
__ADS_3
saat keluar dari kamar, Amelia berjalan dengan langkah pelan kearah kamar yang biasa ia datangi saat bersama Gabriel.
Langkahya terasa ringan. Ini berbeda, jika kemarin-kemarin ia selalu merasakan ketakutan saat masuk ruangan itu. Sekarang tidak lagi.
Rasanya, kali ini ... langkahnya terasa ringan. Entahlah mungkin dia sudah pasrah dengan kehidupannya sekarang atau mungkin karena alasana lain.
Saat berjalan, Amelia sembari berjalan tangannya mengusap tembok. 3 tahun berlalu bukan waktu yang mudah bagi Amelia.
Jangan ditanya betapa tersiksanya dia, yang pasti dia sudah benar-benar tersiksa. Gabriel memegang kartunya. Ia tak bisa berkutik, Gabriel menggunakan sang ibu sebagai ancaman, agar Amelia tak melawan padanya, apalagi membantah perintahnya.
Yaa, sang ibu sedang sakit keras dan membutuhkan pengobatan serta bayaran yang tak sedikit. Dan Gabriel lah yang menanggungnya dan menjamin ibunya akan baik-baik saja. Hngga mau tak mau, Ia hanya bisa menurut pasrah pada Gabriel
Setelah berjalan beberapa langkah, akhirnya Amelia sampai disebuah di sebuah pintu ruangan. ia memegang knop pintu kemudian mendorongnya, lalu masuk ke dalam ruangan .
__ADS_1
Ruangan itu berwarna gelap tak ada dekorasi sama sekali hanya ada ranjang dan sofa serta beberapa alat yang biasa Gabriel pakai untuk bermain dengan Amelia.
Amelia mendudukan diri di sofa, ketegangan mulai terasa. Walaupun sedari tadi, ia sudah berusaha mengendalikan diri. Tapi, tetap saja ... rasa takut bercampur panik tak bisa ia hilangkan begitu saja.
••••
Setelah berbicara dengan pelayan di bawah. Gabriel mulai melangkahkan kakinya. Ia berjalan dan naik ke atas untuk pergi ke kamar yang selalu Ia tempati.
lalu memegang kenop pintu dan mendorongnya. Ia masuk kedalam kamar melonggarkan dasinya. Lalu berjalan ke kamar mandi. Ia berencana menyegarkan diri sebelum menemui Amelia.
Gabriel membuka lemari, Ia mengambil celana pendek lalu memakainya. lelaki tampan itu kemudian bercermin, ia merapikan rambut dan memakai beberapa krim di wajahnya. Setelah itu, ia keluar dari walk in closet dan pergi keluar dari kamarnya.
Saat berjalan, seringai Gabriel semakin terlihat. Rasanya, ia sungguh tak sabar untuk melihat Amelia memohon meminta dan merintih.
__ADS_1
Saat sampai di depan pintu, Gabriel mendorong pintu tersebut. Kemudian masuk. Membuat Amelia yang sedang duduk langsung berdiri.
Mata Gabriel dan mata Amelia saling mengunci. Amelia meremas kedua tangannya, melihat Gabriel menyeringai bagai melihat malaikat pencabut nyawa yang mengintai nyawanya.
“Ga-gabriel!” lirih Amelia saat Gabriel mendekat. nafas Amelia tercekat, tubuhnya bergidik. Ia mundur saat Gabriel maju ke arahnya dengan membawa sesuatu di tangannya.
“Kenapa! bukankah kau sudah tahu apa tugasmu?” ucap Gabriel, membuat Amelia menghentikan langkahnya yang sedang berjalan mundur.
“Kau mau aku yang maju atau kau yang datang padaku?” Tanya Gabriel. Pertanyaan itu terlihat biasa. Tapi, tidak bagi Amelia. Itu adalah sebuah peringatan dan seperti pesan kematian untuknya.
Setelah memberi peringatan untuk Amelia, Gabriel berbalik. Kemudian i mendudukan dirinya di sofa.
Dengan kaki yang gemetar, Amelia maju ke arah Gabriel. Sudah 3 tahun Ia di perlakukan seperti ini. Seharusnya ia sudah mengerti apa yang akan ia terima. Tapi tetap saja, setiap Gabriel datang. ia selalu ketakutan apalagi membayangkan alat-alat yang selalu dipakai Gabriel mengenai kulitnya.
__ADS_1
Scroll lagi iesss
__ADS_2