berubah, sepertinya dia tidak melihat Jansen mencuri apa pun!


Yang lainnya pun satu persatu setuju dan menunjuk Jansen.


Terutama Aldi, dia berdiri dan senang melihat Jansen dituduh seperti itu.


Dua ratus tujuh puluh ribu, gaji orang ini selama setahun. Cukup untuk menangkap dan mengurungnya di penjara.


Bahkan, orang ini mungkin tidak memiliki penghasilan Dua ratus tujuh puluh ribu dalam setahun.


"Di mana kartu identitasmu?"


Polisi itu segera bertanya pada Jansen sambil memandangnya.


Jansen tidak mengatakan apa pun. Dia mengeluarkan kartu identitasnya dan menyerahkannya.


Polisi itu melihat sekilas kartu identitasnya kemudian melihat penampilan Jansen. Tiba-tiba, raut wajahnya berubah drastis dan dia berbicara dengan sopan, "Ternyata Pak Jansen, Ini adalah kesalahpahaman. Semuanya kembali!"


"Apa?"


Aldi dan yang lainnya terbelalak. Apa-apaan ini!


Wajah Roger juga tenggelam. Jam tangannya hilang, namun polisi tiba-tiba menyuruh semuanya kembali?


"Apa kalian punya bukti untuk membuktikannya?"


Polisi itu bertanya sambil memandang Roger.


"Kami adalah saksi!" Roger mengerutkan keningnya.


"Kesaksian kalian tidak cukup kuat. Kalau ada rekaman video, maka kita bisa menangkapnya. Kalau tidak ada, maka lupakan saja. Selain itu, tanpa adanya bukti, orang lain dapat menuntut kalian atas pencemaran nama baik!"


Polisi memperingatkan mereka dengan suara dingin. Selesai berbicara, polisi tersebut pergi bersama rekan-rekannya.


Roger dan yang lainnya merasa seperti ditampar.


Biasanya, taktik fitnah mereka biasanya berguna, dan setiap saat selalu berhasil. Mengapa kali ini gagal?


Saat ini mereka tidak melihatnya. Setelah masuk ke dalam mobil polisi, beberapa polisi berbincang.


"Orang ini adalah orang yang diperhatikan oleh para petinggi dan kita diminta untuk mengurusnya!"


"Apa? Petinggi?"


"keluarga terkaya, yaitu keluarga Lankester. Selain itu keluarga Lankester sudah mengingatkan kita bahwa Jansen adalah dokter terkenal di Ibu kota dan juga seorang anggota pasukan khusus!"


"Ternyata seperti itu!"


Sebenarnya mereka tahu, meski tanpa diingatkan oleh keluarga Lankester, dengan status Jansen sebagai dokter terkenal di Ibu kota, dia tidak mungkin mencuri jam tangan anak itu.


Mobil polisi dengan cepat pergi, meninggalkan Roger dan yang lainnya memelototi Jansen.


Akan tetapi wajah Jansen tetap tenang, dia memandang Roger dan yang lainnya seperti sedang melihat beberapa kecoak kecil.

__ADS_1


Ekspresinya ini tentu saja membuat Roger makin kesal.


Saat ini, petugas keamanan dan dekan dengan orang-orang lainnya berlari menghampiri.


"Pak, orang ini penipu, dia mencoba masuk ke kampus!"


Melihat dosennya datang, Seira dengan cepat menjadi yang pertama untuk mengadukan Jansen.


"Pak Jansen ternyata sudah datang, Selamat datang, selamat datang!"


Seorang pria tua berambut putih datang berlari. Dekan tersebut tiba-tiba menjabat tangan Jansen.


"Menunggu Pak Jansen adalah suatu kehormatan, kami sudah menunggu selama lebih dari setengah hari!"


"Pak Jansen telah lulus dari sekolah bergengsi. Anda dapat memberikan kuliah di universitas kami adalah suatu kehormatan bagi universitas kami!"


Para dosen sama sekali tidak memperhatikan Seira dan yang lainnya, tapi mereka justru bersikap sangat antusias dan sopan pada Jansen.


Seira dan yang lainnya kembali tercengang.


Biarlah jika polisi sopan padanya, tapi mengapa bahkan para dosen pun bersikap sopan!


Jansen memandang aneh para dosen dan tiba-tiba mengerti.


Sepertinya Tuan Muda Charlie telah menyiapkannya dengan baik!


Seperti ini juga bagus, sehingga dirinya tidak perlu membuang-buang waktu.


"Kalian semua amat sopan, saya hanya ingin mengajarkan anak-anak ini beberapa pengetahuan medis. Suatu kehormatan bagiku bisa memberikan kuliah di Universitas Alerka," ucap Jansen sopan.


"Pak Jansen, tolong ikuti saya!"


Widya dan yang lainnya makin tercengang, terutama Seira. Bukankah orang ini penipu? Jangan-jangan para dosen juga telah ditipu olehnya?


Setelah Jansen melalui prosedur, dia pun dijadwalkan untuk memberikan kuliah di Kelas 305.


Meskipun dia tidak tahu apa itu Kelas 305, tapi dia menduga Tuan Muda Charlie lah yang telah mengatur untuknya.


Pada saat ini di Kelas 305 terdengar berbagai seruan


"Pak Jansen ini sangat hebat, hanya dengan satu tangan dia dapat mengangkat orang tinggi dan besar itu? Itu pasti sihir!"


