Help Me, Mr. Ceo

Help Me, Mr. Ceo
BAB 7#siapa dia sebenarnya #6


__ADS_3

Diego dan Hanjo pun pergi menuju Gedung tua yang dikatakan oleh setan kakek tua tadi malam. Dalam pikiran Hanjo, Gedung tua yang dimaksud paling ya hanya sebuah gedung tua yang ada di dalam kota itu juga. Jadi tidak perlu waktu lama untuk sampai ke gedung tua tersebut pikirnya, akan tetapi faktanya....


“Diego apa masih lama?” keluh Hanjo pada Diego yang sedang mengemudikan mobil Jeepnya itu. Sudah tiga jam lebih mereka menempuh perjalanan sejak mereka meninggalkan kediaman Diego pagi itu tapi mereka masih saja belum sampai di tujuan mereka.


Hanjo melihat Diego dengan tatapan kesal sebab pertanyaan nya tidak direspon oleh Diego, “apa bicara dalam perjalanan adalah pantangan bagi nya?” seru Hanjo dalam hati.


Karena merasa bosan dengan perjalanan yang bagaikan tanpa ujung ini, Hanjo pun melihat ke kiri dan kanan jalan yang mereka lalui. “jangankan gedung tua, kedai nasi pun tidak ada terlihat.” Gerutu Hanjo pelan.


untuk sesaat Diego melirik ke arah Hanjo. Dia yakin Hanjo pasti tidak tahu apa sebenarnya gedung tua itu.


Semenjak dua jam lalu meninggalkan kota, Hanjo dan Diego benar-benar masuk ke jalan yang kiri dan kanannya hanya ada pepohonan yang tinggi dan besar, tidak ada satu pun rumah penduduk sejauh mata memandang.


“apa kau yakin kita berada di jalan yang benar Diego?” Seru Hanjo, kini dia sedikit cemas. Takut kalau-kalau ternyata mereka nyasar.


“apa kau sudah mulai merasa takut?” Akhirnya Diego mulai berbicara.


"Iya!! aku memang takut!! takut kalau kita nyasar!!" jawab hanjo, jutek.


"kau tenang saja, aku sangat hapal jalan menuju gedung tua ini." jawab Diego, sambil tetap fokus membawa jeepnya. "bahkan aku tetap akan sampai ke tempat tujuan kita walau aku harus menutup mata ku" ujar Diego sombong.


“Aku kira berbicara sambil nyetir adalah pantangan dalam hidup nya eh sekali nya udah bicara, bicara terus saja kerjanya.” ejek Hanjo dalam hati.


"benar kah? lalu kalau begitu mengapa dari tadi kau hanya diam? padahal aku sudah bertanya pada mu berkali-kali."

__ADS_1


"Sebelum mencapai gerbang pertama aku harus fokus membawa mobil ini karena kalau tidak kita hanya akan berputar-putar di tempat yang sama.” jawab Diego.


“gerbang pertama? berputar-putar di tempat yang sama?” Hanjo mengulang kembali perkataan Diego sebab dia tidak paham dengan maksud perkataan Diego barusan. Apalagi ketika Diego menyebutkan gerbang, Hanjo tidak merasa melihat ada gerbang apapun semenjak tadi.


“Heeem...” Jawab Diego singkat.


Hanjo menatap Diego yang sedang fokus menyetir itu berharap Diego akan memberikan penjelasan lebih untuk nya.


"heeemm? hanya hemm?" protes Hanjo mendengar jawab singkat plus menyebalkan dari Diego.


"lalu kau mau aku menjawab apa?"


"ya jelasin apa gitu kek!! tadi kau ada bilang tentang gerbang pertama? tapi aku sama sekali tidak ada melihat gerbang apapun."


"jangan-jangan, gedung tua itu juga bukan sebuah gedung?" ujar Hanjo, tidak yakin.


Diego hanya menoleh pada Hanjo sambil tersenyum tipis.


“Hanjo, apa kau tahu di mana lokasi gedung tua?” Tanya Diego pada Hanjo yang saat ini ada banyak pertanyaan di dalam pikirannya.


Hanjo menggeleng pelan. Dia memang benar-benar tidak tahu lokasi gedung tua itu. Dan nama gedung tua itu sendiri baru pertama kali Hanjo dengar semalam dari setan si kakek tua.


“aku tidak tahu.” Jawab Hanjo, pelan.

__ADS_1


"apa jangan-jangan benar gedung tua itu tidaklah benar-benar merupakan sebuah gedung. Mungkin saja itu adalah nama suatu daerah. Tapi emangnya ada daerah yang nama nya gedung tua?” ada banyak pertanyaan yang seliwiran di kepala Hanjo saat ini. Tapi untuk bertanya pada Diego, Hanjo lebih memilih untuk tidak melakukan nya. Laki-laki yang ada disebelah nya ini adalah laki-laki yang sangat menyebalkan.


“jangan katakan kalau kau berpikir gedung tua yang dikatakan oleh setan kakek tua tadi malam benar-benar sebuah gedung?” Ujar Diego sambil tertawa kecil.


“kau tidak perlu tertawa seperti itu bahkan jika benar aku mengira gedung tua adalah sebuah gedung.” Sungut Hanjo sambil memanyunkan bibirnya. Dia merasa sangat bodoh di hadapan Diego saat ini. Tapi bagaimana dia bisa tahu kalau gedung tua itu ternyata bukan sebuah gedung jika Diego dan kakek tua itu tidak menjelaskan apapun pada nya. Jadi wajar toh kalau dia berpikir gedung tua yang mereka bicarakan tadi malam adalah sebuah gedung. Seperti orang yang mengatakan akan pergi ke pasar, tentu di dalam pikiran orang yang mendengarkannya pasti tempat yang di tuju adalah pasar, tempat orang untuk menjual dan membeli barang. Lagian, siapa sih yang sedemikian kurang kerjaan menamai sebuah tempat dengan nama gedung tua. Semakin Hanjo pikirkan, Hanjo jadi semakin pusing.


“gedung tua itu bukan lah sebuah gedung. Itu adalah nama sebuah tempat di sebuah kampung yang telah ditinggalkan oleh masyarakat ya.


Mengapa mereka menamai tempat itu dengan nama gedung tua, aku sendiri pun tidak tahu. Yang aku tahu para hantu menyebut tempat itu dengan nama gedung tua.” Jelas Diego pada Hanjo. Dia mulai merasa kasihan melihat Hanjk yang sudah mulai pening dengan semua istilah ini.,


“ooo.. begitu rupanya.” Ucap Hanjo sambil manggut-manggut.


“apa kau sudah pernah kesana Diego?” tanya Hanjo penasaran apakah Diego sudah pernah kesana atau belum.


“Sudah. Aku sudah pernah kesana sekali.” Tiba-tiba terasa angin berdesir di hati Diego ketika mengingat kejadian sewaktu dia datang ke tempat itu setahun lalu.


“untuk apa kau kesana?” Hanjo yang tidak tahu apa yang dirasakan Diego saat itu terus saja mengajukan pertanyaan untuk memenuhi rasa ingin tahu nya.


“Itu bukan urusan mu.” Jawab Diego dengan nada datar.


Hanjo pun melirik sekilas pada Diego,”huft dia kembali menjadi mr. Menyebalkan seperti sebelumnya.” Sungut Hanjo, dan kembali melihat ke kiri dan ke kanan just for killing time.


***bersambung..

__ADS_1


__ADS_2