Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
120


__ADS_3

Oeekk ....Oeekkk .... Oekkkk


Suara bayi berbunyi begitu nyaring di dalam ruangan. Tangis haru Gia dan Zayn luruh saat putra pertama mereka lahir.


Gia menghembuskan napas lega, saat putranya berhasil selamat. Ia menoleh ke arah suaminya. Hatinya semakin terenyuh saat melihat wajah suaminya berderai air mata.


Mata Zayn tak lepas memandang putranya yang sedang di gendong oleh perawat. Di sela isak tangisnya, Gia menggenggam tangan suaminya, menyadarkan Zayn dari lamunannya.


"Dad!" lirih Gia.


Mendengar suara Gia, Zayn tersadar. Sangking larutnya saat melihat bayinya, Zayn malah melupakan Gia.


Zayn tersenyum, ia membungkukan wajahnya dan mencium semua wajah istrinya, tanpa terlewat.


"Terimakasih, Sayang. Terimakasih," ucap Zayn dengan berderai air mata. Ia menggenggam tangan istrinya dan mengecupnya.


Terus melihat Zayh menangis, membuat Gia tak bisa memberhentikan tangisannya. Ia bisa melihat sisi Zayn yang lain. Sisi yang tak pernah ia lihat sebelumnya.


••


Setelah Gia dan putranya di bersihkan, Zayn pun keluar dari ruangan. Di luar sudah ada Sonya, Albert, dan Zidan.

__ADS_1


Zidan yang sedari tadi menunggu di depan pintu, langsung melihat ke arah Zayn. Belum dia bertanya tentang kondisi kaka iparnya. Tubuhnya sudah di tubruk oleh sang kaka.


Rasa haru, masih menyeruak dalam dada Zayn. Hingga saat keluar dari ruangan, ia langsung memeluk Zidan dan kembali menangis haru.


"Sekarang aku seorang ayah ... Aku seorang ayah," lirih Zayn.


Zidan tersenyum, ia membalas pelukan sang kaka, tak lama ia pun ikut menangis haru.


Setelah melepaskan pelukannya pada Zidan. Zayn pun menghampiri Sonya dan memeluk sang ibu.


"Aku sudah menjadi ayah, Mom," ucapnya lagi di pelukan Sonya. Sangking bahagianya seorang Zayn, ia terus mengagungkan kalimat yang sama. Bahwa dia, sudah menjadi ayah.


Zayn menoleh, ia melihat ka arah Arleta lalu tersenyum. Ia menekuk kakinya dan mensejajarkan diri dengan Arleta.


"Why?" tanya Zayn. Ia mengelus lembut rambut adiknya.


"Kaka, bolehkah aku melihat keponakanku?" tanya Arleta.


Zayn mengangguk, dan memeluk Arleta. Ini pertama kalinya Zayn sedekat ini dengan adik angkatnya. "Keponakanmu sedang di bersihkan. Kaka akan membawamu bertemu keponakanmu sebentar lagi," ucap Zayn, ia melepaskan pelukannya pada Arleta dan kembali mengelus rambut adik angkatnya.


•••

__ADS_1


Gia membuka matanya, kerongkongannya terasa kering. Ia melihat jam di dingding, rupanya ia tertidur cukup lama. Ia melihat kesana kemari tak ada suaminya di manapun.


Ia berusaha untuk bangun, tapi tubuhnya begitu lemas, ia hanya berharap ada orang yang datang ke ruangannya.


Tak lama, pintu terbuka. Membuat Gia menoleh. Sayangnya bukan suaminya yang masuk, melainkan Zidan.


Zidan pikir, sang kaka ada di ruangan. Namun, ternyata Zidan salah. Di ruangan, hanya ada Gia seorang dan itu membuat Zidan langsung merasa canggung.


"A-aku pikir ada Zayn di sini," ucap Zidan terbata-bata. Ia ingin menghampiri Gia, tapi ia takut Zayn salah paham.


Walaupun, hubungan mereka sudah membaik. Tapi, Zidan bisa melihat, kakanya selalu menatap waspada padanya ketika ia bertatap muka dengan Gia. Padahal, perasaan Zidan pada Gia sudah hampir hilang, walaupun masih ada sedikit getaran.


"Zi-zidan, bolehkah aku minta tolong?" tanya Gia yang ingin menyuruh Zidan mencarikan suaminya.


"Minta tolong apa?" Itu bukan suara Zidan, melainkan suara Zayn yang baru saja masuk dan ia berdiri tepat di belakang Zidan.


Zidan terhenyak kaget, "Kau mengagetkanku!" ucap Zidan, sedangkan Zayn menarik turunkan alisnya.


"Aku kesini mencarimu!" Sambung Zidan lagi, yang mengerti akan tatapan kakanya.


Scroll lagi ya

__ADS_1


__ADS_2