
__ADS_3
"Barang ini bagus sekali, aku merasa sangat cocok!"
Felicia sangat senang. Kebetulan, Felicia adalah anggota Tim Operasi Khusus, dia membutuhkan Jimat Pelindung saat menjalankan tugas yang penuh bahaya.
"Bagaimana? Bagus, kan?"
Pria di sampingnya itu masih merasa tidak percaya.
"Paman, coba kamu pakai juga!"
Felicia meminta pria itu memakai satu liontin lainnya. Pria itu memakainya dengan enggan. Dia ingin segera melepasnya setiba di rumah.
"Jansen, aku ada urusan lain, aku harus pergi. Nanti aku kembali cari kamu lagi!"
Felicia tiba-tiba teringat sesuatu dan buru-buru pergi bersama pria itu.
Orang-orang di sekeliling merasa iri dengan Jansen karena berhasil mendapatkan uang 10 juta yuan dalam waktu sekejap. Mereka merasa pembeli tadi sangat mudah ditipu. Sambil memandang wajah Jansen, semua orang berpikiran Jansen akan sangat senang.
Namun, ternyata sikap Jansen sangat cuek. Dia bahkan merasa kecewa sambil menggelengkan kepalanya.
Sialan, dia baru berjualan tak sampai setengah jam, tapi sudah dapat uang 10 juta yuan. Apa itu masih tidak cukup membuatnya senang!'
"Tuan, aku tadi dengar kamu jual Salep Giok Sambung Tulang. Boleh aku lihat sebentar?"
Seorang biksu tiba-tiba datang menghampiri Jansen yang sedang menunggu pembeli. Usia biksu itu sekitar empat puluh sampai lima puluh tahun, pakaiannya pun cukup sederhana. Tubuhnya agak kurus.
Mata Jansen tiba-tiba berkedip. Jansen bisa merasakan bahwa biksu ini adalah seorang master meskipun energi Qi masih sedikit lebih lemah dibandingkan Jansen.
Setelah hampir seharian datang ke acara pertemuan Terbuka ini, Jansen akhirnya berjumpa dengan seorang master.
"Tuan Tuan , anda ini ... ?" Jansen bertanya.
"Hehe, aku adalah tetua gerbang Vajra . Aku Biksu Dharma Jue!"
Biksu itu tersenyum ramah sambil melihat barang dagangan, "Berapakah harga Salep Giok Sambung Tulang ini satu?"
"Delapan ratus ribu yuan!"
Bahan yang dibutuhkan untuk ramuan Salep Giok Sambung Tulang sangat langka. Sisa stok yang dimiliki Jansen juga tidak banyak. Awalnya, Jansen bermaksud datang kemari untuk mendapatkan bahan ramuan obat herbal, tetapi dia terpaksa pulang dengan tangan kosong.
"Delapan ratus ribu yuan
Biksu itu mengangguk lalu mengambil Salep Giok Sambung Tulang dan mencium serta menjilatinya.
"Gerbang Vajra adalah salah satu bagian dari Sekte Delapan Satu. Dharma Jue juga merupakan tetua!"
"Aku rasa, biksu ini sudah tidak tahan melihat pemuda itu menipu orang-orang. Dia datang untuk membuka kebohongannya!"
"Pemuda itu pasti akan sial!"
Orang-orang di sekitar merasa senang jika Jansen mendapat masalah.
Biksu itu terus mengamati Salep Giok Sambung Tulang dengan wajah yang serius. Tiba-tiba dia membuka kedua kakinya dan mematahkan kakinya dengan pukulan telapak tangan.
__ADS_1
Krek!
Tulang kakinya patah!
"Ah!"
Penonton terkejut dan berteriak. Ini sangat mengerikan!
Wajah biksu itu tetap tenang. Dia tersenyum sambil berkata, "Kaki aku ini memang pernah patah. Sudah beberapa tahun berlalu tapi belum sembuh juga. Tulang yang tergeser sulit kembali ke posisi semula. Aku tadi mencoba menggeser tulang itu kembali ke posisinya!"
