
__ADS_3
Sejak Diego meninggalkan Hanjo demi membebaskan Lili, perasaan Diego terasa tidak tenang. Ada yang mengganjal di hati nya. Dia terus memikirkan nasib Hanjo. Diego juga merasa bersalah telah mengorbankan Hanjo demi Lili.
Diego memutar - mutar ponsel nya di atas meja kerjanya itu sambil mengingat-ingat apakah masih ada rumah sakit yang terskip olehnya. Ya, Diego baru saja menelpon langsung semua direktur rumah sakit yang ada di kota itu dan meminta data pasien wanita yang sedang terbaring koma lengkap dengan foto pasien sekaligus. Sebagai pemilik saham terbesar di seluruh rumah sakit yang ada di kota itu, maka sudah pasti itu bukanlah hal yang sulit bagi seorang Diego.
"Siapa kau sebenarnya? Dan dimana kau berada kini?" gumam Diego, penuh dengan rasa bersalah.
Satu persatu email dari rumah sakit - rumah sakit itu masuk ke email pribadi milik Diego.
Dengan penuh pengharapan Diego mulai membuka satu demi satu email tersebut di laptopnya.
Diego terus melihat email yang masuk dengan tekun.. menyisir halaman demi halaman sambil terus memperhatikan satu demi satu wajah pasien yang ada di dalam email tersebut.
__ADS_1
Satu jam sudah berlalu sejak Diego mulai membuka email-email tersebut tapi hasilnya nihil...
tidak mungkin dia meminta bantuan James untuk permasalahan nya yang satu ini hanya saja percuma andaikan James juga ikut menyisir email tersebut sebab Jack tidak tahu seperti apa wajah Hanjo. Sedangkan hanya itu petunjuk satu-satunya yang Diego miliki tentang Hanjo. Kalau nama, sudah jelas itu bukan lah nama asli gadis itu. Itu hanya lah nama yang diberikan oleh temannya sesama hantu.
Kini sudah hampir tiga jam lamanya Diego masih memfokuskan mata mencari data Hanjo dari lima rumah sakit besar dan tujuh rumah sakit kecil di kota itu, sayang nya tidak ada dari rumah sakit itu yang memiliki pasien koma yang wajah nya seperti wajah Hanjo. Diego pun jadi frustasi karena. Mengapa ingin meminta maaf saja sesulit ini pikir nya. Diego pun menutup laptopnya dengan kasar. Hatinya terasa sangat kesal.
"Kau kenapa tuan?" Tanya James yang entah sejak kapan ada di ruangan itu.
"apa dia marah pada ku? tapi aku kan sudah mengetuk pintu nya beberapa kali." Gumam James dalam hati.
"maafkan aku tuan.Tapi aku sudah mengetuk pintu ruang kerja mu berkali-kali. Dan karena pintu itu sedikit terbuka jadi nya aku mengintip ke dalam. Aku lihat kau sedang ada di dalam tuan..maka nya aku memberanikan diri untuk masuk." jelas James. Dia sadar mood bos nya sedang buruk saat ini.
__ADS_1
Diego menghela nafas dalam.Dan mengusap wajah nya kasar. "Maaf kan aku James. Kepala ku sedang ruwet." imbuh Diego. "ada apa kau kemari?" Tanya nya pada James. Diego ingat betul, dia sudah mengatakan pada James kalau dia tidak akan masuk ke kantor beberapa hari ini.
"Saya ingin mengantarkan proposal kerja sama dari tuan Arthur," James meletakkan berkas proposal kerja sama itu di atas meja kerja nya Diego.
"Kau kelihatan sangat lelah tuan Diego. apa ada yang bisa aku bantu?" James yang melihat tuannya tidak seperti biasanya sejak tuannya pulang dari berpergian kemarin langsung menawarkan bantuan pada Diego.
Diego melihat ke arah Jack."seandainya kalau kau memang bisa membantu James, aku pasti sudah dari tadi meminta bantuan mu." gumam Diego dalam hati. Mata nya sangat lelah membaca semua dokumen para pasien itu.
Diego menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan nya perlahan.
**bersambung
__ADS_1
__ADS_2