
__ADS_3
"Mommy, memanggilku?" tanya Zidan saat menghampiri Sonya yang sedang berada di dapur. Ia pun mendudukan diri di kursi pantry, matanya tak lepas melihat Sonya yang sedang memasak.
Zidan tersenyum, ia merasa bersyukur keadaan Sonya berangsur membaik. Walau Sonya masih harus pengobatan. Tapi, wajah Sonya sudah kembali segar.
"Kau sudah meminum obatmu, Mom?" tanya Zidan.
Sonya berjalan kearah Zidan sambil membawa gelas jus dan menyodorkannya kearah Zidan. Dan langsung di tenggak habis oleh Zidan. "Oh ayolah Zidan. Hari ini sudah berapa kali kau bertanya pada Mommy," ucap Sonya.
Saat berada di kantor, Zidan selalu menelpon Sonya dan bertanya tentang apa Sonya sudah meminum obat atau belum.
Zidan terkekeh mendengar ucapan Sonya, "Mommy ada apa memanggilku?" tanya Zidan lagi.
"Berikan ini pada kakakmu," ucap Sonya sambil memberikan kotak berisi makanan ke hadapan Zidan. Sonya melakukan ini, karena ingin mendekatkan Zidan dan Zayn. Ia merasa gemas dengan kedua putranya yang sama-sama gengsian.
"Mommy!" protes Zidan.
"Zidan ayolah. Kau mau Mommy tak memakan obat mommy lagi?" tanya Sonya
Zidan menghela napas berat, "Mom, bagaimana jika aku khilaf dan ingin merebut kembali Gia dari Zayn. Mommy tak mau bukan, jika itu terjadi?" ucap Zidan, Membuat Sonya tergelak. Itu alasan Zidan setiap kali Sonya menyuruhnya datang ke apartemen kakanya.
Ya, Zidan sudah tau tentang semua yang Zayn lakukan saat di bali. Ia terlalu malu bertemu Gia. Namun, walau begitu, setelah Sonya memberitau yang sebenarnya, Zidan langsung meminta maaf pada Gia melalui telpon.
"Oke, baik. Jika kau tidak mau. Mommy takan mau meminum obat mommy," ancam Sonya .
"Hanya sekali ini saja," jawab Zidan pasrah. dan disambut anggukan oleh Sonya.
"Kalau begitu aku mandi dulu." Zidan pun bangkit dari duduknya dan pergi kembali ke kamarnya.
__ADS_1
Saat Zidan sudah pergi, Sonya mengambil paperbag untuk memasukan kotak kedalamnya. Namun, gerakannya terhenti saat ada tangan yang melingkar di pinggangnya. Siapa lagi kalau bukan Albert.
Sonya terkesiap, ia langsung berusaha melepaskan tangan Albert. Namun, yang terjadi, Albert malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Albert apa yang kau lakukan! lepaskan aku!" titah Sonya dengan ketus.
Albert terkekeh, ia melatakan dagunya di pundak Sonya dan mengecup pipinya dari samping, membuat pipi Sonya merah merona.
"Kenapa, hmm?" tanya Albert saat tubuh Sonya menegang. "Bukankah semalam kau sudah mendapatkan lebih dari sebuah ciuman," ucap Albert lagi, membuat pipi Sonya semakin merona.
Tak ingin suaminya tau bahwa ia sedang tersipu, Sonya pun melepaskan tanga Albert dengan paksa. Lalu ia pergi meninggalkan Albert.
Albert terkekeh melihat reaksi Sonya, ia tersenyum saat mengingat kejadian malam kemarin. Dimana ia pertama kali lagi ia menyentuh Sonya setelah 27 tahun berlalu.
Semalam, ia sengaja meliburkan semua pekerja di mansionnya. Lalu, setelah itu ia memadamkan listrik, karena ia tau, Sonya sangat takut dengan kegelapan.
Sonya pun pasrah, ia tak melawan saat Albert memeluknya. Tentu saja Albert tak tinggal diam. Ia mulai menggoda Sonya, walau pun membutuhkan waktu yang lama.
Sementara Zayn.
Duar.
Bagai tersambar petir di siang bolong. Mendengar ucapan Gia, seketika dunia Zayn berhenti berputar.
Matanya membulat, mulutnya menganga. Ia tak menyangka bahwa ucapan itu akan keluar dari mulut istrinya.
Tidak ... sampai kapan pun, dia takan sanggup kehilangan Gia. Jantungnya terasa di hantam ribuan panah saat melihat penampilan Gia yang kacau. Dia bisa melihat kekecewaan dan luka di mata istrinya.
__ADS_1
"Gia, dengarkan aku, aku bisa menjelaskan semuanya." lirih Zayn. Ia tak bisa menahan dirinya lagi, ia pun kembali menarik tangan Gia dan membawa Gia kedalam pelukannya.
"Gia, kumohon. Maafkan aku. jangan pernah berpikiran untuk pergi lagi dariku," lirih Zayn dengan mata berkaca-kaca.
Gia membalas pelukan Zayn. Sejenak, sebentar saja. Dia ingin menghirup aroma wangi tubuh suaminya. Aroma yang selalu membuat dia tenang, aroma yang selama seminggu ini dia rindukan.
Sejenak, sebentar saja. Dia ingin merasakan pelukan hangat yang selalu membuatnya nyaman, yang selalu membuatnya merasa aman.
Hanya sebentar, karena Gia sadar, ini terakhir kalinya ia mencium aroma tubuh suaminya, aroma dan terakhir kalinya ia merasakan pelukan Zayn.
Mulai besok, dia akan hidup sendiri, takan ada lagi sosok Zayn, dan ijinkan dia mengenangnya.
Merasakan Gia membalas pelukannya, Zayn bernapas lega. Ia berpikir Gia memaafkannya. Tapi, nyatanya dia salah.
Zayn melonggarkan pelukannya, ia menatap wajah Gia. Lekat-lekat.
Zayn menangkup kedua pipi Gia, saat dia akan mencium bibir istrinya. Gia memalingkan wajahnya kearah lain.
Deg.
Daddy Alberth 👇👇
Kenapa jadi gemes sama Albert dan Sonya ya. 🤣🤣
Scrolll lagi gengss
__ADS_1
Up dua bab. Kalau masih ada yang bilang up dikit blok ya. Maaf maaf nih ye, bukannya aye sombong. Tapi, hati aye suka ngenes Mak kalau ada yang bilang dikit padahal udah up panjang banget.
Because, aku hanya hooman biasa 🤣🤣🤣
__ADS_2