
__ADS_3
"Jansen, di sini!"
Suara itu datang lagi. Di sisi lain, setelah Jansen bergegas ke arah suara tersebut, dia melihat sebuah ngarai gelap bagaikan membelah gunung menjadi dua dan tampak seorang wanita berambut perak dengan setelan memanjat gunung berdiri di depan ngarai itu.
"Itu dia!"
Jansen terkejut karena wanita itu adalah Jessica.
Mungkinkah Jessica mengikutinya?
Pantas saja sebelumnya ketika dia memanjat tebing, dia merasa ada yang mengintipnya!
"Jessica, kenapa kamu di sini!"
Jansen berlari dan bertanya.
Jessica berdiri di depan Jansen dengan setelan memanjat gunung dan sepatu bot di kakinya. Rambut peraknya diikat ekor kuda. Secara keseluruhan, dia tampak dalam kondisi sangat baik, hanya saja rambut peraknya memberi kesan seperti dalam kondisi sakit.
"Jangan tanyakan ini dulu. Di bawah Kuil Tao Changseng ada sebuah formasi kuno yang disebut Formasi Memandang Kaisar Kuning. Orang luar yang terjebak ke dalam formasi tidak akan bisa melarikan diri. Satu-satunya jalan adalah di sini!" jelas Jessica.
Jansen mengangguk, tapi dia masih merasakan kejanggalan pada Jessica. Terakhir kali dia membantunya menemukan pembunuh Harry, kali ini dia mengikutinya ke Gunung Wuyi, seolah-olah setiap gerakannya terus dipantau.
Namun, Jansen yakin dengan kemampuan anti pelacakannya. Dia belum memahami bagaimana Jessica bisa mengikutinya.
"Mengarah ke mana ini?"
tanya Jansen.
"Ini adalah Kurungan Kematian Kuil Tao Changseng, menahan orang-orang yang menerobos masuk Kuil Tao Changseng. Banyak yang telah meninggal, tetapi banyak juga yang masih hidup. Tempat ini sangat aneh!"
Jessica menjelaskan lagi, "Kuil Tao Changseng punya sejarah yang panjang, mengakibatkan banyaknya orang yang dikurung, bahkan juga pengkhianat Kuil Tao Changseng dan sebagainya!"
"Tak perlu dibahas lagi. Mereka akan segera menyusul. Kalau kita tidak masuk, kita tidak akan bisa melarikan diri!"
Mendengar ini, Jansen hanya bisa mengikuti Jessica memasuki ngarai.
Begitu masuk, angin dingin bertiup menerpa wajah mereka. Ngarai itu tidak besar, kiri kanannya terlihat air menetes dan dipenuhi lumut.
Jansen mengerutkan keningnya. Menggunakan Teknik Daoist, dia menemukan betapa kacaunya aura di sini.
Tempat ini jelas berada di tengah percabangan Vena Naga, tetapi juga menyimpan energi roh jahat yang kuat. Jika seseorang meninggal dan dimakamkan di sini, tak hanya rohnya yang tidak damai setelah kematian, bahkan generasi penerusnya pun akan menderita.
Bagaimana Kuil Tao Changseng bisa memiliki tempat yang begitu menyeramkan?
Ngarai itu sangat panjang. Setelah berjalan lebih dari sepuluh menit, Jansen merasakan adanya aura di luar ngarai, kemungkinan adalah orang-orang Kuil Tao Changseng.
Anehnya, mereka tidak berani masuk dan malah mondar-mandir di luar ngarai.
Ketika Jansen mencoba merasakannya lagi, aura ngarai menjadi tidak karuan sehingga dia tidak bisa merasakan aura di luar.
__ADS_1
Di depannya hanya Jessica yang memimpin jalan, berjalan tanpa suara. Rambut peraknya kadang terlihat, kadang hilang dalam kegelapan, sangat aneh.
Bahkan ada beberapa saat di mana Jansen berpikir Jessica bukanlah manusia.
"Di mana Elena?" tanya Jessica tiba-tiba.
Dalam keheningan, suaranya memberikan perasaan yang sangat aneh.
Jansen menggelengkan kepalanya dan membuang pikirannya yang tak karuan. "Dia dibawa pergi oleh seseorang dari Sekte Yuhua!"
"Mengapa Elena terlibat dengan Sekte Tersembunyi? Sekte Tersembunyi adalah rahasia terbesar di Huaxia. Sejauh ini, kalau tidak ada yang membawa, tidak akan ada yang tahu di mana Sekte Tersembunyi ini bersembunyi!"
Suara Jessica terdengar marah dan kesal.
Mendengar nada bicara ini, Jansen menjadi yakin bahwa ini benar-benar Jessica. Bagaimanapun, perhatian semacam itu bukan dibuat-buat.
"Sudah diujung, kenapa tidak ada jalan!"
Jessica tiba-tiba berbicara lagi.
Jansen menatap ke depan dan hanya melihat sebuah batu nisan kuno. Makam ini cukup besar, dan susunannya juga sangat aneh. Peti mati itu digantung oleh rantai, dan itu adalah peti mati perunggu.
