
__ADS_3
"Kau sudah memastikannya, Mark?" tanya Zayn. Setelah keluar dari rumah sakit, Zayn langung pergi ke apartemen Mark. Ia mengabaikan rasa sakit dan lukanya. Pikirannya, dia hanya ingin menyelesaikan urusannya dengan santosh dan bertanggung jawab pada Gia dan anaknya.
"Aku seratus persen yakin, dia memang sengaja datang. Dia juga yang sudah meretas sistem perusahaan," jawab Mark. Ia menghela napas gusar, pekerjaanya begitu banyak sekarang.
Zayn mengurut keningnya. Santosh bukanlah orang yang bisa dia kalahkan, di tambah lagi ada seseorang yang membuat posisi Santosh lebih kuat
Mark yang tadi duduk di sofa sebrang Zayn, mengernyit heran saat kondisi Zayn terlhat pucat, "Zayn ada apa denganmu, kau begitu pucat?" tanya Mark. Ia menatap Zayn lekat-lekat. Menjadi sekretaris Zayn bertaun-taun membuat Mark hapal tentang perangain Zayn.
"Mark, minta pengacara Kevin untuk datang. Aku perlu bantuanya," tanpa membalas ucapan Mark, Zayn malah berbicara tentang hal lain.
"Untuk apa kau memanggilnya, kau sudah merencanakan kematianmu sendiri hingga kau ingin membuat surat wasiat?" tanya Mark dengan seringai mengejek. Ia sudah kembali ke mode menyebalkan.
Zayn berdecih, dia pun bangkit dari duduknya . "Panggil saja dia, pastikan tak ada yang mengetahui kedatangannya, panggil dia ketempat rahasia!" tanpa mendengar lagi jawaban Mark, Zayn pun berlalu pergi melangkahkan kakinya keluar dari apartemen Mark.
Dia memutuskan untuk ke rumah sakit terlebih dahulu untuk mengobati lukanya. Dia ingin sekali kembali kerumah sakit tempat Gia di rawat, tapi tak mungkin. Dia sudah tak bisa bebas bergerak.
Saat Zayn melihat lewat kaca depan, dia melihat ada mobil yang mengikutinya. Zayn mencengkram kemudi, ia menggeram kesal. Santosh benar-benar keterlaluan.
Zayn yang tadinya ingin kerumah sakit memeriksakan lukanya, terpaksa memutar arah untuk pulang ke apartemennya.
__ADS_1
Beberapa hari kemudian
Hari ini, Gia sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit, kondisinya sudah stabil. Beberapa hari ini, Gia sudah banyak berpikir, ia harus mulai mencari pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan calon anaknya.
Gia akan memulai hidup barunya di kota yang baru, ia tak ingin berhubungan lagi dengan Zidan atau Zayn, ia ingin mengikhlaskan semuanya.
Setelah mendapat surat ijin dari pulang dri dokter, Gia pun melangkahkan kakinya untuk keluar ruangan.
Langkahnya terhenti saat melihat Mark yang sedang berbicara dengan perawat. Dan Gia yakin Mark ke rumah sakit untuk menyusul dirinya.
Saat Gia akan berbalik dan berniat bersembunyi, Mark malah melihat dan memanggilnya.
"Gia!" panggil Mark.
"I-ia, Tuan."
"Kau sudah baikan?" tanya Mark.
"Seperti yang terlihat ... Maaf tuan Mark, apa anda kemari untuk menjemput saya?" tanya Gia.
__ADS_1
"Ya, Zayn ingin berbicara berdua denganmu," ucap Mark
Deg
"Maaf, Tuan. Sampaikan pada Zayn, sudah tak perlu lagi ada yang di bicarakan saya permisi!" Tanpa mendengar lagi jawaban Mark, Gia pun pergi meninggalkan Mark.
Mark tak mengejar Gia, Mark yakin, Gia butuh waktu untuk sendiri.
Gia bisa bernapas lega saat Mark tak mengejarnya, ia pun memutuskan untuk menaiki taxi, sebelum pulang ke apartemennya, Gia berniat mengunjugi makam ibunya untuk pamit. Ia akan pindah dari kota ini, dan mungkin tak bisa sering mengunjungi makan ibunya.
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Gia pun sampai, saat masuk kedalam pemakaman, ia melihat Zidan sedang berada di makam ibunya.
Gia menghela napas sejenak, walaupun bertemu Zidan sangat menyakitkan, tapi sebelum pergi ia ingin mengatakan kebenarannya. Setidaknya Zidan takan merasa terkhianati.
Baru saja Gia akan mendekat. Namun, langkahnya terhenti saat mendengar ucapan Zidan yang sedang berbicara di depan nisan ibunya.
Mata Gia terbelalak saat mendengar semua ucapan Zidan, Bagaimana bisa ....
Gia memutuskan untuk berbalik dan keluar dari area pemakaman
__ADS_1
Maaf gengs satu part dulu, anak bungsuku mau vaksin, satu part lagi menyusul tengah malam ya, nungguin bocil.tidur
Pokonya setiap bab akan ada ketegangan.
__ADS_2