
__ADS_3
"Sudah kubilang, tangkap saja kalau kamu punya bukti. Kalau tidak, jangan banyak omong kosong."
"Apa aku yang membunuh Paman Bonnie? Apa kalian melihat aku melakukannya? Jangan cuma mengandalkan asumsi saja!" lanjut Jansen.
Setelah diam sebentar, dia tiba-tiba tersenyum, "Baiklah. Lagi pula aku tidak akan menemuimu lagi, jadi aku akan menjelaskannya padamu!"
"Kakek Miller mengajakku keluar malam itu karena dia ingin menyerahkan Keluarga Miller padaku, tapi aku menolaknya. Saat itu aku hanya mempertimbangkannya!"
"Di perjalanan pulang, beliau disergap oleh para pembunuh, dari daftar yang aku bakar sebelumnya ada 15 orang. Merekalah pembunuhnya!"
"Paman Bonnie, Darwin dan yang lainnya juga bagian dari pembunuhan itu. Jadi, aku membunuh mereka untuk memberi keadilan pada Kakek Miller!"
"Inilah penjelasan yang kalian inginkan!"
Saat Jansen selesai berbicara, seluruh Keluarga Miller tampak tertegun.
Ekspresi mereka seperti kebingungan dan kewalahan atas informasi yang diberikan oleh Jansen.
"Lelucon apa ini?"
Tentu saja, Renata masih tidak mempercayainya dan membentak, "Pengecut ini sudah mempermalukan Keluarga Miller berkali-kali. Kakek Miller sudah lama membencinya. Bagaimana mungkin Kakek bisa menyerahkan keluarga ini kepadanya?"
"Apalagi Paman Bonnie dan Darwin sudah mengikuti Kakek Miller selama bertahun-tahun. Kenapa mereka tiba-tiba ingin mencelakainya? Ada-ada saja!"
"Keterlaluan, sungguh keterlaluan. Aku rasa dia hanya mencoba untuk kabur dari masalah ini!"
Maia dan yang lainnya juga berteriak satu demi satu.
Hanya Paman Kedua dan Paman Ketiga yang terdiam dan mengerutkan kening. Meskipun yang dikatakan Jansen seakan-akan terdengar gila, tapi mereka merasa sepertinya ada sesuatu yang masih tersembunyi di dalamnya.
"Haha!"
Jansen tertawa keras, "Kalian cukup layak untuk membuatku melarikan diri? Kalau kalian memang bisa, ya tangkap saja! Tidak ada bukti tapi tetap saja banyak omong kosong. Andaikan aku benar-benar pembunuhnya, kalian tetap tidak bisa menahanku. Kenapa aku harus kabur?"
Kalimatnya membuat Renata dan yang lainnya tidak bisa berkata-kata.
Benar juga.
Jansen hanyalah tersangka utama, tidak ada bukti konkrit yang membuktikan bahwa dia telah membunuh seseorang!
Tentu saja Jansen tidak perlu mencari alasan untuk membebaskan dirinya.
Leimin merenung dan berkata, "Jansen, coba katakan untuk apa mereka membunuh Kakek Miller?"
Pertanyaan ini jelas sangat penting dan itu juga motif untuk membunuh!
Jansen menggelengkan kepalanya, "Tidak ada komentar tentang ini!"
Alasannya sebenarnya sangat sederhana, yaitu ramuan gen. Namun, Jansen tidak mengatakannya karena dia tidak ingin Keluarga Miller terlibat dalam masalah ini!
Kondisi keluarga ini telah menurun sekarang Lebih baik menjadi orang biasa saja dan melepaskan masa lalu.
"Tidak ada komentar? Apa-apaan itu?! Semuanya hanya bohongan, 'kan? Mana buktinya? Mana saksinya?"
Hal-hal yang dikatakan Jansen sulit untuk meyakinkan mereka, Renata pun mencibir lagi, "Kata-kata mu hanya omong kosong, kami sama sekali tidak mempercayaimu!"
"Benar, tidak ada seorang pun di Keluarga Miller yang mempercayaimu!"
__ADS_1
Maia dan yang lainnya kembali berteriak dan
membentaknya.
"Sudah ku jelaskan tapi tidak ada yang percaya sama sekali. Mau bukti? Aku, Jansen Scott, tidak perlu memberimu bukti apa pun atas hal-hal yang kulakukan!"
Dia terlalu malas untuk melanjutkan omong kosong dan mulai berjalan lagi menuju gerbang
"Jansen, tak seorang pun di keluarga kami percaya padamu. Kamu adalah pembunuh yang membunuh Kakek Miller. Keluarga kami pasti akan membalas dendam!"
Melihat Jansen yang pergi begitu saja, Renata mengumpat lagi.
Selain Paman Kedua dan Paman Ketiga, yang lainnya masih tidak memercayai Jansen.
Walaupun hati Elena sedikit terguncang, tapi dia adalah seorang polisi, dia lebih memercayai bukti daripada sekedar cerita, jadi dia tidak percaya Jansen!
"Aku percaya dia!"
Pada saat ini, terdengar sebuah suara yang menyela!
"Memangnya siapa kamu? Apa yang bisa dibuktikan orang luar tentang masalah keluargaku?"
Renata langsung membentak tanpa sadar, dia pun berbalik untuk melihat ke gerbang, tiba-tiba dia terdiam.
