Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
400


__ADS_3

Kelly masuk kedalam kamar Arleta, kemudian menghela nafas lalu menggeleng. Ia baru saja pulang dari Australia dan saat sampai di Mansion, ia langsung masuk ke dalam kamar Arleta, karena ia tau apa yang terjadi pada Arleta.


“Aku tau, kau tidak tidur. Bangunlah!” kata Kelly, karena ia bisa melihat jika Arleta mengintip.


“Arleta!” panggil Kelly lagi. Nada suaranya terdengar jelas tak bisa di bantah.


Pada Akhirnya, Areta membuka matanya. “Apa! kau berisik sekali!” Omel Arleta, matanya menatap Kelly dengan malas.


“Ada apa denganmu kenapa kau harus bekerja di club?” tanya Kellya ia langsung memberondong Arleta dengan pertanyaan.


Arleta tertunduk, ia tak berani menatap Kelly, karena saat Kelly menyebut club, ia teringat lagi saat Zayn menyebutnya ******.


Kelly menghela nafas beberapa. Setelah Arleta meninggalkan Mansion, ia seperti tak mengenal Arleta. Semenjak Arletta keluar dari Mansion, Kelly kehilangan sosok Arleta yang selalu terbuka. Arleta seolah menutup rapat semuanya.


Pernah Kelly ingin menemani Arleta di apartemennya dan tinggal bersama Arleta. Namun, Arleta dengan tegas menolak keinginan Kelly.


“Arleta ....”


“Kelly kumohon. Bisakah kita bicara nanti saja. Aku lelah,” pinta Arleta dengan nada memelas Matanya sudah memanas. Ia tak ingin Kelly melihatnya menangis.


“Istirahatlah!” jawab Kelly yang mengerti apa yang di rasakan oleh Arleta. Ia berbalik, kemudian keluar dari kamar Kelly.

__ADS_1


Saat Kelly keluar dari kamarnya. Tangis Arleta kembali berderai. Walaupun is berusaha untuk melupakannya. Tetap saja tak bisa, di sebut ****** ternyata sangat menyakitkan.


Rasanya, nafas Arleta memendek. Ia merasa dadanya sesak bukan Main. Tangis sesegukan lolos dari bibirnya. Kemudian ia bangkit lalu mengambil foto Sonya dan Albert.


“Aku pasti kuat, kan, Mom,” gumam Arleta


•••


Waktu menunjukan pukul 07 pagi, semua keluarga Smith, sudah berada di meja makan untuk sarapan bersama. Zayn menyentak nafas kesal saat Arleta belum turun.


“Apa dia keluar lagi dari Mansion ini!” tanya Zayn. Gia yang berada di sebelah Zayn mengusap lembut tangan suaminya. Mereka semua tau sifat Zayn, Zayn akan terus mengomel ketika dia marah.


“Dad, mungkin Arleta masih tertidur.”


“Seenaknya sekali dia! bukannya malu atas kelakuannya malah ....” ucapan Zayn terputus saat Gia kembali menggengam tangan Zayn, membuat Zayn menghela nafas.


Arleta menghentikan langkahnya saat mendengar Zayn. Ia menunduk, karena benar-benar merasa sesak. Sedari tadi, ia mengumpulkan nyalinya untuk turun ke bawah. Karena ia tau, sang Kaka masih kesal padanya.


Dan setelah mengumpulkan nyalinya. Arleta pun memberanikan turun. Namun, saat ia turun untuk bergabung di meja maka, ia harus mendengar hal yang menyakitkan. Padahal, Ia sudah tau kan terjadi hal seperti ini dan sudah menyiapkan dirinya. Tapi, tetap saja rasanya begitu menyakitkan.


Arleta menghela nafas, kemudian menghembuskannya berkali-kali. Ia menyeka sudut matanya yang sudah mulai membasah. Kemudian, ia menguatkan dirinya dan mulai melangkahkan kakinya ke arah meja makan. Ia tak ingin Zayn semakin murka padanya.

__ADS_1


“Se-selamat pagi semua,” sapa Arleta, ia langsung mendudukan dirinya di kursi. Saat Arleta duduk, Zayn mendelik sinis. Ia membanting sendok yang sedang di pegangnya, kemudia bangkit dari duduknya.


“Aku akan sarapan di kantor. Awasi dia jangan sampai dia keluar lagi agar tak mempermalukan keluarga ini.” Setelah mengatakan itu, Zayn langsung meninggalkan ruang makan.


Bagi Zayn, kelakuan Arleta yang bekerja di Club sangat memalukan. Apalagi, rekan bisnisnya yang pertama kali memberitaukan bahwa Arleta bekerja di Club, dan itu semakin membuatnya malu, belum lagi pasti rumor buruk akan segera berkembang.


Gia menggeleng saat melihat kekesalan suaminya. “Ayo lanjutkan sarapan kalian!” kata Gia. Tiba-tiba, Zidan bangkit dari duduknya.


“Aku juga akan sarapan di kantor. Sayang, tolong berikan Arleta uang agar dia tak kembali lagi ke Club” kata Zidan lagi, Audrey mengangguk


Arleta menunduk, ia meremas kedua tangannya. Ucapan kedua kakanya benar-benar menamparnya. Zayn dengan terang-terangan menunjukan kekesalannya, sedangkan Zidan menunjukannya dengan lembut. Namun, tetap menusuk.


Audrey yang berada di sebelah Arleta mengelus tangan Arleta. Membuat Arleta mengangkat kepalanya dengan mata yang membasah.


“Bo-bolehkah, aku sarapan di kamar saja?” ucap Arleta dengan nada terbata-bata. Rasanya ia sungguh malu menatap anggota keluarganya. Ia menggerakan tangannya untuk menghapus air matanya.


Sekuat apa pun, ia menahan dirinya, ia tak sanggup untuk tak menangis.


Wajib bet tinggalin komen.


Greeey sama Stevia libur dulu ya hari ini

__ADS_1


__ADS_2