My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Berbuka Puasa..


__ADS_3

Setiap kali akan berangkat kerja, berat rasanya bagi Aditya untuk pergi, dia yang masih ingin bermain main terus dengan Zidane jagoan kecilnya sampai ditelepon oleh sekretaris dan asisten pribadinya memberitahu bahwa rapat sudah akan dimulai dan semua orang sudah menunggunya.


Sebisa mungkin dia akan menyelesaikan pekerjaan secepat mungkin agar bisa cepat kembali kerumah, dia hanya ingin banyak menghabiskan waktunya bersama kedua anaknya.


Kesibukan Fatimah bertambah dengan kehadiran putranya yang kedua, terlebih dia tidak mau memakai jasa baby sitter walaupun Aditya sudah menyuruhnya, dia ingin mengurus sendiri kedua anaknya dan kadang dibantu oleh bik minah. Beruntung Zahra anak yang pintar, dia tahu akan kesibukan ibunya, dia yang akan berumur 6 tahun kini belajar mandiri, berusaha mengerjakan semuanya sendiri seperti mandi dan memakai baju, akan tetapi masih tetap dalam pengawasan ibunya.


Aditya memasuki kamar, dia melihat jam sudah menunjukkan pukul 20.30 hari ini dia pulang telat karena ada rapat dewan direksi.


Aditya yang terlihat sangat lelah seketika kembali bersemangat melihat Zidane dan Zahra yang tidur diatas kasur, dia melihat sekeliling dan tidak melihat Fatimah.


Aditya mencium kedua anaknya satu persatu, rupanya ciumannya membuat baby Zidane terbangun, kali ini dia tidak menangis, malah memberikan senyuman manis kepada Aditya.


Meleleh Aditya melihat putranya tersenyum manis kepadanya, dia hampir saja menggendong Zidane tapi diurungkannya karena dia belum berganti baju dan mencuci tangan.


Tiba tiba seseorang membuka pintu.


Fatimah masuk dan kaget melihat suaminya sudah berada di dalam kamar.


"Oh sudah pulang..?"


Aditya berdiri, dia mengecup kening istrinya.


"Darimana..?"


"Habis shalat di mushalla.."


"Oh.."


Aditya berjalan sambil membuka kemejanya.


"Eh tunggu.." Aditya mengingat sesuatu.


"Ya.."


"Kamu sudah shalat..?"


"Sudah.."


"Dari kapan..?"


"Sudah seminggu.."


"Kamu ya..!!!!"


Aditya kesal, dia menghampiri Fatimah yang akan menggendong Zidane.


Dia memeluk Fatimah.


"Kenapa ga bilang..?"


Fatimah tertawa geli.


"Kamu gak nanya.."


"Aku lupa.."


Fatimah terus tertawa geli, sedangkan Aditya semakin kesal.


"Tunggu ya..malam ini aku akan balas dendam.." Bisik Aditya.


"Aku takut.." jawab Fatimah sambil terus tertawa.

__ADS_1


"Cepat tidurkan Zidane..aku pindahin Zahra dulu ke kamarnya.."


Aditya melepaskan pelukannya.


Fatimah menuruti perintah suaminya, dia segera menidurkan Zidane kembali, sedangkan Zahra sudah dipindahkan ke dalam kamarnya oleh Aditya.


Fatimah ingin menyenangkan suaminya yang sudah lama 'berpuasa' dia memakai lingerie kesukaan Aditya.


Akhirnya malam ini Aditya ' berbuka puasa ' Walaupun kadang harus dijeda dengan iklan, baby Zidane yang terbangun dan menangis.


---------------


Aditya sedang berada di dalam kantornya.


Ponselnya berbunyi.


"Halo nak Aditya ini bibi.." terdengar suara bibi Fatimah menangis di ujung telepon.


"Ada apa bi..?" Tanya Aditya kaget.


"Paman nak..paman di kantor polisi.."