"Orang di peti mati ini pasti melakukan kesalahan besar. Itu sebabnya dia dihukum oleh makam ini!" wajah Jansen terlihat suram.
"Apakah makam seperti ini tidak bagus?" tanya Jessica.
"Di Huaxia, orang yang dikubur di bawah tanah diharapkan bisa tenang. Orang meninggal bagaikan lampu yang padam. Tak peduli kesalahan yang dilakukan, ketika meninggal mereka akan larut bersama angin. Tapi orang dalam peti mati ini tidak bisa mendapat ketenangan, dia tidak dibiarkan menyentuh tanah. Makin lama dibiarkan seperti ini, kemarahan yang dibendungnya juga akan makin besar. Apalagi tanah dan batu di dekat sini memiliki kandungan khusus yang dapat mencegah mayat membusuk," jelas Jansen.
"Kalau aku tidak salah, rantai yang tipis ini terikat pada tulang belulang mayat ini!"
"Ayo segera pergi, tempat ini bisa membawa sial!"
Mendengar perkataan Jansen, Jessica ikut gemetaran, tapi juga merasa Jansen terlalu melebih-lebihkan.
Krak! Krak!
Mendadak rantai-rantai tipis bergerak sedikit, seolah-olah ditarik oleh seseorang dalam peti itu.
"Jansen!"
seru Jessica dengan pelan.
Jansen menyuruhnya diam dengan bahasa isyarat. Jika peti itu mengurung sejenis Raja mayat darah, mereka mungkin akan berakhir di sini.
"Ke sini!"
Jansen membawa Jessica ke sisi kiri makam. Di sana ada pintu besi setinggi dua meter dengan kunci perunggu yang sangat besar dan bercahaya hijau, tampak sudah sangat lama.
"Mungkin Kurungan Kematian ada di balik pintu ini. Pikirkan cara untuk masuk!"
__ADS_1
Jansen mengerutkan keningnya. Ia mengeluarkan Pedang Bayangan dan mengayunkannya ke arah kunci perunggu. Ternyata kunci itu sangat keras, entah bahan apa yang tercampur di dalamnya.
Artinya pintu itu tidak dapat dibuka tanpa kunci.
"Coba dobrak pintu besi ini!"
Jessica yakin Jansen memiliki kekuatan.
"Pintu besi ini dicetak menggunakan metode khusus, juga ditambahkan beras ketan dan teknik Xuan. Bahkan aku pun tak akan bisa menghancurkannya!"
ucap Jansen setelah mengetuk-ngetuk pintu itu, sambil menggelengkan kepalanya.
Jessica terkejut. Pikirnya, ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang, paduan berbagai material, bahan badan pesawat, dan sebagainya yang tidak sekeras benda yang ditinggalkan oleh leluhur kita.
"Aku akan mencoba membukanya dengan jarum perak!"
Jansen mengeluarkan jarum perak dan mencoba membuka kuncinya. Mengherankan. Kuncinya sangat mudah dibuka.
Jansen melirik Jessica lalu mengangguk. Mereka menggabungkan tenaga untuk membuka pintu besi itu.
Wuush!
Angin beraroma darah bertiup melalui sela-sela pintu. Keduanya berilusi seolah di balik pintu ini ada lautan darah tak berujung.
Keduanya terdiam bingung.
Jansen sadar terlebih dahulu. Ketika dia melihat dengan saksama, di balik pintu itu sangat gelap dan tidak ada apa-apa di dalamnya.
"Jessica!"
Dia menarik-narik Jessica. Jessica perlahan-lahan tersadar. Setelah melihat apa yang ada di balik pintu, dia perlahan menjadi lebih tenang.
Ia dan Jansen sama-sama merasakan bahaya di balik pintu besi ini.
Tapi mungkin ini adalah satu-satunya cara untuk meninggalkan Kuil Tao Changseng.
"Ayo masuk!"
Jansen tidak berbicara dan membawa Jessica masuk bersama.
Baru saja dia melangkah masuk, terdengar sejumlah besar tangisan dan raungan dari depannya, seakan membuat orang merasa gila.
Di balik pintu itu ada sebuah koridor sempit yang panjang. Ada banyak tulang-belulang di tanah dan terlihat banyak mayat yang meninggal dalam keadaan menghadap ke arah pintu, seolah-olah mereka sangat ingin meninggalkan tempat itu.
Sayangnya, mereka semua akhirnya meninggal di sini.
Setelah berjalan melewati koridor yang panjang dan sempit itu, mereka melihat sebuah lembah besar di hadapannya. Lembah itu tidak gelap, bebatuan di sekitarnya seakan memancarkan cahaya.
Akan tetapi, tampak juga sejumlah sosok sedang berjalan di lembah. Mereka seperti mayat berjalan dan beberapa bahkan tengah menggerogoti mayat lainnya!
__ADS_1
Jumlahnya sangat banyak, padat merayap.
__ADS_2