
__ADS_3
"Kenapa?" tanya Gabby.
"Gabby kau lihat bukan tadi. Daddy sudah membenci kita, mulai besok. Kita tak boleh merepotkan siapa-siapa. Jangan sampai Mommy juga membenci kita karena kita nakal, kita tak punya siapa-siapa lagi jika Mommy membenci kita," ucap Gabriel, membuat Gabby semakin menunduk. Lalu tak lama Gabby mengangguk.
"Besok, jika Daddy tak datang. Kita menonton saja," ucap Gabriel.
"Gabriel, bagaimana jika besok kita di ejek karena tak mengikuti lomba dan tak ada yang datang ke sekolah kita?" tanya Gabby. Membuat Gabriel berpikir.
Simma membekap mulutnya saat mendengar percakapan Gabriel dan Gabby. Sedari tadi, ia mendengar percakapan anak kembarnya.
Dada Simma sesak. Ini lebih menyayat dari apa pun. Gabriel yang biasanya cuek terhadap apapun mendadak mengatakan hal yang begitu menyayat.
Mungkin, bagi orang lain, percakapan Gabby dan Gabriel hanya akan di anggap percakapan omong kosong karena di ucapkan oleh anak kecil. Tapi, tidak bagi Simma. Ia mengenal anak-anaknya lebih dari siapapun di dunia ini, anak-anaknya benar-benar merasakan dampak sakit hati yang sangat luar biasa karena perubahan sikap Stuard.
Ini semua terlalu mendadak untuk anak kembarnya. Mereka terbiasa menerima kasih sayang yang berlimpah dari Stuard. Tapi, hanya dalam sekejap juga mereka kehilangan kasih sayang dari sang ayah.
__ADS_1
Simma menghapus air matanya, ia tak ingin anak-anaknya tau bahwa ia menangis.
"Kalian sudah siap?" tanya Simma, Gabby dan Gabriel pun mengangguk.
Keesokan harinya.
Gabriel dan Gabby saling bergandengan tangan di sisi lapangan, wajah mereka tampak lesu saat melihat anak-anak lain sedang berlomba bersama ayah mereka.
Sudah satu jam acara di mulai, walaupun Gabby dan Gabriel yakin bahwa Stuard tak akan datang. Tapi, sesekali mata mereka melihat ke arah gerbang. Berharap mobil Stuard muncul dari sana.
••••
Simma mundar-mandir di kamarnya, Gabby dan Gabriel harusnya sudah pulang sejam yang lalu, tapi sampai saat ini, anak kembarnya belum juga kembali. Ia mencoba berpikir fositip.
Mungkin Stuard datang, dan ikut merayakan hari ayah di sekolah Gabby dan Gabriel. Hingga Gabby dan Gabriel tak pulang tepat waktu, ia sudah menelpon supir selama berkali-kali. Namun, tak ada jawaban.
__ADS_1
Tak lama, terdengar suara dering ponsel, satu pesan masuk kedalam ponselnya. Simma berjalan ke arah nakas dan mengambil ponselnya.
Mata Simma membulat saat membaca pesan tersebut, pesan itu dikirim oleh Stuard. Stuard mengirim pesan padanya bahwa ia harus terbang ke Hawaii karena ada urusan pekerjaan yang sangat penting dan ia juga mengatakan bahwa ia tak bisa pulang ke mansion dan harua secepatnya pergi.
"Gabby ... Gabriel," lirih Simma, ia langsung teringat pada putra-putrinya, Simma tak bisa membayangkan bagaimana kecewanya Gabby dan Gabriel saat Stuard tak datang. seketika Simma dilanda rasa cemas, ia langsung berlari keluar kamar untuk menemani Gabby dan Gabriel di sekolah.
Satu Minggu kemudian.
Saat turun dari pesawat, Stuard langsung berlari, di pikirannya hanya ingin secepatnya pulang dan ingkin memastikan Simma dan kedua anak baik-baik saja. Mimpinya semalam Benar-benar hampir membunuhnya, hingga rasanya ia ingin secepatnya pulang bertemu Simma dan anak-anaknya.
Seminggu berlalu, saat jauh dari keluarga kecilnya, Stuard menyadari sesuatu ...
Flashbackanya di ceritain nanti ya
Hate komen blok. 😎
__ADS_1
__ADS_2