
__ADS_3
Kalau bukan karena dia baru saja pindah sehari kemari, ditambah dengan orang-orang Keluarga Miller, Jansen sudah pasti akan langsung menghajar mereka!
Setelah menenangkan semua orang, Jansen pergi melihat-lihat hal-hal di Aula Xinglin sekaligus untuk mengambil obat untuk Elena.
Ketika mereka tiba di Aula Xinglin, mereka melihat Kakek dan yang lainnya sedang sangat sibuk. Meski Jansen sudah menyelesaikan hampir seluruh pekerjaannya, masih ada beberapa detail kecil yang perlu diproses ulang.
Jansen juga sekalian membantu rekan-rekannya. Setelahnya, dia pergi menebus obat. Seusai semua pekerjaannya sudah selesai, dia pergi ke tempat Grup Aliansi Senlena untuk melihat-lihat.
Kantor Grup Aliansi Senlena berada di tepian Gunung Baiyun, bahkan lokasi Dragon Hall juga tersembunyi di sini.
Jansen juga ada membeli tanah di gunu Baiyun, sebab tempat ini kaya akan aliran energi Qi. Ini sangat cocok untuk menjadikan Dragon Hall sebagai tempat latihan dan persembunyian.
Bangunan pabrik Grup Aliansi Senlena tidak ada di sini, melainkan di pinggiran kota. Natasha dan yang lainnya yang bertanggung jawab di sana.
Setelah melihat-lihat lokasinya, tak terasa, hari sudah malam. Jansen membeli beberapa hidangan dan bersiap untuk kembali memasak bersama Elena.
Jansen lantas menelepon Elena dan ternyata Elena sedang pergi membeli kebutuhan sehari-hari bersama Veronica.
Setelah menanyakan lokasinya, Jansen langsung memanggil taksi dan bergegas menuju tempat Elena berada. Diam-diam dia menghela napas karena emosi. Meskipun uang dapat menyelesaikan banyak hal, jika dipikir lagi, butuh waktu seminggu untuk menjadi stabil.
"Apa yang sedang kalian lakukan!"
Pada saat ini, Elena dan Veronica dihentikan oleh beberapa pria di jalan.
"Hai, nona. Kita ketemu lagi, ya. Bagaimana dengan tawaranku sebelumnya? Apakah kalian tertarik untuk menandatangani kontrak dengan agensiku?"
Elena kembali bertemu dengan Si Gendut yang datang pagi hari tadi. Pria gemuk itu makin tertarik melihat cantiknya paras Elena. Kedua wanita ini bahkan tampak lebih diva dibandingkan diva miliknya, terlebih lagi pada Veronica. Mereka tidak hanya memancarkan aura sosok yang baik dan memiliki wajah yang halus, tetapi rupanya temperamen mereka juga sangatlah tinggi.
"Aku bilang aku tidak tertarik. Kalau kamu masih tidak mau pergi, kami akan memanggil polisi!"
Elena benar-benar serius kali ini. Jika dia tidak sayang dengan bayi yang ada di perutnya, Elena sudah pasti akan menghabisinya.
"Kami pengusaha yang baik-baik saja, kami tidak melanggar hukum. Perlu apa kamu memanggil polisi?"
Si Gendut tampak acuh tak acuh, "Kamu tidak bisa menandatanganinya, tapi semua masalah ini tidak sesederhana itu. Aku sudah memanggil puluhan rekan-rekanku untuk membuat keributan di luar Rumah Istana setiap hari. Kita lihat apakah kamu bisa tahan dengan hal ini!"
Metode ini adalah metode umum penagihan utang untuk pinjaman online. Hal ini tidak ilegal dan bisa membuat orang lain prustasi.
Orang-orang ini memang tampaknya sedang melakukan bisnis yang sah, tetapi mereka sebenarnya benar-benar melakukan bisnis yang kotor. Ada masa ketika mereka mencari masalah di jalanan dan tidak punya prinsip dalam melakukan apa pun.
"Oke, kita lihat saja apa kamu benar-benar akan mencari keributan. Rasakan saja sendiri akibatnya. Veronica, kita pergi saja!"
