
__ADS_3
Atmosfer di ruangan itu menjadi berubah, suasana canggung menyelimuti Gabriel dan Amelia. Dulu mereka pernah menjadi tuan dan budak. Tapi sekarang, mereka berubah posisi. Gabriel menjadi tersangka dan Amelia seorang polisi.
Dulu, Gabriel bersikap pongah dan sombong pada Amelia. Ia selalu menatap Amelia dengan sebelah mata. Tapi saat ini, dialah yang tertunduk bagai orang pesakitan tidak mampu menjawab dan hanya mampu menundukan kepalanya.
Amelia yang sedari tadi diam dan berusaha menguatkan dirinya untuk mengajukan pertanyaan, akhirnya mengangkat kepalanya. Lalu menoleh kearah Gabriel sekilas, kemudian melihat lagi pertanyaan yang akan di tanyakan pada Gabriel.
“Tuan Gabriel Josephine, apakah benar Anda terlibat dalam penjualan senjata ilegal?” tanya Amelia. Ia menatap Gabriel dengan tegas. Tatapan matanya begitu menusuk, bahkan Gabriel seperti tak mengenal Amelia.
Gabriel terdiam, kemudian menunduk. “Ya,” jawab Gabriel dengan singkat, Amelia pun kembali melihat ke arah berkas yang sedang dipegangnya, kemudian mengajukan pertanyaan kedua.
“Apakah anda merubah identitas seseorang, agar anda bisa menjadikan orang itu sebagai pemilik palsu pabrik senjata yang anda miliki agar anda tidak tersentuh oleh hukum?” tanya Amelia lagi. Ia kembali melihat ke arah Gabriel. lagi-lagi Gabriel mengangguk, tanda mengiyakan apa yang diucapkan oleh Amelia.
“Apakah selain menjadi penjual senjata ilegal Anda juga menjual obat-obatan atau memperjual belikan organ manusia?” tanya Amelia.
Gabriel menggeleng, “Aku hanya terlibat beberapa penjualan ilegal antara Rusia dan beberapa negara lainnya,” jawab Gabriel. Kemudian Amelia menutup berkas yang di dipegangnya.
__ADS_1
“Baik, terima kasih atas kerja sama anda tuan Gabriel, introgasi pertama selesai, setelah anda pulih, kami akan membawa anda ke kantor polisi dan menginterogasi anda di sana. Anda juga berhak didampingi pengacara saat anda akan melakukan pemeriksaan kedua.” Setelah mengatakan itu, Amelia bangkit dari duduknya.
Tak dipungkiri, tangan Amelia gemetar saat melihat Gabriel, dan ia memutuskan pergi karena ia tak ingin Gabriel melihat kelemahannya.
Namun, setelah ia melangkah beberapa langkah, Amelia menghentikan langkahnya ketika Gabriel memanggilnya.
“Ada apa?” tanya Amelia.
“Bolehkah aku mengunjungi makam putra kita ?” tanya Gabriel dengan menunduk..ia Bahkan tak berani menatap Amelia. Amelia terdiam, tubuhnya menegang, jantungnya seperti akan keluar dari rongga dadanya ketika Gabriel menyebutkan kata anak kita.
Amelia tersadar, ia tak menjawab ucapan Gabriel, bahkan tak sanggup menjawab ucapan Gabriel. Untuk berbalik menatap Gabriel saja rasanya begitu menyakitkan.
Gabriel hanya mampu menatap punggung Amelia, tanpa bisa mengejarnya. Tanpa bisa memanggilnya lagi. Bahkan menyebut nama Amelia saja, rasanya ia sungguh malu.
••••
__ADS_1
“Apa kau sudah selesai?” tanya stuard saat Amelia keluar dari ruang rawat Gabriel.
Mengangguk, “Saya sudah selesai, Tuan. Kalau begitu saya permisi,” pamit Amelia. Jujur saja ia sangat ingin menangis sekencang-kencangnya. Tanpa mendengar lagi jawaban Stuard, Amelia berlalu meninggalkan Suard dan Gebby.
“Apa menurutmu Amelia akan memaafkan Gabriel, Dad?” tanya Gebby saat melihat punggung Amelia yang semakin menjauh.
“Daddy, tidak tau. Semua tergantung kesungguhan Gabriel,” jawab Stuard.
beberapa hari kemudian.
Amelia mengerutkan kening saat ia semua timnya menatap aneh padanya, “Ka-kalian kenapa?” tanya Amelia terbata-bata.
“Amelia ....”
Gengs satu bab dulu ya, aku mau ke RS dulu buat priksain anakku, cinta Viona di sebelah juga libur up ya hari ini
__ADS_1
__ADS_2