My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Melahirkan..


__ADS_3

Sherly berjalan perlahan, dia penasaran siapa yang datang membesuknya, karena hampir 2 minggu lebih dia mendekam di dalam penjara, belum pernah ada satu orang pun yang datang membesuknya, sampai akhirnya dia melihat Doni.


Melihat Doni membuat dirinya marah, dia berlari menghambur ke arahnya, Sherly menarik kerah baju mantan selingkuhannya itu.


"Kenapa kamu mengkhianati aku..?" Tanya Sherly dengan sangat marah.


Doni segera menepis tangan Sherly, dia kemudian mendorongnya dengan kasar.


Doni membenahi kerah bajunya, kemudian melihat Sherly dari ujung kaki sampai ujung kepalanya. Dia tertawa melihat penampilan Sherly yang sangat berantakan.


"Ini baru 2 minggu dan kamu sudah seperti ini..?" Tanya Doni mengejeknya.


Sherly semakin kesal dan marah lagi lagi dia menghambur kearah Doni, akan tetapi kali ini Doni mendorongnya dengan sangat keras, sehingga Sherly terdorong cukup jauh darinya.


"Jangan mendekati aku..kamu tahu, kamu sekarang sangat menjijikkan.."


Sherly marah, dia tidak tahan dengan segala penghinaan Doni kepadanya.


"Ini semua karena kamu, kenapa kamu memberitahu Aditya..?"


Doni tertawa semakin keras.


"Karena aku pikir Zahra adalah anakku, aku tidak sebejat dirimu, aku tidak akan membiarkan anakku terluka.."


"Ternyata kamu hanya menggunakan aku sebagai alatmu untuk menghancurkan Aditya, dengan surat keterangan hasil DNA palsu itu, kamu mengancam aku untuk menuruti semua perintahmu, kamu benar-benar pintar Sherly.."


"Aku sudah memperingatkan kamu untuk berhenti dan memulai kehidupan baru dengan semua uang yang aku berikan, tapi kamu tidak mendengarkan.."


"Ini balasan atas semua perbuatan kamu.."


"Kamu pasti sudah tahu kalau aku sudah mengambil kembali semua uangku di rekening milikmu, sekarang kamu bahkan tidak mempunyai uang untuk menyewa seorang pengacara.." Ucap Doni panjang lebar sambil terus tersenyum sinis.


Sherly melihat Doni dengan tatapan tajam.


"Bisa aku pastikan kamu akan mendekam di penjara sangat lama, kasus pembunuhan berencana sangat berat, apalagi kepada anak kandung sendiri..atau bisa saja kamu divonis hukuman mati.."


Mendengar itu membuat tubuh Sherly bergetar. Dia berjalan perlahan mendekati Doni.


"Paling tidak..tolong sewakan seorang pengacara untukku..aku mohon, tidak ada seorangpun yang bisa aku mintai tolong.." Sherly memohon.

__ADS_1


Doni semakin tertawa terbahak-bahak.


"Percuma saja, sehebat apapun pengacara yang akan mendampingi kamu, tak akan memperingan hukuman kamu.."


"Aku tidak menyangka kehidupanmu akan berakhir menyedihkan seperti ini.." Ejek Doni.


Sherly menunduk, dia memang sudah menyesali semuanya, dia menangis tersedu-sedu.


-----------


Besok adalah jadwal operasi Caesar yang sudah dijadwalkan oleh Dokter, sedari pagi Fatimah dan Aditya juga dibantu oleh Ayu dan Bik Minah bersiap pergi kerumah sakit, tak ketinggalan Zahra yang sangat antusias menanti kedatangan adik bayinya.


Mereka sampai dirumah sakit, perawat langsung mengantarkan mereka ke sebuah ruangan VVIP yang sudah lama dipesan.


Tak lama Dokter datang memasuki ruangan mereka.


"Selamat pagi Ibu Fatimah, bagaimana perasaannya..pasti senang karena sebentar lagi, akan melihat putra ibu.."


Fatimah mengangguk tersenyum.


"Rileks saja ya Bu..jangan tegang, kami akan melakukan yang terbaik untuk ibu dan bayinya.."


Dokter mengangguk.


"Operasi akan dilakukan besok pagi pukul 10 pagi, sebelum itu kami akan terus mengontrol keadaan ibu dan janin.."


Fatimah dan Aditya mengangguk.


Dokter dan perawat meninggalkan ruangan.


"Jadi kapan bayinya keluar mah..?" Tanya Zahra tidak sabar.


Aditya dan Fatimah tersenyum.


"Sebentar lagi sayang.." Jawab Fatimah sembari mencium kepala putrinya.


"Zahra sudah tidak sabar..?" Tanya Ayu.


"Iya.. kalau sudah keluar Zahra akan mengajak adik bayi ikut ke sekolah.."

__ADS_1


Semuanya tertawa.


Malam hari.


Aditya tidak meninggalkan Fatimah sedetik pun, dia selalu menemani Fatimah dan membantu semua keperluan istrinya, seperti saat ini, dia membantu Fatimah untuk mandi karena istrinya itu merasa sangat kepanasan.


Aditya dengan telaten memandikan istrinya,dengan sesekali menggoda Fatimah dengan menciuminya.


"Hentikan..geli.."


Aditya tak mendengar, dia terus menciumi pundak istrinya dan kemudian menyirami badan Fatimah dengan air.


"Kamu tahu, aku sangat bahagia.."


"Kenapa..?"


"Karena kamu akan memberikan aku seorang anak..aku akan mempunyai dua orang anak, aku sangat bahagia.."


Fatimah tersenyum.


Aditya membantu istrinya mengelap seluruh badannya yang basah, dia juga membantunya memakai baju.


Setelah selesai mereka keluar kamar, dimana Ayu dan Romi sedang menonton televisi bersama Zahra di atas sofa.


Bik Minah rupanya kecapaian, dia tertidur di kasur samping tempat tidur Fatimah.


Hari sudah semakin malam, Fatimah memilih tidur di kasur lantai yang cukup besar bersama bik Minah dan Zahra, sementara Ayu dan Romi yang setia menemani tidur di atas sofa dan Aditya kini dia seperti seorang pasien yang tidur diatas ranjang pasien.


Pagi hari.


Fatimah sudah dipasangi infus dan kateter, dia juga sudah di cek darah dan alergi antibiotik, sekarang dia merasakan perutnya sedikit kelaparan karena perawat memintanya untuk berpuasa.


Aditya terlihat semakin gelisah, sementara Fatimah biasa saja, malah dia terlihat sangat santai dengan senyum yang selalu menghiasi wajahnya.


Sampai akhirnya Fatimah dibawa keruangan operasi, Aditya yang memang ingin menemani istrinya ikut masuk ke dalam ruangan, dia selalu memegang tangan Fatimah, melihat proses demi proses bayinya dilahirkan.


Dan lahirlah ke dunia bayi mereka, seorang bayi laki-laki dengan sehat dan juga sempurna, setelah dibersihkan, bayi itu diserahkan kepada Aditya untuk di adzani, Aditya menerima bayi itu sambil menangis bahagia, dia segera mengadzani bayi kecil itu.


Aditya kemudian menunjukkannya kepada Fatimah, Fatimah yang masih dalam proses operasi mencium anaknya berulang kali.

__ADS_1


"Terima kasih.." Ucap Aditya mencium kening istrinya.


__ADS_2