Semua Keluarga Miller juga berpikiran sama dengan Renata. Apa orang itu berpikir mereka akan percaya dengan Jansen. hanya dengan kesaksian dari orang asing?
Namun, mereka semua langsung tertegun setelah melihat ke arah gerbang
Dari pintu gerbang, tampak Jessica yang sedang berjalan masuk.
Elena tertegun hingga matanya membelalak. Jessica dihukum seumur hidup. Kemudian, dia tiba-tiba menghilang. Elena mengira bahwa dia tidak akan pernah melihatnya lagi, tetapi tidak disangka bahwa Jessica akan kembali hari ini.
Jansen juga tertegun dan menatap Jessica. Dia mencibir dan berkata, "Jessica, apa kamu pantas untuk kembali?"
Walaupun dia berkata seperti itu, tetapi dia tahu bahwa Jessica pasti tidak bisa menahan rasa bersalah, pada akhirnya pun melepaskan ambisinya dan kembali untuk menetap dengan keluarga!
Jessica menatap Jansen dalam. Bukannya marah, dia justru memberi hormat pada Jansen.
"Jansen, terima kasih!"
Setelah dia membungkuk, semua orang di Keluarga Miller merasa seperti mereka telah melihat hantu!
Jessica yang pernah menjadi kepala keluarga dan terpaksa mundur, bahkan sampai dijatuhi hukuman penjara seumur hidup, semua itu karena Jansen!
Di antara seluruh anggota Keluarga Miller, Jessica-lah yang paling membencinya, tapi kenapa sekarang dia malah berterima kasih pada Jansen?
Renata dan yang lainnya merasa sepertinya baru saja bertemu Jessica. Renata pun berkata dengan cemas, "Jessica, ke mana saja kamu selama ini? Kenapa kamu berterima kasih pada pecundang ini? Dia membunuh ayahmu!"
"Bu, kamu tidak boleh sembarangan bicara!"
Jessica berkata sambil menggelengkan kepalanya pada Renata.
Hal tersebut membuat Renata sangat marah. Dia sama sekali tidak menyangka Jessica justru akan berterima kasih pada Jansen. Pria itu pasti mengancam putrinya dengan sesuatu. Dia membentak lagi dengan marah, "Jansen, kamu benar-benar seorang bajingan. Kamu membunuh Kakek Miller dan sekarang kamu menyerang Jessica!"
Dia masih menyimpan dendam dengan Jansen yang menyebabkan Jessica masuk penjara!
Plak!
__ADS_1
Begitu dia selesai berbicara, seseorang menampar wajahnya.
"Bu, kamu bisa memarahi siapa pun di keluarga ini, termasuk Elena dan bahkan Ayah, tapi kamu tidak boleh memarahinya!"
Jessica menatap Renata dengan marah.
Renata pun membelai pipinya, matanya penuh dengan ketidakpercayaan.
Putrinya memukulnya?
Elena dan yang lainnya juga tersentak. Sulit membayangkan kejadian di depan mereka.
"Jessica, ada apa denganmu!"
Leimin bertanya, merasa tidak percaya dengan apa yang baru saja dia lihat.
Ekspresi Jessica menjadi dingin, "Semua orang di Keluarga Miller, termasuk aku, tidak boleh memarahinya. Tidak ada yang pantas!"
Setelah mengatakan itu, dia sekali lagi memberi hormat pada Jansen, "Karena Jansen-lah yang membalas dendam Kakek dan dia juga sedang menangani musuh yang tidak mampu disinggung oleh Keluarga Miller!"
"Mengenai penyerahan Keluarga Miller kepadanya, itu juga benar."
"Alasan mengapa dia tidak mengatakan motif pembunuhan Kakek Miller adalah untuk melindungi keluarga ini!"
"Malam itu, Paman Bonnie dan yang lainnya berkolusi dengan orang-orang di dunia Jianghu untuk membunuh Kakek Miller!"
"Selama ini, aku bersembunyi di dalam organisasi itu, jadi aku tahu segalanya dan yakin akan semua itu!"
Jessica berbicara semakin keras, tampak bersemangat dan mulai menangis.
Sebelumnya, dia memang membenci Jansen.
Namun sekarang, Jessica hanya memiliki rasa terima kasih kepadanya.
Keluarga Miller memperlakukan Jansen begitu buruk. Dia tidak merasa kesal maupun dendam. Setelah Kakek Miller meninggal, dia malah diam-diam membalaskan dendam sambil menerima segala omelan dari keluarganya!
Walaupun dia memiliki hati batu, dia masih diluluhkan oleh pria ini!
Semua orang sangat terkejut dengan kata-kata Jessica!
Awalnya, mereka masih curiga dan merasa pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Mana mungkin Jansen membantu menyelesaikan masalah Keluarga Miller?
Namun, yang menjelaskan semua itu adalah Jessica!
Dialah orang yang dulunya paling membenci Jansen!
"Jessica, apa yang kamu katakan itu benar?"
Leimin tiba-tiba berteriak dan melihat ke arah Jansen dengan tatapan yang menggebu.
"Sungguh, aku berani bersumpah atas nama Keluarga Miller!"
Jessica menjelaskan lagi, "Kalau Kakek dan ayah masih di sini, mereka pasti bukan merasa marah, justru lega!"
"Keluarga kita berutang terlalu banyak padanya."
Saat kalimat terakhir ini diucapkan, semua orang pun langsung menatap Jansen.
__ADS_1
__ADS_2