Jansen Scott, Menantu Terbaik

Jansen Scott, Menantu Terbaik
Bab. 943. Aku Akan Menanganinya!


__ADS_3

"Kuingatkan satu hal, suruh putramu berhenti mengusik Jansen. Dia tidak akan mampu mengalahkannya."


"Jangan khawatir tentang itu. Aidan tidak akan berani macam-macam, tapi bagaimana jika Jansen yang justru bertindak pada Keluarga Woodley?"


Brandon berkata dengan sedikit ketakutan.


"Sekte Bangau Putih tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Jika Jansen berani bertindak bodoh, Sekte Bangau Putih pasti langsung turun tangan." kata Madison dengan penuh keyakinan.


Saat ini mereka dan Jansen saling berseteru satu sama lain. Jika mereka tidak mengusik Jansen, maka Jansen pasti tidak akan berani menyentuh Keluarga Woodley.


Konflik sebelumnya dikarenakan Keluarga Woodley telah bertindak lebih dulu, sementara Sekte Bangau Putih belum sempat maju untuk membantu.


Brandon buru-buru mengucapkan terima kasih. Usai menutup telepon, dahinya sudah dipenuhi dengan keringat dingin.


Dia tidak akan pernah tahu jika tidak bertanya. Setelah menanyakan hal itu, dirinya benar-benar terkejut.


Di sisi lain, Sabrina sedang mengantar Jansen ke pesawat.


"Koki Sabrina, aku tidak tahu harus mengatakannya atau tidak."


Sebelum hendak menaiki pesawat, Jansen menatap Sabrina sambil tersenyum.


"Ah, Bos, katakan saja."


Sabrina mengangguk. Melihat Jansen hendak pergi, tiba-tiba dirinya merasa berat hati.


Meskipun mereka baru kenal beberapa hari, tetapi di jangka waktu yang singkat ini Sabrina menyadari bahwa dirinya telah jatuh cinta dengan pria paling sempurna tersebut.


"Sebenarnya, kamu dan mantan suamimu itu bisa saja bersama, jika memang itu takdir kalian. Mungkin dia membosankan, mungkin dia tidak mengerti tentang romantisme, tapi setelah kamu berjalan-jalan di luar sana, kamu akan menemukan bahwa pelabuhan yang paling cocok sebenarnya adalah mantan suamimu sendiri."


Seraya menyampaikan kalimat ini, Jansen tersenyum dan memasuki aula tunggu.


Sabrina tertegun, mengingat kembali perkataan Jansen.


Di dalam pesawat, Jansen melihat ke arah luar melalui jendela, namun sebenarnya dia sedang berpikir.


Makin lama Jonathan makin berani menantangnya berulang kali.


Jansen tahu tujuan dari Jonathan, dia ingin Jansen memeriksa anaknya.


Namun karena identitas sebagai Raja Surgawi, Jonathan tidak bisa menjatuhkan harga dirinya hanya demi memohon pada Jansen.


Sebelumnya adalah bunga yang dapat melinglungkan jiwa, sedangkan kali ini adalah master Maoshan Dao. Jika tidak memberinya pelajaran, sampai kapanpun Jonathan tidak akan tahu kemampuan Jansen.


Setelah itu, Jansen kembali menghela napas. Dirinya ingin sekali menjalani hidup yang damai, tapi ternyata Jonathan mengusik lagi. Kedamaian ini, entah kapan akan datang.


Setelah kembali ke Ibu Kota, Jansen pergi ke Aula Xinglin untuk membantu menindaklanjuti masalah rumah sakit.


Dokumen persetujuan rumah sakit dan dokumen lainnya juga sudah disiapkan, tinggal masalah sumber daya manusia dan alamat rumah sakit.

__ADS_1


Apalagi Aula Xinglin sudah memulai konsultasi online, dan responnya pun cukup bagus.


Setelah beberapa saat membantu di Aula Xinglin serta memberikan arahan kepada Monica, Jansen bergegas menuju ke Keluarga Miller.


"Dokter Jansen!"


Saat berjalan keluar dari Aula Xinglin, sejumlah besar pasien bersikap sangat sopan pada Jansen.


Kini Jansen merupakan ketua dari dua asosiasi yang terkenal di komunitas kedokteran Ibu Kota, tetapi sebagian besar waktu Jansen berada di luar. Selain adanya kesempatan untuk mempromosikan pengobatan tradisional, dia biasanya jarang ikut campur dalam urusan asosiasi.


"Dokter Jansen belum terlalu tua, tapi dia sangat ramah. Tidak seperti dokter di beberapa rumah sakit, hidung mereka seolah-olah menghadap ke langit."


"Benar, lagi pula biaya di Aula Xinglin tidak mahal. Mereka benar-benar melakukannya demi pasien.


Saat Jansen pergi, para pasien saling berbincang.


Aula Xinglin sekarang menjadi klinik pengobatan tradisional pertama di Ibu Kota. Banyak orang percaya pada nama yang terkenal sejak lama ini. Tentu saja, saat mulai terkenal, secara alami ada saja orang yang datang untuk membuat masalah.


Namun, Jansen sama sekali enggan berurusan dengan hal-hal sepele seperti itu. Tidak peduli apakah orang lokal atau asing, mereka yang mencoba membuat masalah di sini maka akan menghilang secara ajaib keesokan harinya.


Latar belakang Aula Xinglin terlalu hebat. Vajra Agung di Ibu Kota memberinya citra yang baik. Selain itu, para pejabat, orang terkaya, dan pembesar lain pun juga mendukungnya. Peran kecil biasanya datang hanya untuk menjemput kematian.


Setelah sampai di Keluarga Miller, Jansen langsung menghampiri Elena.


