Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
423


__ADS_3

“Arleta!” panggil Zidan, ia masuk ke kamar sang adik. Sambil membawa nampan berisi buah. Hari ini, ia sengaja tidak pergi ke kantor karena ingin menemani adiknya.


Arteta yang sedang melamun di kursi roda menoleh sekilas, kemudian kembali menatap lagi ke depan, membuat Zidan menghela nafas.


Zidan berjalan, ke arah Arleta, ia berjongkok di depan adiknya. Hingga Arleta menoleh ke arah Zidan.


“Kaka membawakan buah untukmu,” ucap Zidan, Arleta hanya terdiam. Ia menatap Zidan dengan tatapan asing. Karena Arleta tak membalas ucapan Zidan, Zidan kembali bangkit dari berjongkoknya, kemudian membawa Arleta ke balkon, berencana menyuapi Arleta buah di balkon.


”Aaa!” Zidan menyodorkan potongan buah ke hadapan mulut Arleta. Dengan tatapan yang lurus kedepan, Arleta membuka mulutnya.


Tanpa suara, tanpa celotehan, Arleta memakan buah yang di sodorkan Zidan sampai tandas, dari awal sampai akhir, Arleta tak menatap sang kaka, Arleta hanya menatap ke depan.


Sepanjang menyuapi Arleta, Zidan berusaha untuk tetap tegar, padahal ia ingin menangis sekencang-kencangnya. Selama 6 bulan ini, ia benar-benar merasa menjadi manusia yang buruk karena membuat gadis sebaik dan seceria Arleta seperti ini.


“Kau ingin sesuatu lagi?” tanya Zidan, Arleta menggeleng. Zidan bangkit dari duduknya kemudian menaruh piring dan menaruhnya di dalam, kemudian ia menghampiri lagi adiknya dan duduk di kursi seperti barusan.


“Arletta!” panggil Zidan lagi, Arleta yang sedang menatap ke depan menoleh sekilas, kemudian menatap Zidan dengan dingin.


“Bukankah dulu kau ingin bekerja di kantor kakak?” tanya Zidan, ia teringat saat Arleta ingin bergabung diperusahaan Smith corp. Tiba-tiba, Arleta tersenyum getir, ketika mengingat itu.


Mengingat saat dan Zayn dan Zidan menuduhnya akan berbuat curang di perusahaan. Seketika dada Arleta terasa sesak, ketika mengingat ucapan kedua kakaknya saat Itu, ucapan yang menuduhnya akan berubah curang jika bergabung di perusahaan.


Padahal, saat itu, ia hanya ingin bergabung dan yang membuktikan bahwa dirinya mampu. Tapi yang terjadi, ia malah harus mendengar hal yang menyakitkan dan mendapat fitnahan dari kedua kakaknya bahwa dia akan berbuat curang jika bergabung di perusahaan.


“Tidak, terima kasih. Aku hanya takut, aku akan berbuat curang dan merugikan perusahaan,” jawab Arletta, untuk pertama kalinya, Arleta menjawab ucapan Zidan dengan panjang lebar, matanya sudah membasah ia ingin sekali menangis ketika mengingat itu semua.


Zidan terdiam saat mendengar jawaban Arleta, jawaban yang sama percis ketika ia dan kakaknya bicara soal Arleta yang ingin masuk ke dalam perusahaan, lidahnya terasa kelu. Tubuhnya terdiam saat menyadari bahwa Arleta mendengar percakapannya bersama Zayn.

__ADS_1


“A-arleta,” ucap Zidan terbata-bata.


“Aku mengantuk,” jawab Arleta. Matanya sudah membasah, ia memutar kursi rodanya kemudian masuk ke dalam, meninggalkan Zidan yang terdiam seorang diri.


Saat berada di dekat ranjang, ia berusaha bangkit dari duduknya, kemudian berjalan tertatih-tatih lalu naik ke ranjang dan membaringkan diri dengan posisi meringkuk membelakangi balkon, karena tangisnya sudah berderai, ia tak ingin sang kakak melihat bahwa ia sedang menangis.


•••


“Kenapa Arletta belum turun?” tanya Zayn, ketika mereka sudah berada di meja makan dan bersiap untuk makan malam bersama.


