Jansen Scott, Menantu Terbaik

Jansen Scott, Menantu Terbaik
Bab. 1327. Penuh Keyakinan


__ADS_3

"Jansen!"


jerit Elena yang sangat khawatir bahwa suaminya telah membuat masalah.


Jansen hanya tersenyum melihat Elena. Ia terus melangkah dan berhenti tidak jauh dari Penatua Yohan dan melemparkan sebuah mantel dari di tangannya.


Sebuah suara renyah pun terdengar bersamaan dengan jatuhnya mantel tersebut.


"Berani-beraninya kamu bersikap kurang ajar padaku!"


Penatua Yohan sontak berteriak marah, kemudian menunduk melihat ke arah mantel tersebut. Tiba-tiba saja kemarahan yang terlukis di wajahnya langsung menghilang, dia hanya terbengong seperti orang yang tertegun.


Mantel tersebut dibuka dan terlihat tumpukan batu minyak mayat yang banyak sekali. Dilihat sekilas saja sudah jelas bahwa jumlahnya pasti dua kali lipat dari jumlah yang diserahkan Gunung Salju Peri sebelumnya.


Ini?


Suasana di sana langsung hening.


Semua orang hanya bisa menatap. Mereka yang terlihat gembira sebelumnya, sekarang terdiam seolah-olah tertampar dengan omongan mereka sendiri.


"Jansen!"


Elena juga menutup mulutnya karena terkejut, kebingungan dan sama sekali tidak mengerti situasinya.


"Tetua, hitung jumlahnya. Lihat apa lagi?"


ucap Jansen.


Seluruh tubuh Penatua Yohan gemetaran, dia tidak berani menghitung. Bahkan dilihat saja sudah jelas jumlahnya pasti tidak sedikit.


"Apa kamu tidak mendengar perintah Pemimpin Sekte? Atau apakah kamu mencoba menyembunyikan kebenaran di depan begitu banyak orang?"


Jelas sekali Jansen sedang mempersulit Penatua Yohan.


Sekujur tubuh lelaki tua itu bergetar karena amarahnya. Sebenarnya Jansen bukan sepenuhnya anggota Sekte Tersembunyi, namun kenapa pria muda ini sama sekali tidak takut pada dirinya?


Dia pun tidak punya pilihan selain menghitung batu minyak mayat yang dibawanya secara perlahan.


"Dua ratus dua puluh lima!"


"Dua ratus tiga puluh lima!"


Setiap kali dia menghitung, jantungnya makin berdebar kencang. Pada saat itu dia baru menghitung sebagian kecil dari kumpulan batunya, tapi situasi tampaknya sudah mulai memburuk untuk mereka.


Jiro dan yang lainnya langsung tertawa terbahak-bahak melihat adegan itu dan mengikutinya berhitung!


"Dua ratus enam puluh enam!"

__ADS_1


"Dua ratus enam puluh tujuh!"


Murid-murid dari ketiga cabang lainnya pun merasakan apa yang dirasakan Erika sebelumnya.


Sebelumnya, saat mereka menghitung satu persatu batu minyak mayat dari Gunung Salju Peri, mereka juga ikut berhitung untuk meledek. Sekarang mereka pun mendapatkan balasannya.


Tapi hitungannya masih berlanjut. Ketika hitungan mencapai tiga ratus lima puluh dua, murid-murid dari divisi Sungai Selatan pun tampak tertegun.


Jumlahnya telah melampaui mereka!


Baron dan yang lainnya pun merasa malu.


"Hei orang-orang Sungai Selatan, ayo katakan padaku, siapa yang di peringkat paling bawah, hah!"


Jiro dan yang lainnya sangat gembira dan bertanya secara langsung.


Namun, tidak ada yang bisa menjawab.


Tidak ada yang berani berbicara dari pihak Sungai Selatan.


Batu minyak mayat masih belum selesai dihitung, namun hitungannya secara bertahap mencapai empat ratus tiga puluh tiga. Para anggota dari divisi Rizhao mulai salah tingkah.


"Ayo dong, siapa yang mau memberitahuku diperingkat manakah Gunung Salju Peri?"


goda Erika a yang juga merasa bangga.


Plak!


Semua orang di sana hanya bisa terdiam!


"Terus hitung!"ucap Elena.


Memang hebat sekali suaminya. Apa yang tidak bisa diselesaikan oleh seluruh murid sekte inti mereka, malah dapat dia selesaikan sendirian.


Jika bukan karena orang yang banyak, dia sangat ingin memberikan kecupan manis pada suami tersayangnya itu.


