Cinta Sang Pria Arogan

Cinta Sang Pria Arogan
222


__ADS_3

"Katakan Simma! katakan sekali lagi!" desak Stuard saat Simma tak kunjung menjawab ucapannya. Ia memegang kedua bahu Simma dan meremasnya membuat Simma meringis.


"Stuard ini sakit!" Isak Simma yang merasakan sakit di bahunya. Stuard tersadar, ia melepaskan tangannya dan sedikit menjauh dari tubuh Simma.


Simma tak bisa menahan diri lagi, ia berhambur memeluk Stuard, dan lagi-lagi membuat Stuard terpaku. Ia masih belum percaya saat Simma berkata cinta padanya dan sekarang, Simma memeluknya dan datang sendiri kepelukannya.


"Kau jahat, Stu! Kau jahat," ucap Simma saat Stuard tak membalas pelukannya. Ia memukul-mukul dada Stuard hingga Stuard tersadar.


Stuard memegang tangan Simma yang sedang memukul dadanya, lalu melonggarkan pelukannya. Mata mereka saling mengunci Stuard merasa jantungnya berdetak dua kali lebih cepat saat menatap irish mata milik Simma.


"Kau mencintaiku, Simma?" tanya Stuard dengan bibir bergetar.


"Aku mencintaimu, Stuard! Apakah kau masih belum puas!" teriak Simma saat Stuard terus bertanya. Tubuh Stuard seperti melayang saat mendengar ucapan Simma.


Stuard menangkup pipi Simma, lalu menjawab ucapan Simma dengan ciuman panas, dan perlahan, Stuard menyudutkan Simma ke dinding. Ciuman Stuard begitu menuntut, membuat Simma memejamkan matanya, walau sedikit kaku, Simma berusaha membalas ciuman Stuard


Saat mereka sudah kehilangan oksigen, mereka pun melepaskan ciumannya, Stuard langsung menempelkan keningnya pada kening Simma, hangat napas Stuard menyapu seluruh wajah Simma hingga membuat Simma meremang.


"Katakan sekali lagi, Sayang. Katakan kau mencintaiku, aku ingin mendengarkannya dan terus mendengarkannya," kata Stuard saat ia masih menempelkan keningnya pada kening Simma.


"Aku mencintaimu, Stuard. Jangan bersikap dingin lagi padaku. Itu sangat menyakitkan," balas Simma. Ia memegang kerah baju Stuard hingga Stuard semakin mendekat ke arahnya.


Setuard menjauhkan tubuhnya, kemudian ia mengecup kening Simma dengan penuh kasih sayang. Ia menarik tangan Simma dan mendudukan Simma di ranjang dan ia berjongkok di hadapan Simma lalu memeluk pinggang Simma dan menaruh wajahnya di perut Simma.


"Apa anak-anak Daddy merindukan Daddy, hmm" tanya Stuard, membuat mata Simma berkaca-kaca. Ia sungguh rindu saat Stuard mengobrol dengan perutnya seolah Stuard mengobrol dengan anaknya.


Setelah mengatakan itu, Stuard pun bangkit dari berjongkoknya dan mendudukan dirinya di sebelah Simma.


"Apa aku menyakitimu kemarin?" tanya Stuard. Ia tersenyum dan mengelus pipi Simma membuat Simma ingin sekali menangis. Ia sangat rindu senyuman itu dan rasanya, ia ingin mengabadikan senyuman Stuard.


Simma tak menjawab, ia langsung menunduk dan tak berani melihat Stuard, membuat Stuard terkekeh. "Ini sudah malam, kau harus beristirahat tak baik bagi perkembangan anak kita jika kau tidur larut," ucap Stuard, ia mendorong pelan bahu Simma dan menuntun Simma untuk berbaring. Lalu menarik selimut dan menyelimuti tubuh Simma.

__ADS_1


"Tidurlah! aku akan pulang sekarang," ucap Stuard. Saat dia akan menyalakan lampu tidur, Simma menarik tangan Stuard. "A-aku masih merindukanmu," ucap Simma malu-malu.


Stuard melepaskan mantelnya, ia menaiki ranjang dan merebahkan dirinya di samping Simma, dan Simma pun mengubah posisinya menjadi menyamping, hingga kini posisi mereka berhadap-hadapan.


"Kenapa, hmm?" tanya Stuard saat Simma terus menatapnya.


"Stu, apa aku bisa yakin padamu?" tanya Simma. "Aku hanya wanita miskin, aku pernah menjadi orang gila karena tekanan di masa lalu, aku mengandung anak di luar nikah, pantaskah aku menja ...." Ucapan Simma terputus saat Stuard mencium bibirnya.