"Sihir apanya, aku melihat dengan mata kepalaku sendiri!"


"Ya, selain itu dia cukup tampan. Aku pikir semua pengajar adalah orang tua berjanggut putih!"


Tidak sedikit mahasiswa yang melihat kejadian di depan pintu masuk tadi, sehingga semangat dan kejujuran dalam perkataan mereka dapat dibenarkan.


"Kalian jangan tertipu olehnya, dia adalah seorang penipu!"


Seira tidak dapat menerimanya dan berkata dengan kesal, "Dia juga tampan? Dia jelas seorang om-om. Biar kuberi tahu kalian, saat di kereta dia hampir menipu sepasang suami-istri. Entah rumput busuk apa yang dia bawa untuk menyembuhkan penyakit orang lain!"


"Ah sangat tidak benar, kata-kata Seira tidak layak untuk dipercaya. Kita harus bertanya pada Widya!"


Kelas 305 adalah kelas sastra dan seni. Dari seluruh kelas, hanya terdapat lima mahasiswa laki-laki, Ketua kelasnya adalah Widya.


Kemudian, pintu kelas dimasuki oleh seseorang, dia adalah Jansen.


"Pak Jansen sudah datang!"

__ADS_1


Seseorang berteriak dan seluruh kelas langsung terdiam.


Widya dan Seira sama-sama mengerutkan kening dan menatap Jansen. tatapan mata mereka seolah ingin menembus Jansen.


Akhirnya sekarang, kalau Jansen tidak memiliki rencana untuk mereka, pastinya ini salah!


Hanya saja, apa yang akhirnya akan dilakukan Jansen?


Selain itu, dia ini dosen sungguhan atau bukan?


"Sebenarnya, aku dulu memberikan kuliah di Universitas Asmenia, tapi tidak banyak!"


Setelah Jansen tiba di podium, dia tersenyum tipis dan berkata, "Jadi, aku tidak menganggap diriku memiliki banyak pengalaman dalam memberi kuliah, ditambah kalian semua adalah orang pintar, jadi mari kita langsung ke intinya!"


"Pak, apa yang langsung ke intinya!"


Seorang mahasiswa laki-laki berteriak dengan tidak antusias. Dia terlihat malas.


Orang ini bernama Tobi. Dia adalah eksistensi paling populer di kelas. Dia tinggi, jago olahraga dan cukup memesona.


Awalnya, dia tidak memiliki banyak pendapat tentang dosen baru itu. Akan tetapi, ketika dia melihat dosen itu datang, di dalam kelas banyak teman perempuannya yang memuji-muji Pak Jansen dan membuatnya sedikit cemburu.


"Tobi, dia dosen. kamu jangan bicara padanya dengan sikap seperti itu!"


Di sebelahnya, seorang pemuda kemayu menegurnya.


"Dasar banci!"


Tobi marah, "Dosen apanya? Dia tidak memiliki keterampilan. Dosen macam apa dia?!"


Jansen tertawa, "Yang kusebut dengan langsung ke intinya itu adalah memberi tahu kalian apa saja yang termasuk dalam pengobatan tradisional!"


"Yang termasuk adalah seni bela diri, teknik Xuan dan keterampilan medis. Untuk mempelajari pengobatan Huaxia dengan baik, seseorang harus memiliki kesabaran, ketekunan dan kehati-hatian yang mutlak. Mereka yang bisa keterampilan medis mungkin tidak bisa seni bela diri dan teknik Xuan. Akan tetapi, mereka yang bisa pengobatan tradisional, pasti cukup paham tentang seni bela diri dan teknik Xuan!"


Jansen tahu bahwa dirinya tidak akan terus mengajar di universitas, jadi dia langsung ke intinya saja.


"Seni bela diri? Apakah guru sedang berbicara tentang para orang tua yang melakukan Taici di taman? Apalagi seni bela diri tidak ada hubungannya dengan keterampilan medis. Jangan bilang kalau semua dokter di rumah sakit besar bisa melompati atap dan tembok!"


Tobi kembali mencibir.


Mata Widya berkedip. Orang biasa tidak tahu rahasia ini, tapi dia tahu beberapa.


Selain itu, kakeknya juga bisa melakukan pengobatan tradisional dan memiliki keterampilan seni bela diri yang sangat hebat.


Sebenarnya yang dikatakan Pak Jansen ini tidak salah!


"Aku bisa seni bela diri? Apakah kamu percaya itu?"


Dengan biasa saja Jansen berkata, "Sebagai seorang dokter pengobatan tradisional, bagaimana kamu bisa menemui orang-orang tanpa sedikit seni bela diri? Aku tidak bisa melakukan apa yang kamu katakan, karena tujuan berlatih seni bela diri adalah untuk menjaga kesehatan dan menguatkan tubuh. Di zaman kuno, hanya tubuh yang kuat yang dapat mempelajari lebih banyak penyakit!"


"Mungkin kalian pikir aku hanya dapat berbicara teori, maka aku akan membuktikannya pada kalian!"


Ketika Jansen berbicara, pergelangan tangannya mendarat di lengan kirinya. Dia kemudian mengerahkan tenaganya.


Kretak!


Dengan suara yang tajam, lengannya telah menekuk ke belakang pada sudut sembilan puluh derajat.


Ruang kelas pun sunyi, banyak mahasiswa perempuan yang tanpa sadar menutupi mulut mereka.

__ADS_1


__ADS_2