Elena sudah paham betul bahwa Jansen sendiri yang akan membereskan masalah-masalah kecil seperti ini.
Si Gendut sendiri juga merasa kesal melihat bahwa Elena tidak takut sama sekali dengannya. Dia mengedipkan mata pada anak buahnya dan beberapa orang langsung menghentikannya Elena dan Veronica.
"Kamu hanya punya waktu tiga detik sebelum aku memanggil polisi!"
Elena menatapnya dengan tajam.
__ADS_1
"Panggil polisi?"
Pada saat itu, sesosok yang sedang tersenyum datang dari belakang mereka. Jansen berjalan perlahan, "Sepertinya hanya akan menghabiskan uang kalau ingin memanggil polisi untuk menahan mereka!"
"Jansen!"
Melihat Jansen, Elena dan Veronica sama-sama tersenyum.
"Tidak apa-apa, aku yang akan menyelesaikannya!"
Jansen mengangguk pada mereka dan kemudian menatap Si Gendut dengan tatapan yang dingin. Ia tidak menyangka bahwa orang ini akan menjadi sangat menyebalkan. Si Gendut baru saja datang pagi hari tadi dan sekarang muncul lagi.
Jika bukan karena ada banyak kerjaan hari ini, Jansen pasti sudah menghabisinya tadi.
"Nama kamu Ghalinus, 'kan?"
Jansen menatap Si Gendut dengan samar.
Si Gendut pun kaget. Dia sendiri tidak pernah menyebutkan namanya. Apa pria ini benar-benar mengenalnya?
Apalagi menurutnya itu sangat aneh. Orang biasa sudah takut ketika mereka menghadapi hal semacam ini, tetapi Jansen tidak takut sama sekali dari awal hingga akhir.
Bahkan keluarga Jansen juga tidak takut dengan dirinya sendiri, seolah sudah terbiasa.
"Siapa kamu!"
"Seorang dokter!"
Jansen tersenyum dan berkata, "Ghalinus, aku sering menonton filmmu. Semuanya sangat bagus. Lain kali, kalau aku pergi ke bioskop untuk menonton filmmu lagi, kamu harus menggratiskannya untukku!"
Si Gendut bisa mengetahui jika Jansen sedang meledeknya. Dia pun mencibir dan menjawabnya balik, "Bro, kamu cukup pemberani, ya. Apakah kamu tertarik untuk minum denganku?"
Setelah jeda sesaat, Si Gendut kembali melanjutkan omongannya, "Kamu memanglah pemberani, tetapi aku tetap harus pergi ke rumahmu untuk syuting. Cepat atau lambat, teman-temanmu ini juga akan menandatangani kontrak dengan kami. Dan kalau saatnya sudah tiba, aku akan mempromosikan mereka sebagai bintang wanita tingkat ketiga. Mereka pastinya akan sukses!"
"Hahaha!"
Orang-orang Ghalinus pun juga ikut tertawa.
"Ghalinus, apakah kamu sedang menyinggungku?"
Jansen juga ikut tertawa, namun raut wajahnya makin ganas.
"Aku telah menyinggung banyak orang dalam pekerjaanku. Kamu sendiri tak ada bedanya dengan orang-orang itu!" kecam Si Gendut.
"Lagi pula, ini adalah Kota Yanba. Kamu masih terlalu lembek, hai anak muda!" lanjut Si Gendut dengan nada bicara yang makin terdengar kejam.
"Mungkin aku masih muda dan lembek, tapi aku bisa memberitahumu bahwa orang-orang yang sengaja menyinggungku hanya berakhir dalam satu kondisi!" sebut Jansen. "Baiklah, jangan bicara omong kosong, kita akan pergi minum ke mana!"
Ini adalah jalan utama. Jansen juga tidak ingin menarik banyak perhatian.
__ADS_1
Namun, karena Si Gendut berani menggoda Elena dan yang lainnya, mereka harus bisa membalasnya balik, tak peduli apakah itu akan menyakiti mereka.
Si Gendut melirik Elena dan Veronica dan sepertinya enggan untuk meninggalkan mereka.