Jansen lantas mengangguk. Namun, wajah biksu itu tetap tenang meskipun kakinya sudah patah. Dia memang seorang ahli bela diri yang tega terhadap diri sendiri.
Setelah biksu itu menjelaskan, dia mengambil Salep Giok Sambung Tulang lalu mengoleskannya sambil berkata, "Tuan, tenang saja. Aku mau beli salep ini. Aku tidak akan merugikanmu!"
Raut wajah biksu itu sontak berubah.
Dia merasakan panas yang menghangatkan dan segera memegang tulang kakinya. Tulang yang salah posisi itu akhirnya bergeser kembali ke posisi semestinya.
"Ini memang Salep Giok Sambung Tulang yang asli!"
Biksu itu berseru dengan suara yang bergetar, "Tulang yang patah sudah sembuh, tulang yang bergesar sudah sembuh juga!"
Dia tiba-tiba menatap Jansen, "Tuan, dari mana kamu mendapatkan Salep Giok Sambung Tulang ini?"
Jansen tidak ingin mengejutkan orang-orang dan hanya tersenyum sambil berkata, "Ini barang simpanan senior di perguruan kami. Aku juga tidak tahu dari mana guru kami mendapatkannya!"
"Sayang sekali, sayang sekali!"
Biksu itu menghela napas, "Sudah tidak ada lagi bisa membuatnya, sayang sekali sudah punah!"
Seseorang berteriak.
Biksu itu berkata dengan sinis, "Salep Giok Sambung Tulang aslinya berasal dari gerbang Vajra. Saat zaman perang Kuno, buku rahasia pembuatan salep ini ikut terbakar dalam suatu bencana kebakaran. Akhirnya, tidak ada seorang pun lagi dari gerbang Vajra yang bisa membuat salep ini. Aku tentu tahu khasiat salep ini. Ini adalah salep paling mujarab di dunia pada zaman dahulu!"
"Sayang sekali tidak ada lagi orang yang tahu cara pembuatannya sekarang. Salep Giok Sambung Tulang yang kamu miliki ini sepertinya dibeli dari gerbang Vajra oleh leluhur kamu. Sungguh sayang sekali!"
Setelah itu, dia memandang Jansen dan berkata, "Tuan, aku ingin beli semua Salep Giok Sambung Tulang ini!"
Biksu ini sudah merencanakan dengan matang. Dia ingin membawa pulang semua Salep Giok Sambung Tulang ini ke markas sekte untuk dilakukan penelitian. Dia bertekad untuk menciptakan kembali warisan sekte yang telah lama hilang.
Jansen diam-diam merenung. Salep Giok Sambung Tulang ini ternyata diciptakan oleh gerbang Vajra. Lantas kenapa leluhurnya sendiri bisa ingat cara pembuatan salep ini?
Jansen tiba-tiba teringat bahwa cara pembuatan salep ini sebenarnya diwariskan oleh leluhurnya kepada gerbang Vajra.
"Senior, kalau kamu membawa bahan ramuan obat herbal yang langka, aku ingin menukarnya dengan salep ini. Aku boleh memberimu semua salep ini sebagai gantinya!"
"Kalau begitu coba kamu lihat ini!"
Biksu itu membawa beberapa bahan ramuan obat herbal kuno, ada ginseng liar, bunga safflower, lipan kering dan sebagainya.
Jansen tertarik juga dengan daun taisui hijau yang dibawa biksu itu.
Ini adalah daun taisui hijau giok yang sudah sangat langka. Sejak negara ini berdiri, daun ini hanya beberapa kali terlihat. Saking mahalnya, daun sebesar telapak tangan ini bisa dijual dengan harga setara satu perusahaan.
__ADS_1
"Senior, aku juga sudah mendapatkan untung darimu. Kamu boleh mengambil sesuka hati semua barang di sini. Aku akan menambahkan uang 500 juta, bagaimana?" Jansen berkata.
