
__ADS_3
“Aku pasti merepotkanmu, kan?” tanya Ariana lagi saat Justin tak menjawab.
“Tidak, mungkin bukan hanya merepotkanmu. Tapi juga membuatmu malu,” kata Ariana. Namun, Justin tak menjawab. Ia membiarkan Ariana mengeluarkan keluh kesahnya.
Ariana menatap Justin lamat-lamat. Tangannya terangkat untuk menyentuh pipi suaminya. “Kau tampan kau, kau kaya, kau punya segalanya. Aku yakin, suatu saat, kau akan menyadari semuanya. Kau akan menyadari bahwa kau salah memilih wanita. Kau akan menyesali keputusanmu saat ini dan kau ....” Ariana menghentikan ucapannya. Suaranya tenggelam dalam tangisan.
“Kau begitu sempurna, banyak wanita lain di luar sana yang menginginkamu. Kau bisa membanggakan wanita yang sempurna di hadapan rekan-rekan bisnismu. Terkadang, aku percaya padamu bahwa kau memang mencintaiku. Tapi, terkadang aku ragu padamu. Karena semua tak masuk akal. Lelaki sesempurna dirimu mau menerima wanita cacat sepertiku. Keluargaku saja membuangku. Lalu bagaimana denganmu? Aku tersiksa memikirkan semuanya. Aku selalu takut, setiap aku bangun tidur sikapmu berubah karena kau menyadari bahwa kau memilih perempuan yang salah. A-aku ....”
lagi-lagi, Ariana menghentikan ucapannya suaranya kembali tenggelam dengan tangisan. Ia menghapus air matanya kembali kemudian menghirup nafas sedalam-dalamnya.
“Aku lelah dengan rasa takut ini. Mungkin ini berat. Tapi, kau bisa meninggalkanku sekarang. Kau bisa tinggalkan aku sebelum rasaku semakin dalam. Kau juga boleh membawa kedua anak kita, aku tak mau anak kita malu mempunyai ibu sepertiku.” Ariana tak sanggup lagi berdekatan dengan Justin. Ia pun dengan segera bangkit dari berbaringnya.
Setelah Ariana bangkit, ia langsung turun dari ranjang. Lalu mengambil tongkatnya dan berjalan tertatih-tatih keluar kamar. Justin sengaja tak mengejar Ariana. Ia ingin istrinya memahami perasaanya sendiri. Dan ia yakin, Ariana butuh waktu untuk menyendiri.
__ADS_1
Setelah keluar dari kamar, Ariana menghentikan langkahnya. Ia tersenyum getir ternyata, Justin tak menahannya. Benar, dugaanya. Mungkin, suaminya sudah sadar. Bahwa suaminya salah memilih wanita. Ariana pun kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumahnya ia tak punya tujuan lain selain pergi ke pantai ia berjalan dengan tertatih-tatih menahan perih di kakinya.
Ini menyakitkan. Rasanya sungguh menyakitkan. Ternyata ia harus mengalami bagaimana sakitnya kembali terbuang oleh orang yang ia cintai.
•••
Ariana terduduk di pasir. Matanya menerawang ke depan. Ia tak peduli terik matahari yang mengenai tubuhnya.
Ia terdiam kaku. Pikirannya kosong. Hari ia benar-benar dihantam rasa sakit yang luar biasa hebat karena Justin tak menyusulnya padahal Ia sudah lama keluar dari rumah.
Tangis Ariana mulai berderai kembali. Ia memegang perutnya. “Maafkan Mommy, karena kalian harus tumbuh di rahim wanita cacat seperti Mommy, Setelah kalian lahir. Mommy berjanji, Mommy tak akan pernah menampakan diri di hadapan kalian lagi,” ucap Ariana dengan hati yang luar biasa pedih.
Lamunan Ariana buyar kala ia merasakan ada kain yang menutup tubuhnya. Justin menyematkan selendang hingga menutupi separuh tubuhnya. Ternyata Justin menyusulnya.
__ADS_1
Ariana langsung menghapus air matanya. Membuat Justin menggeleng kemudian ia mendudukkan diri di belakang Ariana lalu memeluk tubuh istrinya dari belakang dan menaruh wajahnya di bahu Ariana.
“Bagaimana apakah menyakitkan saat aku tak menyusulmu?” tanya Justin tiba-tiba..
“Apa kau sanggup hidup jauh tanpaku?”
“Apa ....”
“Apa ....”
Mendengar untaian kata-kata Justin Ariana menutup kedua telinganya.
“Cukup! jangan bicara lagi!”
__ADS_1
Scroll lagi iessss aku update 3 bab
__ADS_2