"Mau ke mana? Jangan buang waktuku. Aku masih harus kembali dan memasak obat!" tanya Jansen dengan cuek.
"Kamu benar-benar tak sabar lagi untuk mati, ya. Baik, ikuti aku!"
Wajah Si Gendut menjadi dingin. Dia membiarkan Elena dan yang lainnya lepas untuk saat ini. Bagaimanapun, selama dia bisa menghabisi Jansen, mungkin wanita-wanita ini akan berpihak padanya?
Setelah mengatakan itu, Jansen dan Ghalinus berbalik dan pergi. Ketika mereka pergi, bawahan Ghalinus menatap pada Jansen dari atas ke bawah dengan ledekan dan ejekan.
"Jansen, kami pergi dahulu, ya!"
Elena menyahut pada Jansen dan akhirnya pergi bersama Veronica. Dari awal sampai akhir, dia sama sekali tidak mengkhawatirkan Jansen.
Si Gendut yang berjalan di depan kembali merasa Si Gendut yang berjalan di depan kembali merasa aneh saat melihat pemandangan ini. Mengapa kedua wanita itu justru tidak merasa khawatir?
Setelah berjalan lebih dari sepuluh menit, sampailah mereka di sebuah klub malam. Ketika pelayan melihat bahwa itu adalah Si Gendut, dia mengangguk dan membungkuk.
Sebagai seorang bos, Si Gendut sudah terbiasa dengan pemandangan seperti ini. Ia melirik Jansen dan mengira Jansen mengetahui tentang pamor yang dimilikinya di Kota Yanba.
Bahkan Ghalinus sendiri kagum dengan status yang dimiliki Jansen. Entah mengapa, Jansen justru tak ingin berkoar mengenai posisinya sendiri.
Ghalinus hanya ingin Jansen takut padanya.
Mungkin sikap tenang Jansen sedari tadi itu yang membuatnya sangat marah.
Namun, lagi-lagi dia dibuat kecewa. Jansen memicingkan matanya seolah itu bukan urusannya.
Mereka pun menaiki lift menuju atap gedung.
Pada saat yang sama, sejumlah besar orang bergegas ke atap. Mereka semua adalah murid dari Ghalinus. Ketika mereka mengetahui bahwa ada yang berani menyinggung Bos Ghalinus, mereka semua mengambil jeruji besi dan senjata lainnya.
Lampu di atap sana bersinar dengan terang dan ada bercak noda darah di tanah. Sepertinya ini adalah tempat di mana Ghalinus bermain hakim sendiri.
"Apa semua orang ada di sini?"
ucap Jansen samar dengan tangan terlentang.
Jansen adalah orang baru di sini, tidak dapat dihindari bahwa dia akan menarik perhatian para taipan lokal. Sebab itulah, dia perlu membuat sebuah masalah yang akan membuat mereka semua memandang tinggi padanya. Ghalinus adalah sasaran yang tidak buruk. Selama Ghalinus bisa diselesaikannya, misteri kehidupan bawah tanah Kota Yanba juga akan terpecahkan.
"Kamu punya banyak nyali juga, ya! Berani-beraninya melawanku!"
Setelah Ghalinus berkumpul dengan yang lainnya, dia perlahan menatap ke arah Jansen, "Aku pergi untuk memeriksa ulang siang tadi. Ternyata, Rumah Istana itu memang milikmu dan kontrak yang aku tandatangani dengan Wildan juga tidak sah. Jadi, sebelum kamu setuju denganku, agensiku juga tidak akan memiliki tempat untuk membuat film!"
"Tentu saja!"
Jansen berkata dengan senyum tipis, "Kalian orang-orang bermuka dua. Kalian hanya tampak seperti sedang melakukan bisnis yang sah saja, tapi kalian sebenarnya selalu bermain kekerasan di belakang. Kurasa, kontrak yang kamu tandatangani dengan Wildan juga merupakan kontrak yang 'berat sebelah', 'kan? Tapi, tak apalah. Sudah saatnya aku membersihkan noda-noda kotor dari jalanan Kota Yanba!"
__ADS_1
__ADS_2