"Hehe, walaupun sekte kami bukan sekte yang kaya dan elit, kami masih belum kekurangan uang. Banyak murid sekte kami yang buka perusahaan di kehidupan biasa, keuntungan mereka juga lumayan, asal ada sedikit uang sudah cukup!"
Biksu Dharma Jue tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Seiring bertambahnya usia, dia tidak lagi menganggap uang sebagai sesuatu yang berharga. Baginya, harta Karun Huaxia lebih berharga.
Dia melihat barang yang dijual Jansen dan mengambil cukup banyak. Namun, karena merasa sungkan dengan Jansen, dia memberi lagi sebuah liontin giok untuk Jansen.
Jansen juga merasa malu dan bersikeras ingin membayar biksu itu, tetapi biksu itu tetap menolak menerima uang dari Jansen.
Jansen awalnya ingin meminta nomor ponsel biksu itu, tetapi ternyata biksu itu tidak memakai ponsel. Dia benar-benar seorang master yang mengasingkan diri dari dunia luar.
Dor!
Tiba-tiba, terdengar suara tembakan dari kejauhan. Tak lama berselang, terdengar suara langkah kaki. Ternyata, Felicia dan pamannya sedang berlari kemari.
"Jansen, liontin giokmu ini benar-benar mujarab. Aku tadi berhasil membantu pamanku menghadang peluru!"
Felicia berlari dengan penuh semangat sambil berkata demikian.
Pamannya yang semula meremehkan kekuatan liontin itu akhirnya percaya juga.
Mereka sebenarnya tengah menerima tugas menangkap seorang buronan. Buronan ini adalah praktisi dunia Jianghu. Kejahatan yang dilakukan buronan ini sudah tidak terhitung lagi. Dia telah membunuh belasan orang.
Para penjahat seperti buronan itu tidak akan bisa lari dari hukum meskipun bersembunyi di dunia Jianghu.
Buronan itu saling adu tembakan dengan mereka berdua. Felicia dan pamannya nyaris mati kalau bukan karena Jimat Pelindung dari Jansen menyelamatkan nyawa mereka berdua.
"Masih ada berapa lagi liontin giok itu, aku ingin borong semua!"
Paman Felicia juga berteriak sambil berlari, takut jika lambat sedikit saja, liontin giok itu akan terjual habis.
Namun, dia juga merasa sangat malu.
Dia tadinya menganggap barang-barang tersebut adalah barang murahan, tetapi apa yang terjadi sekarang?
Itu adalah jimat penolong nyawa!
"Jimat ini satu, satu juta, kan? Aku mau beli dua !"
"Aku mau dua juga!"
Setelah Biksu Dharma Jue datang, semakin banyak orang yang datang melihat barang jualan, orang-orang di sekeliling juga ikut berebut membeli barang jualan Jansen.
"Beli... beli... aku beli ... aku mau... beli!"
Bahkan ada juga orang asing yang ikut berebut barang jualan tersebut.
Orang-orang asing ini juga tahu acara pertemuan Terbuka yang unik. Mereka sengaja datang dan menghabiskan banyak uang untuk mendapatkan barang-barang langka. Apalagi, acara pertemuan Terbuka ini hanya diadakan setahun sekali. Belum tentu acara ini diadakan lagi jika mereka melewatkannya.
Biksu Dharma Jue yang berdiri di samping juga merasa menyesal setelah tahu harga liontin giok yang sangat mahal itu. Dia menyesal karena tidak membeli lebih banyak lagi liontin giok itu.
"Aku bayar kamu Lima juta!"
__ADS_1
Melihat barang-barang jualan Jansen sudah tersisa sedikit, seseorang tiba-tiba berteriak.
Ternyata, itu adalah suara pasangan pria berpakaian jas dan wanita karier yang tadi meremehkan barang jualan Jansen. Kali ini, mereka sudah percaya.
__ADS_2