
__ADS_3
Mendengar ucapan Danial, Jansen pun memikirkannya.
Kehadiran jabang bayi itu tidak hanya mengubah kebiasaan hidup Jansen, tetapi juga Elena.
Dalam hati suami istri ini, anak adalah prioritas utama.
Oleh karena itu, Elena mengkhawatirkan Jansen. Dia sangat takut jika tidak akan ada seorang ayah setelah anak itu lahir. Selain itu, hormon dalam tubuhnya berubah setelah kehamilan. Suasana hati Elena pasti jadi lebih mudah tersinggung.
"Semua wanita hamil memang seperti itu, dan akan berlangsung lama sampai setelah mereka melahirkan. Kamu harus siap mental!"
Danial terus menasihati Jansen, "Faktanya, itu tidak mudah bagi wanita. Melahirkan anak rasanya seperti berjalan di sekitar gerbang hantu. Pikirkan tentang hal ini. Mereka tahu bahwa mereka akan berada di meja operasi dalam sembilan bulan dan siap menyambut kehidupan baru. Bisakah emosi mereka tidak berubah-ubah?"
"Selama masa kehamilan, dukungan suami juga sangat penting, tetapi kamu malah tidak ada di sisinya."
"Tapi, jangan khawatir. Elena itu baik hati. Sebentar lagi dia juga akan menyadari kesalahannya!"
Mendengar itu, Jansen mengangguk lalu menghela napas. "Bisa dimengerti, tapi dengan perlakuannya pada Kak Jessica, sungguh tidak pantas.' "
"Jessica semenjak kecil memang keras kepala, tapi dia sudah lebih dewasa dari Elena Dia paham bagaimana bertindak. Adik kakak memang seperti itu!"
"Selama keluarga Miller masih memperlakukannya seperti kerabat, dia tidak akan tersinggung dengan Elena!"
"Apalagi, kupikir meskipun Jessica ditekan, tapi kamu sebelumnya sudah ada di pihaknya. Ini sudah cukup membuatnya senang!"
Seorang Danial berkata dengan penuh makna.
Wajah Jansen memerah. Dia selalu merasa bahwa kata-kata Danial sangatlah berarti!
Danial lalu menemani Jansen melihat-lihat bunga dan tanaman di taman, sambil menanyakan tentang perjalanan Jansen.
Dengan berapi-api Jansen menceritakannya.
Danial cukup tertegun. Meskipun dia memang telah menerima kabar situasi sebelumnya, dia masih merasa sulit percaya sampai Jansen menceritakannya sendiri.
Membunuh Alastor di depan Keluarga Gibson!
Di Huaxia, siapa yang bisa dan berani melakukannya?
Danial diam-diam merenung, ayahnya dulunya pernah mengatakan jika Jansen adalah menantu terbaik dalam sejarah keluarga Miller dan sekarang memang kenyataannya demikian.
Dulunya Jansen hanyalah seorang dokter muda di Kota Asmenia. Tidak sebanding dengan keluarga Miller.
Ia pernah melawan keluarga Miller, lalu terkenal di antara empat keluarga elit, dan pada akhirnya berkuasa.
Semua terasa seperti mimpi.
"Jansen, kehidupan pernikahan itu berbeda dengan ketika masa pacaran. Setiap tahap memiliki tekanan dan kontradiksinya masing-masing. Kamu harus belajar untuk murah hati dan berurusan dengan semua itu!"
"Hal-hal ini sebenarnya lebih merepotkan daripada perselisihan dunia Jianghu. Lagi pula, tidak peduli seberapa besar masalah dunia Jianghu, mereka akan menyelesaikannya dengan tinju. Kalau kamu tidak patuh, kamu pun akan dipukuli dengan tinju. Tapi bisakah masalah keluarga diselesaikan dengan tinju?"
"Pikirkanlah, walaupun kamu tangguh hari ini, apa gunanya kamu menang ketika yang kalah justru adalah sebuah keluarga!"
"Ayah sudah pernah mengalaminya, dengarkan nasihat Ayah!"
__ADS_1
Danial menasihati beberapa kata lagi.
Jansen menarik napas panjang. "Setelah menikah, ada banyak tahapan. Elena dan aku telah melalui beberapa tahap. Sekarang sudah masuk tahap melahirkan anak. Dia memiliki kontradiksi dan perselisihan sendiri. Tapi, aku percaya bahwa setelah semua berlalu, kehidupan akan kembali seperti biasa!"
"Baguslah kalau kamu mengerti!"
Danial tersenyum.
"Kalau begitu aku akan pergi menemui Elena!"
Jansen lalu berjalan menuju kamar.
Danial menatap punggung Jansen, tatapannya penuh kelegaan.
Jansen sudah lebih dewasa dari sebelumnya.
Dibandingkan yang sekarang, Jansen yang dulu jelas lebih sulit menahan emosi, dia pasti bisa langsung kelepasan menampar Elena.
Namun, demi keluarga dan anak-anaknya, Jansen menahannya bahkan menundukkan kepala untuk mengakui kesalahannya.
Menjadi seorang pria, memang tidak mudah.
Namun, mengapa putri sulungnya sangat peduli pada Jansen?
