Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
145


__ADS_3

"Siapa yang mengirim ini?" tanya Audrey saat ada orang yang mengirimkan box makan siang.


Orang yang tadi di perintah oleh Zidan, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ia bingung, harus menjawab bagaimana.


"Ini dari perusahaan, Nona," jawab orang di depan Audrey. Karena tak ingin ada pertanyaan lagi dari Audrey, orang yang tadi di perintah Zidan pun segera meninggalkan Audrey.


Audrey mulai membuka box, ia mengernyit heran saat melihat kotak yang berisi makan siangnya, menu yang sama sekali tak Audrey sukai. Audrey pun kembali menutup box makan siangnya dan menaruhnya ke samping.


"Issh, kenapa dia tak memakannya!" gerutu Zidan. Sedari tadi, ia masih betah melihat Audrey dari cctv, padahal pekerjaannya sedang menumpuk. Ia menjadi kesal sendiri, kala Audrey tak memakan makan siangnya.


Ia pun menegakan duduknya, dan mengulurkan tangannya untuk menelpon Audrey. Tapi, tak lama ia menghentikan gerakannya saat mengingat perkataan Audrey tempo hari.


Zidan menghela napas berat saat mengingat lagi semuanya. Ucapan Audrey tempo hari benar-benar membuatnya tak nyaman, ada rasa sesak yang tak terlihat.


Tiba-tiba, satu ide terlintas di otaknya. Ia pun menelpon seseorang rekan bisnisnya, lalu setelah itu ia menelpon Audrey.

__ADS_1


"Kita akan pergi meeting di luar," ucap Zidan di telponnya. Tanpa mendengar jawaban Audrey, Zidan pun mematikan lagi telponnya. Ia sengaja menelpon klientnya untuk memajukan meeting.


Zidan sengaja mengajak klientnya meeting di restoran, agar Audrey pun ikut makan siang. Beruntung, Zidan belum memakan makan siangnya.


Ia pun bangkit dari duduknya, memakai jasnya dan menyambar kunci mobilnya. Saat ia membuka pintu, ternyata Audrey sudah menunggu di depan ruangannya.


"Biarkan saya yang menyetir tuan Zidan," ucap Audrey. Zidan pun mengangguk. Ia memberikan kunci mobilnya pada Audrey. Lalu ia melewati tubuh Audrey begitu saja, Audrey pun mengikuti langkah Zidan.


Saat berada di lift, kecanggungan meliputi keduanya. Zidan yang berdiri di depan Audrey menghela napas berat. Walaupun ia tau Audrey jago dalam segala hal. Tetap saja, ia merasa tak tega jika membiarkan seorang wanita menyetir.


Saat sudah di dekat mobil, Audrey pun dengan cepat mendahului Zidan, membuat Zidan terkejut. Setelah berada di sisi mobil, Audrey pun membukakan pintu untuk Zidan.


Sungguh, Zidan membenci situasi ini. Audrey benar-benar membangun pembatas yang nyata dengan dirinya.


Zidan pun masuk kedalam mobil, setelah Zidan masuk, Audrey pun ikut masuk. Tak lupa, ia menanyakan tempat mana yang akan mereka datangi.

__ADS_1


•••


Saat sudah sampai restoran, Audrey dengan cepat turun dari mobil. Lalu, membukakan pintu untuk Zidan, membuat Zidan kembali berdecak kesal.


Mereka pun mulai berjalan masuk ke dalam restoran. seperti biasa, Audrey berjalan di belakang Zidan, membuat Zidan amat tak nyaman.


"Maaf membuat anda menunggu lama, Tuan Sam," ucap Zidan pada klientnya yang ternyata sudah sampai terlebih dahulu di restoran.


Sam pun menoleh, ia bangkit dari duduknya dan menyalami Zidan. "Tak masalah, tuan Zidan," balas Sam. Sam yang baru saja berjabat tangan dengan Zidan langsung melihat ke arah Audrey.


Matanya menyipit saat melihat Audrey. Ia ingat betul siapa Audrey. Wanita tangguh yang pernah mengawalnya.


"Tuan, Sam," panggil Zidan menyadarkan Sam dari lamunannya. Tiba-tiba, dada Zidan bergemuruh sai ia melihat Sam menatap Audrey.


Scroll lagi yessz

__ADS_1


__ADS_2