"Jansen, kamu masih punya malu untuk kembali?"


Tepat saat dia melewati aula, suara tajam datang. Dia mendapati Renata berjalan dengan marah.


Jansen mengerutkan keningnya. Wanita ini suka sekali membuat masalah. Jika bukan karena Elena dan Danial, dia sudah menendangnya dari awal.


"Masalahmu sendiri, kenapa masih berkedok pada keluarga Miller?"


Renata bertolak pinggang seraya marah-marah menunjuk Jansen.


"Aku bahkan tidak tahu apa yang kamu bicarakan."


Jansen menahan amarahnya dan berkata dengan baik.


"Kak Renata, masalah ini mungkin tidak ada hubungannya dengan Jansen. Berhentilah mengacau!"


Saat ini, Maia dan yang lainnya pun keluar, berusaha menghentikan pertikaian.


"Kalau bukan dia, siapa lagi? Aku sudah mengatakannya padamu. Kita harus berhati-hati. Jangan macam-macam dengan orang yang salah. Orang-orang pasti sedang mengejarnya, sementara dia akan membuat Keluarga Miller terlibat ke dalamnya." Renata masih memaki.


"Bibi, apa yang terjadi?"


tanya Jansen pada Maia, dia terlalu malas untuk memedulikan Renata.


Maia jauh lebih sopan terhadap Jansen. Lagi pula Jansen sudah begitu banyak membantu Keluarga Miller. Bahkan jika dia mendatangi Jansen, Keluarga Miller tidak berhak menyalahkannya.

__ADS_1


"Jadi begini, keluargaku berencana mendirikan bangunan pabrik, kan? Kami sudah survey satu alamat di wilayah selatan dan membelinya, tetapi penduduk setempat menolak untuk melepaskannya. Tak hanya itu, mereka bahkan mengacau dan membuat masalah, sampai kini bangunan pabrik sama sekali belum dibangun."


"Mereka mengatakan bahwa kami telah mengusik yang seharusnya tidak kami miliki, sampai akhirnya Bibi Renata meragukanmu."


"Bangunan pabrik berhubungan dengan produksi, jadi kita tidak bisa menundanya lebih lama lagi. Lagi pula, kami sudah menandatangani banyak pesanan. Kami akan kehilangan uang jika kami melanggar kontrak."


Maia menjelaskan, "Saat ini Elena juga sedang bergegas membantu. Entahlah, apakah dia bisa mengatasinya dengan baik atau tidak."


Jansen mengerutkan keningnya, "Mengapa bangunan pabrik berada di wilayah selatan? Bukankah terlalu jauh untuk mengurusnya?"


"Tidak ada pilihan. Satu inci tanah di Ibu Kota sama seperti emas, mana mungkin kita bisa membelinya." Maia menggelengkan kepalanya.


"Itu karena dia, membuat masalah di mana-mana. Kalau tidak, semua ini tidak mungkin terjadi."


Renata berseru lagi, "Sudah kubilang, tidak peduli seberapa hebat dirimu, tetap saja tidak akan sebanding dengan keluarga elite."


Dia masih dihantui tentang pernikahan Elena dengan Keluarga Woodley.


Jansen tidak bisa menahan amarah. Renata masih belum tahu bahwa Keluarga Woodley telah bangkrut?


Tidak repot-repot memperhatikannya lagi, Jansen berkata kepada Maia, "Apakah tidak melaporkan hal ini pada polisi?"


"Tidak ada gunanya melaporkan pada polisi. Ketika polisi datang, mereka pasti akan pergi. Setelah menunggu polisi pergi, mereka akan membuat masalah lagi. Bahkan jika polisi maju untuk menengahi pun, mereka akan menjadikan para orang tua dan anak-anak sebagai tameng, jadi polisi juga tidak punya pilihan."


"Lagi pula itu wilayah selatan, relasi kita di Ibu Kota tidak akan berguna sedikit pun."


Maia menghela napas, "Jansen, aku khawatir aku harus merepotkanmu lagi karena masalah ini."


Jansen mengangguk tak berdaya. Dia baru saja kembali, tapi sekarang dia harus terbang lagi. Untungnya, istrinya juga ada di sana. Setidaknya itu tidak akan membosankan.


"Apanya yang merepotkan dia? Dari awal memang dia yang menyebabkan masalah!"


Renata menunjuk Jansen sembari berkata, "Jansen, biar kuberitahu, kamu yang menyebabkan masalah, jadi kamu harus menanggung akibatnya. Siapkan satu miliar untukku. Jika produksi gagal mengejar jadwal, kamu akan bertanggung jawab atas kerugian kami!"


"Kak Renata, jaga bicaramu!"


Maia langsung tidak senang. Apakah sulit mengatakan bahwa dia sebenarnya datang untuk mencari Jansen?


"Maia, dia sangat kaya. Tidak terlalu berlebihan baginya untuk mengambil satu miliar saja."


Sindir Renata sambil melengkungkan bibirnya.


"Apakah uang yang diberi Jansen pada Keluarga Miller masih kurang?"


Maia mendengus dingin.


Renata tidak dapat menjawab dan langsung mengubah topik pembicaraan. "Tetapi dia yang menyebabkan masalah. Jika itu Keluarga Woodley, siapa yang akan berani mengusiknya? Terus terang, dia tidak cukup mampu."


Jansen akhirnya tidak bisa menahannya. Dia mencibir, "Keluarga Woodley yang ada di matamu saat ini tidak bisa melindungi diri sendiri. Tapi jangan khawatir, aku akan menangani masalah tersebut terlepas dari apakah itu ada hubungannya denganku atau tidak."

__ADS_1


Setelah kata-kata itu jatuh, dia berpaling dan pergi.


__ADS_2