"Lima ratus dua puluh delapan!"


Setelah semua Batu minyak mayat dihitung, Penatua Yohan akhirnya mengangkat kepalanya. Wajahnya dipenuhi dengan keterkejutan, ketidakpercayaan, dan keheranan. Pada akhirnya, dia menjadi marah karena malu!


Hanya ada perbedaan satu batu dari cabang Hongland yang telah dinobatkan sebagai peringkat pertama. Walaupun menang, hanya dengan perbedaan satu batu tentu sangat memalukan bagi mereka.


"Mustahil, bagaimana dia bisa mendapatkan lebih dari tiga ratus Batu minyak mayat sendirian, Penatua Yohan, aku rasa dia curang!"


Tiba-tiba Baron dari divisi Sungai Selatan berteriak.


Tentu saja, dia tidak bisa menahan rasa malunya. Mereka telah bekerja sangat keras selama beberapa hari. Namun, Jansen telah melampaui mereka hanya dengan satu hari!

__ADS_1


Tentu saja sangat mencurigakan.


Mendengarkan itu, semua orang juga mulai bereaksi dan merasa ada yang tidak beres.


Elena dan Erika menatap Jansen dengan cemas. Mereka sangat khawatir jika Jansen telah melakukan kecurangan. Kalau triknya terungkap, tentu saja akan jadi lebih memalukan.


"Jansen, sebaiknya kamu jelaskan pada kami!"


ucap Baron dengan percaya diri, seakan-akan telah membuka kecurangan dan trik yang digunakan Jansen.


Jansen tersenyum dan melemparkan kembali perkataan yang sempat ditegur oleh Penatua Yohan pada Elena sebelumnya. "Dasar pecundang! Sebagai seorang ahli seni bela diri, jangan selalu cari banyak alasan untuk membela diri sendiri. Kalau tidak, hidupmu tidak akan tenang!"


"Kamu!"


Baron sangat kesal mendengarkan ucapannya.


Cassia langsung membentak, "Jansen, jangan mengalihkan pembicaraan. Kalau kamu tidak dapat menjelaskan asal-usul Batu minyak mayat yang kamu dapatkan, kami tidak akan menghitung batu kamu, dan Pemimpin Sekte pun tidak akan mengakui kualifikasi kamu. "


"Aku tidak peduli sama sekali untuk jadi peringkat pertama, yang penting bukan yang terakhir." jawab Jansen dengan ketus, "Selain itu, kalian hanya memiliki satu Batu minyak mayat lebih banyak dari Gunung Salju Peri. Tidak ada apa-apanya!"


"Walau cuma lebih satu, tetap saja menang. Lebih baik kamu jelaskan bagaimana kamu mendapatkan Batu minyak mayat itu!" Cassia menjadi makin marah karena malu.


"Gerbang Perunggu!"


Jansen pun mulai menjelaskan tanpa menyembunyikan apa pun. "Di saat gelombang keempat kumpulan mayat hidup keluar, aku menunggu mereka di depan gerbang perunggu dan membasmi mereka semua!"


Hah?!


Semua orang tersentak. Pantas saja mereka sudah menunggu lama tapi tidak menemukan mayat hidup lagi. Ternyata bukannya gelombang berakhir, namun karena Jansen sudah membasminya seorang diri.


"Jansen, kamu gila!"


Elena hampir saja menjewer telinga Jansen.


Gerbang Perunggu memiliki rahasia Gunung kunlun yang paling menakutkan. Tapi Jansen malah pergi ke sana untuk membunuh mayat hidup. Bagaimana jika ada kecelakaan?


Atau lebih parahnya, mungkin bisa dibawa masuk ke Gerbang Perunggu!


Memikirkan hal itu, dia pun panik dan langsung memarahi Jansen, "Mengapa kamu begitu tidak dapat diandalkan? Aku tidak ingin anakku kehilangan ayahnya bahkan sebelum dia lahir."


Jansen awalnya cukup tertegun dan sedih. Kenapa malah dia yang dibilang tidak dapat diandalkan? Namun, kalimat terakhir Elena pun langsung menghangatkan hatinya.


Benar juga!


Sekarang dia tidak lagi sendirian. Ia akan menjadi seorang ayah. Jadi tidak bisa impulsif seperti sebelumnya.


"Aku berjanji padamu, aku tidak akan main-main seperti itu lagi di masa depan. Kalau ada apa-apa, aku pasti tanya ke kamu dulu!" Jansen segera meminta maaf.

__ADS_1


"begitu baru benar!"


Elena mengangguk.


__ADS_2