Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
278


__ADS_3

Emosi Stuard meledak-ledak. Rahangnya mengeras. Amarah berkobar hebat di dadanya. Ia tak perduli, orang yang sedang di hajarnya kesakitan, ia takan terima saat orang lain memarahi putrinya.


Entah seberapa keras Stuard menghajar orang yang telah memarahi putrinya. Hingga kini, lelaki itu tak sadarkan diri.


Simma masih terpaku saat melihat Stuard, sedangkan Gabby langsung bersembunyi di belakang tubuh Simma.


Tak lama, Simma tersadar dari lamunannya saat Stuard bangkit dari lelaki tersebut. Sejenak, mata mereka saling mengunci.


Namun tak lama, Simma memalingkan tatapannya ke arah lain. Karena jujur saja, rasa sesak itu muncul lagi, dan lebih terasa ketika ia melihat Stuard secara langsung.


Demi apa pun, hati Stuard terasa di sayat oleh pisau yang sangat tajam. Hatinya benar-benar berdenyut nyeri saat melihat Simma begitu kurus, terlihat tanda hitam di lingkaran matanya. Pertanda Simma tak pernah tertidur ketika malam.


"Sa-sayang ... Gabby," lirih Stuard. Ia berjalan ke arah Simma dengan lutut gemetar.


"Ha-hai, Stu ...."

__ADS_1


Langkah Stuard terhenti saat Simma memanggil namanya secara langsung. Jantung Stuard terasa di remas saat Simma melihatnya dengan tatapan terluka.


Gabby melongokan kepalanya, ia melihat Stuard. Matanya berbinar saat melihat sang ayah. Namun tak lama, matanya kembali meredup saat mengingat apa yang terjadi. Ia kembali menyembunyikan wajahnya di belakang tubuh Simma.


Napas Stuard terasa tercekat, pasokan udara di sekililinya mendadak menghilang saat melihat reaksi Gabby. Biasanya, Gabby akan datang kepadanya, memeluknya dan melompat kedalam pangkuannya. Tapi saat ini, anak kecil itu bahkan tak mau melihatnya.


Mata Stuard sudah berkaca-kaca, ia kembali berjalan ke arah Simma. Hatinya hancur lebur saat melihat tatapan kecewa di mata istrinya.


Saat sampai di depan sang istri, Stuard menekuk kakinya, ia berjongkok menyetarakan diri dengan Gabby. Ia menarik lembut tangan Gabby. Namun, secapat kilta ... Gabby menarik tangannya dari tangan Stuard, lagi lagi membuat Stuard terdiam dengan perasaan yang remuk redam.


Simma mundur satu langkah, membuat Stuard langsung mengadahkan kepalanya ke atas. "Stu, maaf. Mungkin kita bisa bicara lain kali. Aku rasa Gabby butuh waktu istirahat," ucap Simma. Tanpa mendengar lagi jawaban Stuard, Simma berbarik menarik tangan Gabby dan masuk ke caffe, lalu menarik tirai dan membalikan bacaan close karena ia menutup caffenya.


Stuard masih terdiam di posisinya. Ia tak mampu bergerak sedikitpun. Ia tak pernah membayangkan, hari ini akan datang. Hari di mana ia kehilangan segalanya. Cintanya, istrinya, kedua anaknya dan keluarganya.


••••

__ADS_1


Simma duduk merenung di dapur. Ia tak percaya bahwa hari ini, ia akan kembali melihat Stuard. Rasanya begitu sesak, bahkan sangat sesak.


Simma sama sekali tak tersentuh dengan rasa bersalah yang di tunjukan Stuard, hatinya seolah mati.


"Mommy aku lapar, bolehkah aku memakan makanan yang tadi tak terjual?" tanya Gabby yang menghampiri Simma di dapur.


Simma yang sedang melamun menoleh. Lalu tersenyum. Ia teringat janjinya pada Gabby dan Gabriel yang akan membelikannya burger.


"Apa Gabriel belum bangun?" tanya Simma, ia meggendong Gabby dan mendudukannya di pangkuanya.


"Kau ingin makan burger bukan?" tanya Simma, secepat kilat Gabby menggeleng, membuat Simma bingung.


"Kenapa?" tanya Simma.


Scroll lagi iesss.

__ADS_1


__ADS_2