Gia yang sedang di sebelah Zayn menghentikan gerakannya yang sedang menaruh makanan ke piring.


“Mungkin Arleta tidur, Dad,” ucap Gia, karena setelah Arleta pulih, ia selalu datang ke meja makan tepat waktu untuk bergabung bersama keluarganya.


Perasaan Zayn mendadak tak nyaman.


“Arleta ... Arleta!” panggil Zayn, ia mengetuk pintu. Namun, tak ada sahutan dari dalam. Rasa panik langsung mendera Zayn, ia mendorong kenop pintu, lalu membukanya. Ternyata, pintu kamar Arleta tidak dikunci.


Zayn masuk ke dalam, tak ada Arleta di manapun. Setelah masuk, Zayn mencari Arleta di seluruh penjuru kamar. Tapi Arleta juga tak ada di manapun.


Melihat tak ada Arletta dimanapun, rasa panik Zayn semakin menjadi-jadi. Zayn langsung keluar dari kamar Arleta, ia berlari menuju ruang kontrol CCTV, untuk melihat kemana adiknya pergi.


Saat di depan monitor, matanya langsung mencari kesana kemari. Ia menatap layar monitor di depannya dengan seksama.


Dan tak lama, ia menemukan tayangan saat adiknya keluar dari mansion dengan berjalan pelan untuk keluar. Lalu, ia melihat ke arah luar, dimana Arleta berjalan ke gerbang utama. dan Arleta pergi 1 jam yang lalu.


Secepat kilat, Zayn bangkit dari duduknya, ia langsung pergi untuk mencari Arleta tanpa memberitahu keluarganya yang sedang makan malam, karena ia tak ingin semuanya panik.

__ADS_1


Tujuannya adalah apartemen Arleta. Ia pikie sang adik pulang ke apartemennya.


Zayn mengendarai mobilnya dengan kecepatan penuh, berharap Arleta ada di sana. Dan setelah menempuh perjalanan jauh. Akhirnya, Zayn sampai di di apartemen Arleta. Zayn langsung menekan sandi, kemudian masuk kedalam.


Setelah masuk, Zayn mencari Arleta di seluruh sudut ruangan. Tapi tak ada tak, Arleta tak ada apartemennya. Bahkan, saat ia datang. Apartemen adiknya masih gelap.


Zayn mengusap wajah kasar, keringat dingin sudah membasahi seluruh tubuhnya. Ia takut terjadi sesuatu dengan sang adik atau takut sang adik melakukan hal nekad. mencoba memutar otak, kemana kemungkinan adiknya pergi.


Lalu, ia terpikirkan satu tempat, makam kedua orang tuanya. Apalagi setelah kecelakaan, Arleta belum kembali ke sana.


Zayn keluar dari apartemen adiknya dengan berlari. Lalu kembali ke dalam mobil dan mulai menjalankannya dan setelah sampai di depan area pemakamam, ia memarkirkan mobilnya dengan asal.


Nafas Zayn masih memburu, ia takut, Arleta tidak ada di sana. Setelah turun dari mobil, ia langsung berlari masuk ke dalam pemakaman. area pemakaman yang begitu gela, hingga Zayn harus mempertajam penglihatannya.


Dan tepat, saat berada di depan makam Sonya. Zayn menghela nafas ketika melihat seorang sosok wanita sedang sedang duduk, Areta duduk di tengah-tengah makam Albert dan Sonya sambil memeluk lututnya. Ia bisa mendengar bahwa sang adik sedang terisak.


Saat Zayn akan memanggil Arleta, Zayn menghentikan niatnya saat mendengar ucapan Arleta yang sedang berbicara di depan makan Sonya.


Tubuh Zayn menegang saat mendengar ucapan Arleta, ia terdiam di tempat saat Arleta mengatakan ....


Mengatakan awas aja lu pade enggak pada komen🤣🤣


Hate komen libur seminggu.


Gengs ini udah panjang banget, tak cubitnih ginjalnya kalau bilang Dikit 🤣🤣


Bentar lagi ketemu Gabriel sama Amelia ya.

__ADS_1


__ADS_2