
__ADS_3
Albert memandang Sonya dengan tatapan nanar, sejak kapan, bagaimana bisa, kenapa harus Sonya yang menderita leukimia. Pertanyaan-pertanyaan itu berputar di kepala Albert.
"Sejak kapan?" tanya Albert. Ia bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Sonya seraya memandang Sonya dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Bukan urusanmu," jawab Sonya. "Sekarang kumohon keluarlah, aku ingin beristirahat!" Sambung Sonya lagi. Ia mengalihkan pandangannya kearah lain. Rasanya Sonya tak mampu membalas tatapan Albert.
"Sonya," lirih Albert lagi saat Sonya mengalihkan tatapannya ke arah lain.
"Albert, kumohon keluarlah!" titah Sonya lagi. Tiba-tiba, mata Sonya mengembun, satu kali lagi saja ia mengedip, sudah di pastikan air mata akan jatuh menyapa pipinya.
Albert menatap lekat-lekat wajah Sonya, Jantungnya serasa diremas saat melihat wajah Sonya begitu pucat. Ia juga melihat tubuh Sonya dan menyadari bahwa Sonya terlihat lebih kurus.
Saat Sonya mengalihkan tatapannya ke arah lain, Albert berlutut dan bersimpuh di hadapan Sonya. Walaupun terlambat dan terkesan tak tau malu. Tapi, Albert benar-benar ingin memerbaiki semuanya.
Ia sudah banyak merenung, ia ingin memerbaiki semuanya. Walaupun tak mudah dan terlambat, ia ingin merajut kembali hubungan dengan Sonya.
__ADS_1
Sonya tersentak kaget dengan apa yang di lakukan oleh Albert. Ia membulatkan matanya saat Albert berlutut di hadapannya.
"Sonya, aku tau, ini terlambat, tapi ijinkan aku untuk menebus semua kesalahanku padamu."
Sonya tersenyum getir. "Albert, kita sudah bukan lagi anak muda. Menerima apa yang sudah di takdirkan oleh Tuhan adalah hal yang terbaik yang bisa kita lakukan." Setelah mengatakan itu, Sonya pun berbalik melangkahkan kakinya menuju walk in closet dan meninggalkan Albert yang masih tetap di posisi semula. Sonya pergi ke walk in closet karena dia sudah tak bisa menahan air matanya.
••••
"Gia kau ingin membeli sesuatu sebelum pulang ke apartemen?" tanya Zayn saat mereka masih berada di mobil. Saat mengemudi, satu tanggannya menggengam tangan istrinya dan sesekali mengecup punggung tangan Gia, hingga membuat pipi Gia merah merona.
Mendengar jawaban Gia, Zayn melepaskan tangannya dari tangan Gia. Ia mengelus sebentar perut istrinya. "Dia juga anakku," protes Zayn sambil tersenyum membuat Gia juga ikut tersenyum.
Saat sampai di basement apartemen, Zayn tak langsung keluar. Ia memindai sekelilingnya, memastikan apakah ada yang mengikutinya atau tidak. Lalu, dari sebrang mobil Zayn, ada mobil yang menyalakan lampu sen, di dalam mobil itu berisi anak buah Zayn dan mengisyaratkan bahwa semua sudah aman. Tak ada yang mengikuti mereka.
Zayn pun bisa bernapas lega. Ia pun turun dan membukakan pintu mobil untuk Gia, mereka pun berjalan dengan bergandeng tangan ke apartemen mereka.
__ADS_1
Setelah masuk kedalam apartemen mereka, Zayn langsung mengganti pakaiannya, dan setelah itu langsung pergi ke dapur untuk memasakan makanan untuk istrinya.
Sedangkan Gia, setelah mengganti pakiannya. Ia langsung menunggu di meja makan.
••
Waktu menunjukan pukul 9 malam. Mereka kini sedang berada di ruang tivi, sedari tadi Zayn berbaring dengan berbantalkan paha Gia, wajahnya menghadap perut istrinya, dia terus mencium perut istrinya hingga terkadang Gia berteriak karena geli.
Tak lama, dering ponsel Zayn terdengar dari arah kamar, Zayn pun bangkit dengan malas dan berjalan kearah kamar.
Ternyata yang menelponnya adalah anak buah Zayn yang sudah berhasil melumpuhkan Santosh, Santosh berhasil di tangkap oleh anak buah Zayn, Santosh berhasil di tangkap ketika bersama Alisia.
Bab lainnya menyusul ya nanti malam, jangan doain khilaf, doain otor kaya aja ya 🤣🤣🤣🤣
Bab nanti malam, pasti membuat kalian bergidik 😂😂
__ADS_1
__ADS_2