
__ADS_3
Percakapannya dengan Hanjo barusan membuat terkenang kedatangan nya ke gedung tua tahun lalu. Ya, Diego memang pernah pergi pintu akhirat itu. Semua itu dia lakukan demi kekasih yang jiwa nya ditawan oleh penghuni gedung tua tersebut. Aku akan membawa mu kembali Lili...”Seru Diego dalam hati sambil melihat ke arah Hanjo.
Setelah hampir menempuh perjalanan dengan mobil hampir empat jam lamanya akhirnya Diego dan Hanjo sampai di depan sebuah desa. Dan mobil Jeep itu pun berhenti disana.
“turunlah. Kita sudah sampai.” Ujar Diego pada Hanjo yang terlihat sibuk melihat ke sekeliling tempat itu dari dalam mobil.
“apa ini desa yang kau katakan tadi Diego?” Hanjo merasakan hawa-hawa yang berbeda di tempat ini. Suasana desa ini sungguh mencekam membuat bulu roma nya berdiri tanpa instruksi.
“heem.. cepat lah turun. Sebab kita masih harus berjalan kaki beberapa jam menuju gedung tua. Kita harus sampai di tempat itu sebelum jam tiga sore. Kecuali jika kau punya cadangan nyali untuk berjalan di malam hari untuk kembali ke pintu gerbang desa ini.” Ucap Diego, kembali memandang rendah tingkat keberanian yang dimiliki oleh Hanjo.
“Kau!!! Mulut mu itu sungguh senang merendahkan orang lain Diego!!!!” Seru Hanjo sambil menunjuk Diego dengan jari telunjuknya. Dia tidak terima jika kelemahannya selalu dibaca-baca oleh Diego.
“Aku hanya berkata sesuai dengan apa yang aku lihat.”jawab Diego dengan gampangnya. Dia tidak merasa bersalah telah merendahkan Hanjo. “aku tidak ingin kau kembali memeluk ku saat kau merasa ketakutan.” Ujar Diego dan langsung keluar dan meninggalkan Hanjo yang masih terlihat kesal pada nya.
“Kau!!!” Hanjo tidak bisa melanjutkan menyelesaikan umpatannya pada Diego karena Diego sudah keburu keluar dari mobil itu.
Walaupun kesal, Hanjo tetap segera turun dari mobil itu karena bagaimana pun dia takut kalau Diego berjalan duluan masuk ke dalam desa dan akhirnya dia terpaksa berjalan sendiri. Mana dia tidak tahu seperti apa kondisi desa itu sebenarnya. Apakah desa itu hanya sunyi atau jangan-jangan...
Hanjo menepuk kening nya sendiri, merutuki dirinya yang senang membawa sensasi horor itu masuk ke dalam pikirannya.
“Kalau kau masih diam disitu maka aku akan masuk duluan.” Ujar Diego, dengan tatapan malas melihat ke arah Hanjo.
“Iya!! Aku akan kesana!” Hanjo pun berjalan menuju tempat Diego berdiri. “jadi kita harus ke arah mana?” tanya Hanjo sambil melihat ke arah dalam desa. Terlihat banyak sekali rumah-rumah dari kayu yang hanya dengan melihatnya sekilas kita tahu kalau rumah itu pasti sudah lama ditinggalkan oleh pemiliknya.
__ADS_1
“Kita ke arah sana.” Diego menunjuk arah kiri nya.
“baiklah, kau duluan.” Jawab Hanjo sambil merapatkan dirinya di belakang Diego.
“Diego, heeem.. kenapa warga desa ini meninggalkan rumah mereka?” Tanya Hanjo. Dia harus bisa mengalihkan rasa takut yang dirasakannya dengan melakukan aktivitas yang lain. Dan mengajak Diego ngobrol merupakan satu-satu nya pilihan yang ia punya.
“Dulu ada pembunuhan sadis di desa ini. Semua warga pria yang perempuan berusia dua puluh tahunan di bantai di tengah lapangan desa.”jawab Diego dengan suara beratnya membuat cerita itu semakin creepy walaupun baru pembukaan cerita.
