Jansen Scott, Menantu Terbaik

Jansen Scott, Menantu Terbaik
Bab. 1083. Tarian Rumput Laut!


__ADS_3

Sesungguhnya dalam hati dia sangat marah, tapi dia menahan rasa malu, dan mengakui kekalahannya.


Lagi pula, kesan yang dia tinggalkan pada teman-temannya adalah sikap dingin, seperti pria sejati. Dia tidak ingin merusak citra ini.


Tentu saja, dia benar-benar tidak menyangka Jansen sangat mampu, dia berhasil dikalahkan dalam segala bidang.


Jika bukan karena dia ingin masuk ke dunia Jianghu, saat ini dia pasti akan menginjak Jansen dan mempermalukannya. Dia sangat marah sekarang.


Jansen tidak memikirkan apa yang dia ingin mereka lakukan untuk saat ini. Dia menyapu pandangannya dengan santai dan tiba-tiba menatap TV di kejauhan. Dia melihat dua wanita cantik menari di TV.


Itu adalah tarian rumput laut!


"Kalian bisa melakukan tarian itu. Harus menari di panggung aula!"


Jansen menunjuk TV dan berkata.


"Tarian rumput laut?"


Semua orang terkejut.


Sebenarnya, tarian itu tidak jelek. Hanya sedikit gemulai dan kekanak-kanakan. Itu sangat berbeda dari citra Roger.


"Kamu ingin kami menari seperti itu?"


Roger dan Aldi saling menatap. Mereka tahu bahwa ketika mereka menari, pasti akan ada banyak orang menggunakan ponsel mereka untuk merekam. Setelah mengunggahnya di Internet, mereka tak akan punya nyali bertemu dengan orang lain.


"Tidak suka? Bagaimana kalau menari tiang. Pilih salah satu dari keduanya!"


Jansen berkata dengan acuh tak acuh.


Apalagi tari tiang, lebih baik mati jika harus menari seperti itu.


"Beraninya kamu!"


Roger dengan marah membawa Aldi ke panggung. Ada pelayan yang menyalakan musik. Keduanya benar-benar menari.


Semua orang tidak bisa menahan diri lagi. Bahkan anak buah Roger hampir tertawa terbahak-bahak. Apakah benar ini Kak Roger dan Kak Aldi yang keren itu?


Jansen mengambil segelas alkohol dan duduk di sudut, menikmatinya sembari minum.


Setelah Roger selesai menari, dia tidak bisa duduk. Dia mencari alasan untuk pergi. Sebaliknya, Aldi karena minum terlalu banyak justru menjadi keasyikan menari. Dia menari dan difoto oleh banyak teman sekelasnya. Besok dia pasti akan menangis.


Setelah minum sebentar, Seira berjalan mendekat dan berkata dengan sopan, "Pak Jansen, Widya sedang mencarimu. Ada di lantai tiga!"


Jansen sebenarnya berencana untuk pergi. Lagi pula dia juga sudah menghadiri pesta ulang tahun itu. Namun, jika dipikir-pikir, hadiah ulang tahun di tangannya belum diberikan kepada Widya.


"Baik, kalau begitu ayo pergi!"


Jansen mengikuti Seira menuju lantai tiga.


Di aula lantai tiga juga ada banyak orang. Dibandingkan dengan lantai dua, lantai tiga berisi tokoh besar dari Kota Alerka. Mereka saling bersosialisasi dengan sopan.


Jansen juga bertemu dengan kakek Widya, Meskipun lelaki tua ini menderita katarak, dia memiliki kemampuan seni bela diri yang baik. Sepertinya dia bisa merasakan satu sama lain melalui suara.

__ADS_1


Dan sekarang, seharusnya mereka sedang menunggu seseorang dari keluarga Crush datang.


"Sebelah sini!"


Seira berjalan maju bersama Jansen, terlihat sedikit berhati-hati, seperti takut ketahuan orang lain.


Untungnya, ada banyak orang di sini, jadi hanya sedikit orang yang memperhatikan mereka.


Jansen mau tidak mau merasa aneh, diam-diam seperti bermain petak umpet?


Namun, dia tidak terlalu memikirkannya. Dia akan memberi Widya hadiah ulang tahunnya. Dia kemudian bisa mengejar pesawat dan terbang kembali ke Ibu kota.


Ada kamar istirahat di samping aula. Seira berhenti di pintu salah satu ruangan dan menunjuk ke dalamnya, "Widya ada di dalam. Dia mengatakan bahwa dia telah lama menunggumu. Silakan masuk!"


Jansen mengangguk dan masuk.


Klak!


Begitu dia masuk, pintu di belakangnya ditutup dan dikunci.


Jansen tiba-tiba merasa ada yang tidak beres. Lagi pula, seorang pria dan wanita hanya ditinggal berdua. Mengunci pintu hanya akan membuat orang-orang bergosip.


Tiba-tiba, Jansen terpikirkan sesuatu.


Mungkinkah Seira menjebaknya?


