
__ADS_3
Melihat Briana, Josh terdiam. Rasanya ia terlalu malu untuk menatap Bri. Ia melihat sekelilingnya, ternyata orang-orang memang memerhatikannya yang baru saja tumbang karena anak buah Stuard.
Josh lebih memilih bangkit sendiri, mengabaikan tangan Bri yang sudah terulur untuk menolong Josh berdiri.
Perlahan, Briana merarik kembali tangannya, matanya memanas, lalu ia memalingkan tatapannya ke arah lain, karena rasanya ia ingin menangis. Cintanya pada Josh begitu besar. Hingga rasanya, penolakan Josh menjadi sangat menyakitkan.
Tak ingin terus merasa sakit, Briana pun memilih meninggalkan Josh. Tanpa pamit atau berbicara apa pun, Briana langsung pergi, berlalu meninggalkan Josh.
Saat sampai di dalam mobil, Tangis Briana luruh. Ia memegang dadanya, rasanya terlalu menyakitkan. "Ya Tuhan, tolong hapus dia dari ingatanku," lirih Bri sambil terisak. Seharusnya, ia membenci Josh, seharusnya, ia mengutuk Josh. Tapi yang terjadi, rasa itu malah semakin kuat, dan selalu berakhir dengan menyakitkan.
••••
"Kau siap, Sayang?" tanya Stuard. Suara Stuard sudah memberat, gairah sudah mengusainya. Tangannya mengelus rambut Simma dengan lembut.
Napas Stuard memburu, membuat wajah Simma memerah, karena hangat napas Stuard menyapu permukaan kulitnya. Simma bisa merasakan bahwa kejantanan Stuard lebih menegak dari sebelumnya.
"Jangan seperti itu, Sayang," ucapnya saat Simma mengigit bibir bawahnya, membuat napas Stuard semakin tersendat-sendat.
__ADS_1
Dengan jantung yang berdegup kencang, Simma mengaitkan tangannya ke leher Stuard. "Lakukan dengan perlahan, Dad," jawabnya. Ia memberanikan diri menarik tengkuk Stuard, dan mencium bibir Stuard.
Setelah sekian lama bibir mereka saling bertaut, Stuard menjauhkah bibirnya. Wajahnya mulai turun, mengecup leher Simma, menjilatnya dan mengecup kecil. Tangan Stuard mulai bekerja, memainkan pucuk payu*dara Simma dengan lembut.
Lidahnya semakin turun, menyapa kulit Simma, membuat Simma melenguh. Gairah Simma semakin terbakar, saat mulut Stuard menyecap dadanya, melummatnya, menghisapnya bahkan tanpa sadar, tangan Simma menekan kepala Stuard, seoalah menyuruh Stuard menghisap lebih dalam.
Tak hanya dada saja yang terjamah oleh lidah Stuard, semuanya, bagian tubuh istrinya pun sudah pasti terjamah olehnya.
Hanya dengan sentuhan lidah saja, gairah Simma sudah terbakar hebat, rasanya berbeda jauh saat ia melakukannya dengan Josh dulu. Bahkan, hanya dengan lidah Stuar, Simma sudah mendapatkan puncaknya.
Setelah, memastikan Simma cukup beristirahat, Stuard kembali menindih tubuh Simma. Ia mengusap kening Simma yang sudah di banjiri oleh keringat.
Melihat reaksi Simma, Stuard terkekeh. Ia langsung ******* lagi bibir Simma hingga mau tak mau Simma membuka matanya.
"Bolehkan aku memasukannya sekarang?" tanya Stuard. Napasnya mulai memberat, ia kembali mengendus leher Simma, pertanda gairahnya sudah di ubun-ubun.
"Lakukan perlahan, Dad!" ucap Simma saat Stuard akan memasukannya miliknya.
__ADS_1
"Da-Dadd!" jerit Simma saat Stuard memasukan senjatanya. "Ka-kau be-besar sekali, Dad!" ucapnya saat merasa bahwa milik Stuard begitu kesusahan memasukan miliknya. Bahkan, Simma merasa terombang ambing.
Mendengar Simma menjerit memujinya dan menyebut namanya. Darah Stuard semakin berdesir, menyentuh titik nadi terdalamnya. Rasanya, ia ingin menghujam Simma secara gila-gilaan. Dan, Simma sama sekali tak menyadari bahwa ucapannya membuat Stuard menggila, bahkan saat ini, Stuard ingin sekali menyembah Simma.
"Apa kau kesakitan, Sayang. Apa aku perlu mengeluarkannya lagi?" tanya Stuard saat miliknya sudah masuk seluruhnya. Ia akan bergerak menunggu Simma merasa nyaman terlebih dahulu.
Simma menggeleng, ia menarik tengkuk Stuard, dan ******* bibir suaminya. "Bergeraklah, Dad! aku sudah siap," jawabnya.
"Shittt! Kau sungguh nikmat Sayang. Kau sungguh nikmat!" desah Stuard saat mulai bergerak. Ia merasa, milik Simma sangat hangat dan begitu mencapit miliknya. Rasanya, ia tak ingin berhenti.
"Da-Dad! lebih dalam!" pinta Simma saat ia sudah rileks dan sudah bisa mengimbangi Stuard.
Mendengar ucapan Simma. Lagi-lagi Stuard menggeram, apapun ucapan Simma, selalu mampu mengantarkan Stuard ke level di mana ia ingin menyembah dan menghujam istrinya secara gila-gilaan.
Akhirnya sekian lama larut dalam kenikmatan, Simma dan Stuard pun medapatkan puncaknya.
Pagi-pagi, udh traveling aja 😂
__ADS_1
Satu part lagi menyusul jam 12 atau jam setengah 1 ya.😚 akunya lagi ga enak badan. jadi ngetikny pelan-pelan
__ADS_2