My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Terpisah Benua


__ADS_3

Sebulan berlalu..


Ayu memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya, dia mengembalikan saham yang telah Aditya berikan kepadanya, dia hanya meminta kepada Aditya untuk memberangkatkan ibu dan bapaknya naik haji, dan menyekolahkan adik adiknya, hanya itu saja. Kini dia hanya akan diam dirumah menunggu siapa saja yang melamarnya dan akan menikah secepatnya, Ayu ingin menghapus ingatan tentang Romi selamanya.


Romi yang frustasi dan pergi ke Jerman, karena Ayu menolaknya mentah-mentah, wajar saja, siapapun akan melakukan hal yang sama, tidak akan ada yang mau menjadi menantu dari orang yang berniat akan membunuhnya.


Walaupun Fatimah sempat sedih dengan kepulangan Ayu dan kejadian yang menimpa sahabatnya itu, akan tetapi Fatimah berusaha untuk menjalani hari-hari seperti biasanya. Dia harus menjaga kehamilannya yang sebentar lagi akan menginjak bulan ke empat.


Aditya semakin memperhatikan kesehatan istrinya dan rutin mengantar Fatimah untuk kontrol ke Dokter. Dia menyuruh asistennya untuk menggantikannya pergi untuk perjalanan bisnis keluar negeri, dia sama sekali tidak mau meninggalkan Fatimah.


Zahra semakin antusias karena melihat perut Fatimah yang sudah kelihatan membesar sedikit, setiap hari sebelum tidur dia akan berebutan dengan Aditya untuk menciumi perut ibunya.


Tengah malam Fatimah terbangun, dia melihat ke arah sampingnya dan melihat Aditya tertidur pulas, Fatimah terbangun karena dirasakannya sangat haus.


Fatimah lupa sebelum tidur tadi dia menyuruh Rini untuk menyimpan air di kamarnya. Dia terpaksa harus pergi ke dapur untuk mengambil air minum.


Fatimah membuka pintu kulkas, menuangkan air dingin dari botol kemudian meminumnya. Rasa haus hilang seketika, akan tetapi tiba-tiba perutnya merasa kram, dia memegang perutnya dan merintih kesakitan.


"Ya Allah kenapa ini.." Rintih Fatimah.


Dia duduk di lantai beberapa saat, mencoba menunggu rasa kram itu hilang, kini dia merasa lebih baik walaupun masih ada sedikit rasa sakit yang tersisa, Fatimah berpikir mungkin dia harus lebih lama duduk di lantai agar rasa sakit itu benar-benar hilang.


Tiba-tiba lampu dapur menyala, dan Aditya dengan tergesa-gesa masuk ke dalamnya, alangkah terkejutnya dia melihat istrinya sedang duduk dilantai sambil meringis kesakitan.


"Astagfirullah..kamu kenapa sayang..?" Tanya Aditya dengan penuh cemas mendekati istrinya.


Fatimah yang merasa kini lebih baik menggelengkan kepalanya dan tersenyum lembut.


"Tadi aku haus..aku minum air dingin dan tiba tiba perutku agak kram, tapi sekarang sudah ga lagi.." Jawab Fatimah.


Fatimah yang meminta Aditya membantunya untuk bangun terkejut karena suaminya malah menggendongnya.


"Lepasin..nanti ada yang lihat.."


"Aku tidak peduli.." Jawab Aditya masih terus menggendong istrinya kembali ke kamar mereka.


"Kamu marah ya.."


"Ya iyalah.."

__ADS_1


"Kenapa..?"


"Kenapa ga bangunin aku..minta aku ambilkan minum.."


Fatimah tersenyum.


"Masa aku tega sih bangunin suami yang lagi nyenyak tidur cuma karena mau minum aza.."


"Bangunin aku walaupun kamu cuma minta digaruk sayang..." Kata Aditya sambil merebahkan tubuh istrinya di atas tempat tidur.


"Masih sakit..?" Tanya Aditya masih cemas.


"Gak.." Jawab Fatimah mengelus pipi suaminya.


"Mungkin tadi bayinya kedinginan karena aku minum air dingin dari kulkas.." Lanjut Fatimah.


"Apa itu tidak apa-apa..?" Tanya Aditya.


Fatimah menggeleng.


"Aku gak tahu..kamu kan yang pengalaman, istri kamu dulu pernah kayak gini ga?"


"Jangan mulai..aku lagi gak mau berantem.." Jawab Aditya.


"Apa aku ngajak berantem ya?"


"Jangan bawa bawa Sherly lagi.." Pinta Aditya memohon.


"Gak tahu kenapa, sekarang kadang aku suka tiba-tiba cemburu kalau ngebayangin kamu dulu sama Sherly gimana.." Ucap Fatimah pelan.


"Itu masa lalu sayang..aku mohon jangan diungkit-ungkit lagi.." Aditya mengusap kepala Fatimah.


"Aku juga heran kenapa aku jadi bisa seperti ini.."


"Mungkin ini bawaan si jabang bayi.." Kata Fatimah sambil mengelus perutnya.


Kepala Aditya mendekati perut istrinya.


"Sayang kasih tahu mama kamu jangan pikir yang aneh aneh, pikirin aza kalau papa sayang kalian berdua.." Ucap Aditya sambil mengelus perut istrinya dan menciuminya.

__ADS_1


"Bentar lagi kita bisa tahu jenis kelaminnya loh.." Ucap Fatimah.


"Aku mau punya anak perempuan minimal 4 atau 5, anak laki-laki satu saja.." Ucap Fatimah.


"Kenapa anak perempuannya banyak sekali.." Tanya Fatimah.


"Kehadiran Zahra mengalihkan duniaku, tak terbayang kalau ada 4 Zahra di rumah ini, aku pasti akan bahagia sekali.."


"Anak laki laki satu saja, dia akan bergantian denganku menjaga kalian semua.." Lanjut Aditya menerawang.


"Entah apa aku sanggup memberimu anak sebanyak itu.." Ucap Fatimah.


Aditya tertawa.


----------


"Kabar hari ini pak..Ada serombongan keluarga yang sepertinya melamar Ayu, dan sepertinya Ayu akan menerima lamaran laki laki itu.."


"Cari tahu tentang lelaki itu.." Jawab Romi di telepon.


Dia menghempaskan badannya ke tempat tidur.


Rasa marah dan cemburu menyeruak dalam hatinya, dia tidak akan membiarkan lelaki manapun menikahi Ayu.


"Pesankan aku tiket pesawat.." Kata Romi menelepon seseorang.


Walaupun dirinya dan Ayu kini sudah terpisah benua akan tetapi tak membuat Romi dengan gampang melupakan Ayu.


Sudah cukup Romi berdiam, kini dia akan bertindak dan mendapatkan Ayu kembali.


----------


Ayu menangis di kamarnya.


"Bagaimana aku bisa menikah dengan lelaki lain kalau hanya Romi yang ada di hatiku.."


"Aku tidak mau menjadi istri durhaka nantinya.."


"Ya Allah apa yang harus hamba lakukan..?"

__ADS_1


__ADS_2