Dia kemudian menyapu pandangannya ke seluruh ruangan dan menemukan bahwa ruangan itu cukup besar, dekorasinya juga sangat bagus. Ada kamar kecil, hanya saja sepertinya ada yang bersembunyi di dalam sana.


Tepat di depannya ada ranjang besar. Seseorang terbaring di atasnya, dan napasnya lemah.


"Bukankah dia berulang tahun? Dia hanya tidur dan meninggalkan semua tamu?"


Jansen menggelengkan kepalanya dan tiba-tiba terpikirkan sesuatu. Dia dengan cepat menyingkap selimutnya dan wajahnya langsung menggelap.


Di balik selimut, Widya tidak mengenakan apa-apa.


Memikirkan Seira yang tiba-tiba menguncinya di sini, Jansen juga tahu apa yang sedang terjadi.


Bagaimanapun, aula di luar ruangan banyak tokoh besar dari Kota Alerka. Bahkan kakek Widya ada di sana, dan Widya sedang berbaring di tempat tidur dalam keadaan tanpa pakaian, hanya berdua dengannya. Apa yang akan orang pikirkan?


Ditambah pada hari pertunangan antara kedua keluarga hari ini, begitu masalah ini muncul, pertunangannya mungkin akan batal.


Akibat terparah, Widya harus menanggung malu begitu pun seluruh keluarganya.


"Bukankah Seira teman sekelas Widya? Kenapa berbuat begini?"


Jansen tidak terburu-buru untuk keluar. Dia rasa sudah ada yang menjaga pintu. Dia justru menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur.


Dia tidak tahu siapa yang melakukan hal ini dan apa tujuannya?


Mungkinkah ini untuk memfitnah Widya?


Atau memfitnah dirinya?

__ADS_1


Tapi Jansen tahu, dia mungkin tidak bisa pulang malam ini.


"Aku ingin pergi, tapi kalian tidak membiarkanku pergi? Baik. Aku tidak tahu apakah kalian bisa menanggungnya!"


Jansen juga tidak terlalu banyak berpikir. Sebaliknya, dia menunjukkan tatapan tertarik.


Saat ini, seseorang diam-diam menyelinap dari kamar mandi. Dia adalah seorang master.


Meskipun Jansen duduk membelakanginya, dia masih bisa merasakan jika orang ini memegang jarum suntik dan ingin menyuntikkan sesuatu pada dirinya. Sepertinya ingin membuatnya pingsan dan melemparkannya ke tempat tidur.


Masalah ini, tidak tahu apakah Roger terlibat. Jika iya, Roger orang yang sangat tidak dapat diandalkan, Widya adalah calon tunangannya.


Orang harus tahu bahwa Jansen sudah terlalu malas untuk mengurus Roger. Alasan terbesarnya karena dia menghormati Widya. Sekarang Widya sudah tahu perilaku sebenarnya orang itu.


Set!


Saat Jansen sedang berpikir, seseorang tadi sudah tiba di belakang Jansen. Dia mengira Jansen sama sekali belum menyadarinya, namun saat dia akan bergerak, Jansen berputar ke belakang dan meraih pergelangan tangannya.


"Kamu!"


Seseorang itu ternyata pria berusia sekitar 30 tahun. Saat Jansen berhasil menyadarinya, dia sangat terkejut.


Tanpa menunggu dia berbicara lebih banyak, Jansen meraih lehernya dengan tangan satunya.


"Dengarkan penjelasanku!"


Teriak pria itu cemas.


Krak!


Jansen mematahkan lehernya. Orang yang berani menjebaknya tidak perlu hidup lebih lama lagi.


Penjelasan? Saksi mata?


Apa perlu?


"Setelah banyak pengalaman, orang menjadi lebih tegas. Membunuh seseorang seperti membunuh ayam. Tapi, mungkin sebagian alasannya karena ada pengaruh darah Raja Mayat Berdarah!"


Jansen menggelengkan kepalanya. Dia ingin meninggalkan tubuh pria itu di sudut, tetapi ketika dia berpikir bahwa saat polisi ada di sini, tidak mudah untuk menjelaskannya. Dia hanya menyeretnya ke kamar mandi dan membakar tubuh dengan Api Yang.


Setelah membereskannya, Jansen berjalan kembali dan melihat saat ini Widya juga sudah terbangun di tempat tidur, dan ketika menyadari bahwa dia telanjang, dia berteriak.


"Tenang, ini aku!"


Jansen duduk di samping tempat tidur.


"Pak Jansen?"


Widya sangat terkejut dan bingung. Apa yang terjadi?


Dia kembali mengingat bahwa sebelumnya, Seira dan beberapa teman sekelas minum bersamanya, kemudian dia tampaknya mabuk dan beristirahat di kamar, tetapi kapan dia melepas pakaiannya?


Dan kenapa Pak Jansen ada di sini?

__ADS_1


Mungkinkah dia melakukan sesuatu dengan Pak Jansen?


__ADS_2