“Gleek..” Hanjo menelan saliva nya. Dia merasa telah salah mengajukan pertanyaan. Andaikan Hanjo tahu penyebab semua warga desa pindah dari desa itu adalah sebuah tragedi berdarah maka Hanjo pasti tidak akan mengajukan pertanyaan itu.
“wwhoooooossss!!!” tiba-tiba Hanjo merasakan ada sekelebat bayangan berlari di belakangnya. Spontan Hanjo berlari dan menggenggam tangan Diego yang berjalan di depannya.
“apa yang kau lakukan!!” Ujar Diego marah sebab Hanjo tiba-tiba memegang tangannya.
“Aku-aku ..heeem.. aku kedinginan!” kilah hanjo, dia tidak ingin Diego tahu kalau saat ini dia sedang ketakutan.
“tentu saja!! Pegang saja tangan ku!! Kau pasti akan merasakan kalau tangan ku sangat dingin!” jawab Hanjo sambil nyengir.
“tentu saja tangan mu dingin!! Kau kan sudah mati! Tentu saja tangan mu dingin!” Seru Diego sambil menepis tangan Hanjo yang memegangnya.
Hanjo tidak dapat berbuat apa-apa. Tidak mungkin dia tetap memaksa untuk memegang tangan Diego, pasti nanti Diego akan tahu maksudnya yang sebenarnya.
Akhirnya mau tidak mau, Hanjo menarik tangannya kesamping dan menggenggam erat gaunnya, Dia harus bisa bertahan menghadapi rasa takutnya.
__ADS_1
“diego?? Apa masih jauh?” Tanya Hanjo sambil terus melihat ke kiri dan ke kanan. Sejak memasuki desa, mata Hanjo tidak bisa melirik ke kiri dan ke kanan. Dia merasa ada mata yang terus menerus mengawasi perjalanan mereka.
Hanjo berlari dan memposisikan diri di sebelah Diego.
“Kenapa kau tidak menjawab pertanyaan ku?” Tanya Hanjo sekali lagi. Dia harus bisa mengajak Diego untuk ngobrol dengan nya.
“apa kau sedang ketakutan?” Tiba-tiba Diego berhenti dan langsung bertanya seperti itu pada Hanjo.
Hanjo hanya bisa terdiam. Dia benar-benar merasa tertembak di tempat. Rasa takut yang coba ia sembunyikan dari tadi kini sudah tertebak oleh Diego dengan mudahnya.
“aku? Takut? Siang bolong seperti ini? Cih!! Kau pasti sedang berguraukan Diego!” jawab Hanjo, bohong.
“mana ada hantu di siang bolong seperti ini!” ujar Hanjo, pura-pura berani.
“kata siapa tidak ada hantu di siang bolong?” jawab Diego dengan tatapan malasnya. “pasti dia lupa kalau dia adalah hantu.” Gumam Diego dalam hati.
“memang nya ada?” tanya Hanjo dengan bodohnya. Memang kalau saat kita sedang ketakutan kadang kita tidak bisa berpikir dengan jernih.
“ada. Dan saat ini tengah berbicara dengan ku untuk menghilangkan rasa takutnya.” Ujar Diego sambil tersenyum puas melihat wajah Hanjo yang terlihat benar-benar malu karena kebodohannya.
“sudah!! Sudah!! Cepat tunjukan jalannya! Kau sendiri kan yang bilang kalau kita harus tiba disana sebelum sore!!” Hanjo pun berjalan mendahului Diego.
“Bukan beok kesitu!!” Seru Diego dari belakang Hanjo. “Tapi belok ke sini.” Diego pun berbelok ke arah yang di tunjukan pada Hanjo.
__ADS_1
Hanjo menepuk jidatnya!! “Bodohnya!!!” umpatnya pada dirinya sendiri.
**bersambung...
__ADS_2