
__ADS_3
"Vas bunga ini berasal dari jiang xi yang sudah ada sejak Dinasti Qing."
Beberapa orang berseru.
Porselen ini merupakan kerajinan tangan peninggalan dinasti Qing yang sangat luar biasa. Barang ini adalah koleksi antik yang sangat berharga. Harga di pasaran pasti berada di atas 2 juta.
"Ternyata Tuan. Terima kasih, terima kasih."
Mata Nenek berbinar-binar, dia memegang vas itu seolah tidak rela melepaskannya.
Semua orang tahu bahwa Nenek menyukai ornamen peninggalan. Sekali porselen ini muncul, dia pasti akan memenangkan hati Nenek.
Dengan adanya hadiah ini, hadiah yang diberikan oleh orang lain di masa depan akan tampak biasa.
Tiba pada giliran Keluarga Woodley yang memberikan hadiah. Aula kembali terasa meriah.
Jasper membawa sebuah lukisan kaligrafi. Dia membukanya, lalu berkata dengan bangga, "Bunga peony ini dilukis oleh Pelukis dari dinasti Qing."
Bunga peony yang dilukis dengan menggunakan teknik kaligrafi kuno dan bersegel ini terkenal sebagai harta karun kesayangan Raja Ganlong.
Ini adalah ornamen yang tidak ternilai harganya.
Semua orang yang menyukai ornamen tahu bahwa lukisan ini adalah salah satu lukisan pemandangan yang paling disukai mendiang Raja. Beliau sampai mencari segel kekaisaran Hongli, lalu mencetak di atas lukisan bunga peony ini.
Jangankan yang lain, hanya berdasarkan segel ini saja sudah menambahkan warna pada lukisan ini.
Tidak disangka, demi menyenangkan hati Nenek, Keluarga Woodley sampai berusaha sekeras ini.
Pfft.
Saat orang-orang sedang mengagumi lukisan tersebut, terdengar sebuah suara tawa lembut. Tawa tersebut seolah menyadarkan mereka dan membuat suasana menjadi canggung.
Semua orang menatapnya dengan marah, ternyata orang yang tertawa adalah Jansen.
"Jansen, apa maksudmu? Apakah kamu tidak tahu sopan santun?"
Jasper langsung memarahinya. Dia bersusah payah menarik perhatian orang-orang, tapi tiba-tiba Jansen malah mengacau. Apakah itu sengaja?
"Tidak bermaksud apa-apa."
Jansen menjawab dengan datar. Tadi, dia hanya tidak bisa menahan tawanya. Dia tahu bahwa lukisan itu adalah barang palsu.
Jasper ini, setelan jas palsu, bahkan hadiah yang diberikan pun barang palsu. Memalukan!
Meskipun Jansen tidak mengerti ornamen, tapi teknik Qi yang dimiliki bisa melihat bahwa usia lukisan ini belum lama. Ditambah, kalau diperhatikan dengan baik, huruf yang ada pada segel lukisan adalah huruf yang salah.
Tentu, dia hanya bisa tersenyum. Dia tidak membongkarnya.
Sebelumnya, Keluarga Miller menikmati sendiri hasil kerja Panti Asuhan Cahaya Harapan. Mereka sama sekali tidak mengungkit Jansen. Jansen pun malas meladeni masalah ini.
__ADS_1
"Jansen, apakah ada yang salah dengan lukisan ini?" Nenek memandang Jansen dan bertanya.
Elena segera menarik Jansen dan memintanya agar tidak asal bicara.
Setelah Nenek datang, dia menyapa seluruh anggota Keluarga Miller, tapi mengabaikan Elena. Apalagi, Jansen yang menyelesaikan masalah Panti Asuhan Cahaya Harapan, tapi nenek tidak mencari tahu dengan jelas. Sebaliknya, beliau malah memercayai ucapan Jessica. Hal ini membuat Elena tidak senang.
"Tidak ada yang salah."
Jansen menggelengkan kepala sambil tersenyum.
"Orang desa, kalau tidak ngerti, jangan asal bicara. Memangnya hadiah apa yang kamu siapkan untuk Nenek?"
Wajah Jasper terlihat sangat menghina. Dia mencibir Jansen saat melihat kotak hadiah tua dan jelek yang berada di samping Jansen, "Dapat dari mana kotak sampah itu? Kamu ini, apakah tidak menghargai Nenek!"
Dia memberikan hadiah semahal ini, tentu demi rencana pernikahan kakaknya dan Elena.
Dia menginjak Jansen agar Nenek melihatnya. Mungkin Nenek akan berubah pikiran atau bahkan mungkin menarik kembali perintahnya lebih awal.
"Memalukan! Semua orang memberikan Nenek hadiah. Kalau kamu saja tidak sanggup memberikan hadiah yang bagus, apa hakmu menertawakan Jasper?"
"Aku lihat, Elena dan keluarganya juga bukanlah orang yang baik."
"Bukan Elena, tapi Jansen. Pecundang ini memberikan pengaruh yang buruk kepada Elena."
Semua anggota Keluarga Miller menghina Jansen.
