Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
110


__ADS_3

"Dad, kau ganas sekali," keluh Gia dengan napas ngosngosan. Ia bangun dari tidurnya lalu mengambil air dan menenggaknya hingga tandas.


Kini, ia menyesal telah mempermainkan suaminya. Suaminya malah lebih ganas dari biasanya. Ia pun kembali membaringkan tubuhnya, tenaganya sudah terkuras karena ulah suaminya.


Zayn terkekeh. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan ke walk in closet untuk mengambil pakaiannya dan pakaian istrinya, karena sudah jelas, baju yang di pakai Gia sudah di robek oleh Zayn.


"Sayang, pakai ini!" titah Zayn. Ia menyodorkan baju tidur panjang pada istrinya.


"Dad, aku lemas sekali. Pakaikan!" titah Gia. Zayn menggeleng melihat tingkah istrinya. Ia pun dengan telaten memakaikan pakaian untuk istrinya.


"Kau lapar?" tanya Zayn saat mendengar perut Gia berbunyi.


Gia pun mengangguk lesu. "Kau menguras semua tenagaku, Dad. Mana mungkin aku tak lapar!" ucapnya dengan nada manja.


Zayn yang duduk di dekat kaki Gia, bangkit dari duduknya dan berpindah ke dekat wajah istrinnya. "Kau ingin makan apa, hemm?" tanya Zayn. Ia mengelus rambut istrinya dengan penuh kasih sayang.


"Aku ingin puding, Dad," ucap Gia.

__ADS_1


"Puding?" ulang Zayn lagi. Gia pun mengangguk.


"Di kulkas sepertinta masih ada stok puding yang di buat oleh Eister. Bisakah kau mengambilkannya untukku, Dad?" tanya Gia.


"Tentu." Zayn pun bangkit dari duduknya.


Setelah Zayn keluar, Gia mengacak rambutnya sendiri. Ia tersenyum saat mengingat permainan Zayn barusan. Zayn benar-benar membuatnya tak.bisa beristirahat. Walaupun melakukannya dengan pelan. Namun, sentuhan Zayn membuat Gia menggila.


•••


Setelah mendapat pesan dari Sonya, Zidan dan Zayn pun secara bersamaan menghubungi Sonya. Namun, sayang. Sonya tak bisa di hubungi.


"Shitt!" umpat Zayn dan Zidan secara bersamaan karena pintu terkunci. Sonya sudah tau, pasti kedua putranya akan memilih keluar dari restoran dan akan saling menghindar.


Untuk itu, ia sengaja menyuruh pihak restoran untuk mengunci pintu. Beruntung pintu di restoran itu menggunakan sensor jauh, hingga bisa terkunci otomatis, dan mengendalikan dari jauh.


"Tuan Zidan ... Tuan Zayn," seseorang pelayan datang dan memanggil nama mereka. Zidan dan Zayn pun menoleh.

__ADS_1


"Apalagi sekarang!" Zayn membatin dalam hatinya.


"Semua sudah siap. Silahkan ikuti saya," ucap pelayan tersebut. Seketika Zayn dan Zidan saling menatap. Lalu, tak lama mereka memalingkan tatapannya ke arah lain.


Zidan dan Zayn pun mengikuti langkah si pelayan tersebut. Zayn menggeleng, saat si pelayan membawanya ke meja yang cukup besar.


Mata Zidan membulat saat melihat di meja itu sudah penuh dengan aneka menu makananan.


"Silahkan!" ucap pelayan itu pada Zayn dan Zidan karena tak kunjung duduk.


Karena tak ingin membuat Sonya kecewa, Akhirny.a Zayn dan Zidan pun duduk dengan posisi yang bersebrangan.


Kini mereka saling terduduk, mereka begitu dekat. Namun mereka sama-sama canggung.


Zayn mengambil piring di depannya, piring berisi steak, Zidan pun sama, ia mengambil piring yang di depannya. Mereka mulai menyuapkan satu persatu potongan daging ke mulut mereka. Mereka berada di satu meja. Namun kecanggungan itu begitu nyata.


"Maafkan aku!" lirih Zayn dengan suara pelan.

__ADS_1


Mendengar ucapan Zayn, seketika Zidan langsung tersedak. Benarkah ini kakanya? ...


Satu part dulu ya, part lainnya menyusul.🤗


__ADS_2