Danial adalah seseorang yang sudah berpengalaman. Setelah berpikir sejenak, dia tahu alasannya dan menghela napas, "Menantuku pandai dalam segala hal, tapi keberuntungannya terlalu makmur!"
Sebetulnya, Jessica telah berangsur-angsur berubah dari yang tadinya senang dengan pakaian pria menjadi senang dengan pakaian wanita. Danial sudah menyadarinya.
Yang lebih membuatnya penasaran adalah pria semacam apa yang bisa mengubah Jessica menjadi wanita yang menawan.
"Elena!"
Jansen mengetuk pintu.
Tapi di dalam hening dan tidak ada suara.
Jansen menggelengkan kepala dan mendorong pintu dan masuk begitu saja. Dia lalu melihat Elena tengah berbaring di tempat tidur memang seperti itulah temperamen Elena
Mungkin sedang merajuk.
Jansen memikirkan suasana hati Elena, ditambah lagi dia sekarang sedang hamil. Jansen berpikir jika dirinya tidak boleh keras pada Elena. Karena jika makin keras, Elena justru akan bertindak kian keras.
"Anak kita pasti kangen ayahnya, 'kan?"
Jansen berlari ke samping ranjang dan tersenyum.
Elena masih berpura-pura tidur.
"Jagoan kecil, Ayah di sini. Ayo, sini Ayah peluk!" lanjut Jansen.
"Apa yang mau kamu peluk? Dia sekarang hanya sebesar kepalan tangan. Dia tidur setiap hari!"
Elena tidak bisa menahan diri untuk tidak membuka matanya lebar-lebar.
__ADS_1
Meski masih tampak ketus, Jansen tahu jika Elena sudah tidak marah lagi.
"Tidak mungkin tidur terus, 'kan? Kadang-kadang, kamu akan menggerakkan anggota tubuhmu!" Jansen berkata, "Omong-omong, apa kamu merasakan janinnya bergerak?"
"Baru dua bulan kurang, mana bisa ada pergerakan janin!"
Elena dengan lembut membelai perutnya. Wajahnya kini memiliki cahaya seorang ibu. Dia penuh rasa ingin tahu tentang kehidupan kecil di perutnya.
"Jangan khawatir, hal itu akan segera terjadi. Aku pernah dengar, katanya saat janin pertama kali bergerak, artinya dia sedang menyapa ibunya!"
Jansen juga naik ke atas ranjang. "Dan, ketika anak itu baru saja keluar dari perut, hal pertama yang dia lakukan adalah menangis. Tahukah kamu mengapa dia menangis?"
"Kenapa?"
Elena tampaknya memang memiliki temperamen yang keras, tetapi sebenarnya, dia tidak suka menyimpan dendam. Dia tidak memasukkan kejadian sebelumnya ke hati.
"Karena ada perbedaan suhu setelah keluar dari rahim, dan karena lingkungan yang berbeda, anak jadi tidak memiliki rasa aman. Pada saat itu, perawat akan meletakkan anak di pelukan ibu, dan anak perlahan akan berhenti menangis!" Jansen menjelaskan.
"Luar biasa!"
Mata Elena penuh dengan binar kasih sayang.
"Karena dia sudah bersamamu selama sembilan bulan dan sudah lama akrab dengan napas dan detak jantungmu, setelah dia lahir, bahkan ketika matanya belum berkembang dan belum bisa melihat dengan baik, dia akan tetap familier dengan aromamu. Aromamu memberi rasa aman!"
"Hidup ini sangat ajaib!"
Jansen tertawa. Berbicara tentang anak-anak, dia sebenarnya dipenuhi dengan antisipasi dan kegembiraan.
"Anak baik!"
Belum lagi Elena, dia berharap bisa melihat anak itu sekarang.
"Satu bulan lagi, kita akan pergi ke dokter kandungan, dan kemudian kita akan dapat melihat penampilan umum anak itu!"
"Benarkah? Aku benar-benar ingin bertemu dengannya. Aku ingin tahu seperti apa dia!"
"Kalau dia laki-laki, akan seperti aku. Dan kalau dia perempuan, akan seperti kamu!"
"Mau laki-laki atau perempuan, semua harus seperti aku!"
Keduanya bertukar bincang perlahan, sangat hangat.
Sebetulnya, Jansen masih memiliki duri di hatinya dan merasa malu pada Jessica.
Namu demi sang anak, dia tetap menahannya.
"Selama kehamilanmu, aku akan menghabiskan lebih banyak waktu denganmu dan berhenti keluar rumah. Nanti setelah setengah bulan, ayo kita pindah ke selatan!" Jansen kembali berkata, "Ibu kota sudah mulai memasuki musim penghujan. Dan udara akan makin dingin. Tapi kalau di selatan, tidak akan terlalu!"
"Baiklah!"
Elena tersenyum dan mengangguk. Selama Jansen mau menemaninya, dia tidak akan peduli dengan apa yang sudah terjadi sebelumnya.
Jansen sebenarnya masih ingin membicarakan tentang Jessica. Namun, setelah dipikir lagi, sangat tidak tepat jika membicarakannya saat ini.
__ADS_1
"Apa kamu terluka? Biar kulihat!"
Tiba-tiba, kata-kata Elena berubah.
__ADS_2