Tujuan mereka sangat sederhana, selagi ada Nenek, mereka ingin mempermalukan Jansen agar Nenek melihat dengan jelas perbedaan Jansen dan Keluarga Woodley.
"Sampah apa ini?"
Renata membantu Nenek mengambil hadiah tersebut, lalu membukanya. Dia hanya melihat sebuah segel kuning berbentuk persegi empat. Dia pun menertawakan Jansen, " apakah Ini dibeli dari pasar loak,? Lihat warna dan pengerjaannya. Mungkin seribu yuan saja tidak sampai.'
"Keterlaluan! Kalaupun tidak bisa memberikan barang yang bagus, setidaknya jangan memberikan barang palsu. Bahkan memberikan sebuah baju pun akan jauh lebih baik."
Jessica ikut menyiram minyak pada api.
Alhasil, orang-orang menatap Jansen dan Elena dengan tatapan yang semakin menghina.
Nenek mengerutkan kening. Sebenarnya, dia cukup optimis dengan Jansen, tapi Jansen malah bersikap seolah mampu dan memberikannya barang palsu. Tiba-tiba, Nenek sangat kecewa dan merasa Jansen terlalu ambisius.
"Hehe, yang penting niatnya, bukan nilai hadiahnya."
Nenek masih memberikan Jansen muka.
"Bu, sampah seperti ini, digunakan membuka kacang kenari pun tidak cukup kuat. Buang saja!"
Renata membuat keputusan sepihak, lalu membuang segel tersebut. Segel itu berguling di tanah dan berguling sampai ke depan pintu.
Kosong dan hampa, tidak ada yang menghiraukannya, juga tidak ada yang takut kehilangannya.
__ADS_1
Tentu, jika barang palsu ini diberikan kepada konglomerat yang hadir, mereka pun jijik.
"Jansen, ayo, kita pergi!"
Tubuh Elena bergetar. Dia menarik Jansen dan ingin pergi.
Dia menyadari bahwa, meskipun Nenek baik, dia agak bertele-tele. Sedikit berbeda dengan apa yang dibayangkan Elena.
Jansen tampak acuh tak acuh, "Makan dulu sebelum pergi. Bagaimanapun, kita sudah memberikan hadiah. Jangan mau rugi."
"Makan, makan, makan! Orang-orang sudah menertawakan kita!" Elena menendang Jansen dengan marah.
"Hah, Kak Elena, untuk apa menyusahkan diri sendiri?"
Naomi yang berada di samping, menghela napas. Dia sangat kecewa dengan Jansen.
Sebenarnya, Naomi sempat kagum melihat Jansen membantu Paman Ketiga menyembuhkan peradangan sendi yang dideritanya. Namun, sekarang, dia kembali seperti semula lagi.
Kemudian, Naomi juga menyerahkan hadiah yang dibawanya.
Hadiah ini adalah sepasang gelang giok yang sangat cantik. Harganya pasti tidak murah.
"Memang ya, Naomi yang paling menyayangi Nenek."
Renata bicara mewakili putrinya. Sikapnya terhadap Naomi berbeda dengan sikapnya terhadap Elena.
"Gelang ini sangat cantik."
Nenek memandang gelang ini, seolah dia tidak rela meletakkannya.
Meskipun gelang ini bukanlah ornamen, tapi terbuat dari kualitas yang tinggi dan pengerjaannya sangat rapi. Dengan melihatnya saja tahu, harganya pasti selangit.
"Baguslah kalau Nenek suka."
Naomi berbicara sambil tersenyum, lalu duduk kembali.
Tidak heran, keributan kembali terjadi di aula. Semua sedang membicarakan keempat putri Danial. Yang lain cukup bagus, kecuali Elena yang paling pelit dan tidak berbakti.
Mata Elena merah saat mendengarnya, dia hampir menangis. Di Keluarga Miller, dia sama sekali tidak bisa menemukan posisinya.
Jansen menghiburnya, "Tidak perlu marah. Kamu sudah tahu sebelum datang. Tidak peduli apa pun yang kita berikan, Keluarga Miller akan mencari-cari kesalahan."
Saat mendengar, Paman Keempat, Rowen, berbicara dengan dingin, "Omong kosong. Lihat Tuan Jasper, dia memberikan lukisan bunga peony. Lihat Jessica dan Irene, mereka memberikan hadiah yang tulus. Sedangkan kamu? Hanya sebuah barang palsu. Menurutmu, orang-orang tidak akan menertawakanmu?"
"Bagaimana kamu tahu kalau hadiah pemberianku palsu? Kalau ternyata hadiah pemberianku lebih mahal dan lebih berharga daripada punyamu, Paman Keempat, apakah kamu berencana makan kotoran lagi?"
"Konyol!"
Rowen menjawab dingin, "Kalau hadiahmu lebih mahal dan lebih berharga dibandingkan dengan hadiah yang diberikan semua orang di sini, aku akan bersulang untukmu!"
__ADS_1
Memangnya apa yang bisa dilakukan oleh seorang sampah yang menggerogoti Keluarga Miller?
__ADS_2