"Siapa yang mengatakan kau miskin, hmm?" tanya Stuard, ia sambil merapihkan rambut Simma.


"Faktanya begitu, kita bagaikan langit dan bumi, kau mempunyai segalanya, sedangkan aku! Hartaku hanyalah kedua anakku," ucap Simma dengan tersenyum getir.


"Hei Sayang, lihat aku!" titah Stuard ketika Simma menunduk. "Kau salah, Sayang. Hartaku sekarang menjadi milikmu dan hartaku adalah kau dan anak-anak kita," sambungnya lagi. "Berhenti berkecil hati, takan kubiarkan siapa pun menghinamu termasuk dirimu sendiri."


Mendengar ucapan Stuard, Simma serasa melayang, kenapa lelaki sempurna di depannya ini begitu memujanya. Padahal ia hanya manusia kotor.


"Ayo kita menikah setelah anak kita lahir," ucap Stuard, membuat mata Simma membulat.


Stuard pun mengangguk tanpa ragu. "Apa kau akan menyayangi anak-anakku Stuard?"


Stuard tersenyum, "Mereka bukan hanya anak-anakmu, Sayang. Mereka juga anak-anakku," jawab Stuard. "Mereka akan menyandang namaku, dan dunia hanya boleh tau bahwa akulah ayah mereka."


Mendengar ucapan Stuard, Simma langsung mendekat pada tubuh Stuard, ia berhambur memeluk Stuard dan dengan senang hati, Stuard merangkul tubuh Simma kedalam dekapannya.


"Stu, aku ingin tidur sambil memelukmu. Sepertinya anak-anakmu sangat merindukanmu," ucap Simma ketika dalam pelukanmu. Hati Stuard menghangat ketika Simma menyebut bayi dalam kandungannya adalah anaknya.


Stuard mengelus rambut Simma. Membiarkan Simma nyaman di dalam dekapannya, ia mencium kening Simma bertubi-tubi.


Saat napas Simma mulai teratur, Stuard melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah Simma lekat-lekat, lalu tersenyum, ia masih tak percaya bahwa cintanya akan terbalas secepat ini.


"Aku akan pastikan, kau dan anak-anak kita akan bahagia bersamaku dan kalian hanya boleh bahagia denganku," bisik Stuard lirih. Setelah mengatakan itu, Stuard pun kembali mendekap Simma dan mulai memejamkan matanya.

__ADS_1


••••


Simma membuka matanya, saat sinar matahari menyusup kedalam kamarnya. Ia melihat kesana kemari dan mengucek matanya, Stuard tak ada di kamarnya membuat ia sedikit kecewa.


Ia berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci muka, dan setelah itu, ia pergi keluar dari kamarnya.


Saat keluar kamar, hidungnya mencium aroma yang sengat enak.


Simma tersenyum girang, saat mendengar suara dari arah dapur. Ternyata, Stuard masih ada di apartemennya dan sedang memasak.


"Pagi Mommy," ucap Stuard saat Simma datang ke dapur, membuat Simma tersenyum lalu menghampiri Stuard. Ia berjalan ke arah belakang, dan memeluk Stuard dari belakang.


"Aku pikir kau pergi lagi," ucap Simma. Stuard menarik tangan Simma agar memeluknya semakin erat.


"Mana mungkin aku pergi tanpamu," jawab Stuard. "Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat," ucap Stuard lagi.


"Kemana?" tanya Simma.


Stuard melepaskan pelukannya dan berbalik ke arah Simma. "Rahasia, akan adaa kejutan untukmu," jawab Stuard. "Ayo sarapan, kau harus meminum vitaminmu."


Setelah sarapan dan bersiap, Simma pun keluar dari kamar dan menghampiri Stuard yang sudah menunggu.


"Kau sudah siap?" tanya Stuard, sambil mengulurkan tangannya pada Simma. Simma pun mengangguk lalu mereka pun berjalan untuk keluar dari unit apartemen Simma.


"Apa anak-anak Daddy juga siap menerima kejutan dari Daddy," ucap Stuard saat keluar dari apartemen, ia mengelus perut Simma membuat Simma tersenyum.


Saat mereka akan melangkahkan kakinya, langkah mereka terhenti saat melihat Josh. Josh mendengar semunya apalagi saat Stuard mengusap perut Simma. Rasanya begitu menyakitkan saat ada orang lain yang mengakui anaknya.


Ia datang ke apartemen Simma untuk membawakan sarapan. Ia ingin memerbaiki hubungan dengan Simma dan memulai dengan melakukan hal kecil. Tapi, ternyata semua tak sesuai dengan apa yang di harapkannya.


Josh

__ADS_1


__ADS_2