
__ADS_3
"Nama ku Kaila.. Kaila Maura.” Seru Hanjo yang kini sudah ingat semua nya.
Air mata terus menetes di pipinya. Entah karena dia senang karena telah mengingat siapa dirinya sebenarnya atau karena dia sedih sebab telah membuat orang-orang yang dia sayangi sedih karena kondisinya.
“Arthur, aku akan mengantar Agatha ke kembali ke kamar. Kondisinya nya tidak terlihat baik. Dia sangat shock karena terlalu khawatir dengan keadaan Kaila tadi.” Ujar kakek Kaila sambil menepuk pundak Arthur yang duduk di samping Kaila.
“tidak apa-apa kek. Aku akan menjaga Kaila disini. Kalian semua bisa pergi. Lagi pula sebentar lagi dokter Milia akan datang untuk memeriksa keadaan Kaila.” Ungkap Arthur.
“Baiklah kalau begitu dan terima kasih Arthur.” Danil pun membawa Agatha pergi dari kamar Kaila. Walaupun pada awalnya Agatha sama sekali tidak ingin meninggalkan Kaila. Dia ingin tetap berada di samping cucu kesayangannya itu. Tapi karena Danil memaksa akhirnya Agatha pun terpaksa mengikuti Danil.
__ADS_1
Kaila yang melihat kakek dan neneknya pergi tanpa menyadari keberadaannya di kamar itu menjadi semakin sedih. Apa lagi ketika melihat sang nenek yang kelihatannya tidak dalam keadaan sehat seperti sebelum dia mengalami kecelakaan. “apakah nenek sakit karena terlalu memikirkan ku?” Ujar Kaila yang masih terus menatap kakek dan neneknya itu hingga mereka menghilang dari pandangan Kaila.
Kini di ruangan itu hanya tinggal Kaila, Arthur dan Nania.
Nania yang tadi nya hanya berdiri di bagian belakang, kini berjalan ke arah depan, tempat dimana Arthur sedang berdiri sambil memperhatikan semua alat yang terpasang di tubuh Kaila.
“Sungguh malang nasib mu sepupu ku.” Ujar Nania sambil memulai aktingnya. Dia terlihat seolah-olah sudah mulai akan menangis. “aku sudah tidak sanggup melihatnya hidup dengan bantuan alat seperti ini.” Dan ya, Nania pun mulai terisak. Dan tidak main-main, air mata pun nya seakan sudah di setting otomatis untuk mendukung aktingnya itu, membuat pendalaman peran itu sungguh terlihat nyata.
“ternyata kau sangat sayang pada ku Nania? Maafkan aku yang selalu menyangka kau adalah gadis yang penuh kepura-puraan selama ini.” Tukas Kaila sambil menangis. Dia menyesal telah menyimpan prasangka buruk untuk Nania selama ini.
__ADS_1
Sementara Kaila sedang haru-harunya menangis, Arthur berjalan mendekat ke arah Nania.
“Aku pun merasa sedih setiap kali melihat tubuhnya yang lemah ini dipasangi alat-alat seperti ini Nania. Terkadang dalam doa ku, aku selalu berharap tuhan segera mengangkat penyakitnya. Jika seandainya tuhan memang lebih menyayangi diri nya maka aku akan dengan ikhlas untuk melepaskannya.” Tutur Arthur. Laki-laki itu benar-benar tidak kuat melihat tubuh kecil mungil itu dipasangi banyak sekali alat media untuk menopang hidupnya.
“aku pun juga selalu berdoa seperti itu Arthur. Aku tidak kuat melihat sepupu ku seperti ini!”
Kaila yang mendengar perkataan tunangannya serta sepupunya ini auto berhenti menangis dan menatap ke dua orang ini dengan tatapan tidak percaya.
“kalian tidak sedang mendoakan agar tuhan segera menjemput ku kan?” Seru Kaila dengan ekspresi yang sulit untuk digambarkan karena saking out of box nya.
__ADS_1
""" bersambung...
__ADS_2