Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
341


__ADS_3

Batin Justin teriris perih saat mendengar Ariana mengigau. Ia tak tau kenapa Ariana bisa setegar ini. Mungkin, orang lain tak akan bisa menjalani hidup seperti Ariana.


Melihat Ariana yang tidur terlelap, Justin menguap. Ternyata ia ikut mengantuk. Tak lama, merebahkan punggungnya kebelakang kemudian terlelap.


Ariana membuka matanya ia mengerjap-ngerjapkan pandangannya. Ia melihat ke arah jam dinding ternyata sudah 1 jam dia tertidur, ia tersadar bahwa ia memakai paha Justan sebagai bantal.


dengan pelan, Ariana mendongak menatap ke atas. Ia tersenyum saat melihat Justin sedang tertidur, tak lama suara perut terdengar ia merasa lapar hingga akhirnya ia memutuskan untuk memasak.


perlahan Ariana mengangkat kepalanya karena ia tak ingin Justin terbangun, setelah ia duduk dan mengambil tongkatnya lalu mulai berjalan kearah dapur.


Ariana membuka kulkas, ia menggigit bibirnya saat bahan makanan habis sedangkan perutnya sudah keroncongan.


“Kau sedang apa?” tanya Justin, membuat Ariana tersentak kaget. Rupanya, saat Ariana terbangun Justin pun ikut terbangun dan mengikuti Ariana.


Ariana berbalik. “Kau mengagetkanku!” seru Ariana.

__ADS_1


“Kau lapar?” tebak Justin, Ariana pun menunduk lalu mengangguk.


“Duduklah, aku akan memesan makanan untuk kita!”


“Jangan!” jawab Ariana dengan refleks.


“Kenapa?”


“Uangku tinggal sedikit lagi. Jadi lebih hemat jika memasak,” kata Ariana dengan tertunduk.


Tubuh Justin menegang, ia terdiam saat mendengar ucapan Ariana. Bagaimana mungkin Ariana tak mempunyai uang sedangkan kedua orang tuanya sangatlah kaya.


“Jangan mengasihaniku lagi mister!” kata Ariana. Membuat Justin melepaskan pelukannya.


“Kenapa kau tak bilang padaku jika kau butuh uang, apa kedua orang tuamu tak mengirimi mu uang. Jadi, ini alasanmu kenapa ke kampus selalu membawa bekal?” tanya Justin bertubi-tubi membuat Ariana ingin sekali menangis.

__ADS_1


Saat Ariana tak kunjung menjawab, Justin merogoh sakunya dan mengambil ponsel lalu menelpon untuk memesan makanan.


“Ayo duduk!” ajak Justin pada Ariana, ia menarik lembut tangan Ariana dan mereka pun duduk di sofa dengan posisi bersebelahan.


“Apa selama ini orang tuamu tak memberimu uang?” tanya Justin. Ariana kembali menunduk, Justin mendekatkan diri pada Ariana lalu membawa Ariana kedalam pelukannya.


“Katakan sayang. Apa mereka ....” Justin menghentikan ucapannya saat mendengar Ariana terisak


“Sudah satu tahun aku tak pernah lagi mendapatkan kiriman uang.” Ariana tersenyum getir. Sedangkan Justin mengelus-ngelus punggung Ariana, menyalurkan ketenangan lewat belaian tangan.


“Berceritalah semua lukamu padaku!” titah Justin. Seketika Ariana melepaskan pelukannya dan menegakan tubuhnya lalu menunduk.


“Setahun yang lalu, aku mengembalikan uang yang di kirimkan kedua orang tuaku. awalnya aku ingin mengetes apa mereka perduli atau tidak, aku hanya manusia biasa, untuk pertama kalinya aku ingin mendengar mereka membujuku. Tapi, sepertinya harapan itu terlalu tinggi untuk orang cacat sepertiku, mereka sama sekali tak membujukku, dan juga tak mengirimiku uang lagi. Menyedihkan bukan.” Setelah mengatakan itu, Ariana tersenyum getir. Ia berusaha menahan tangisnya, ia tak ingin Justin terus kasihan kepadanya.


“La-lalu, selama ini bagaimana. ....” Justin menghentikan sejenak ucapannya. Ia tak mengerti kenapa gadis di sampingnya ini begitu kuat. Seandainya ia mengetahui lebih cepat, tentu ia tak akan membiarkan wanitanya kesusahan.

__ADS_1


Scroll lagi iessss


Ga komen ga flendd wajib banget ninggalin komen


__ADS_2