"Ada apa bi..tunggu aku akan kesana sekarang.." Aditya menutup teleponnya, dia meminta asistennya untuk menyiapkan helikopter secepatnya, karena akan membutuhkan waktu lama untuk pergi ke kampung Fatimah menggunakan mobil.


Tidak lupa dia meminta sekretarisnya untuk menelepon tim pengacaranya, meminta mereka segera menyusulnya ke kantor polisi.


Tak beberapa lama, helikopter yang dinaiki Aditya mendarat di salah satu hotel miliknya di kota dekat kampung Fatimah, yang berjarak hanya 15 menit dengan kantor polisi, Aditya yang penasaran segera meminta sopir hotel untuk mengantarkannya.


Bibi menyambut Aditya dengan tangisan sesampainya dia di kantor polisi.


"Ada apa bi.."


Bibi terus saja menangis.


Bibi berusaha mengendalikan tangisnya, dia menghapus air matanya dan berusaha untuk berbicara.


"Paman memukuli orang.."


"Apa..? Kenapa paman melakukan itu..?"


Belum sempat bibi menjawab, Paman yang datang dengan tangan diborgol oleh polisi memanggilnya.


"Kenapa nak Aditya kesini..?" Tanya Paman heran melihat kedatangan Aditya.


"Paman apa yang terjadi, ceritakan semuanya, dengan begitu aku akan membantu paman keluar dari sini.."


Paman menggelengkan kepalanya.


"Cepat pergilah nak..paman tidak membutuhkan bantuanmu..pergilah nak.." Paman memohon.


"Tapi paman..? Apa yang sebenarnya terjadi..?" Aditya semakin heran karena paman tidak seperti biasanya, dia menolak bantuannya.


"Paman mohon, kamu pergilah nak, kamu jangan ikut campur dengan masalah ini.."


"Masalah apa paman..?"


"Bukan masalah penting, yang terpenting sekarang kamu pergi dari sini..paman mohon pergilah.."


"Paman ada apa..?" Aditya semakin heran melihat paman yang memohon kepadanya untuk pergi.


"Pergi sebelum mereka melihatmu..?"

__ADS_1


"Mereka siapa paman..?"


Bibi menghambur memeluk paman.


"Pak..lebih baik Aditya mengetahui semuanya.." Bibi menangis dalam pelukan suaminya.


Aditya semakin terheran-heran.


Dia mendekati paman


"Ada apa paman, ceritakan semuanya kepadaku..?"


Paman melihat Aditya. Dia menggelengkan kepalanya.


"Tidak ada apa apa nak.. sekarang pergilah.."


Belum sempat Aditya menjawab, tiba tiba datang sekelompok orang, di tengah tengah mereka ada seorang pria paruh baya, kira kira berumur 50 tahunan


Aditya mengenali pria itu.


"Pak Handoko.." Ucap Aditya.


Tentu saja Aditya mengenalinya, hampir semua orang mengenalinya, dia adalah salah satu konglomerat negeri ini, mempunyai banyak perusahaan, bahkan dia dan Aditya mempunyai relasi beberapa bisnis, dan dia dan Pak Handoko selama ini berhubungan sangat baik.


"Pak Aditya..?" Tanya Pak Handoko heran melihat rekan bisnisnya juga di kantor polisi.


Paman semakin ketakutan.


"Jangan bilang kamu mengenali paman.." Bisik paman kepada Aditya, membuatnya semakin keheranan.


Pak Handoko dan beberapa orang lainnya menghampiri Aditya dan menyalaminya.


"Ada keperluan apa pak Aditya disini..?"


Aditya melihat kearah paman. Terlihat Paman menggelengkan kepalanya.


"Saya disini karena paman saya.." Jawab Aditya sambil menunjuk kearah paman dengan tegas tanpa ragu ragu.


Terlihat Paman kecewa, dia menunjukkan wajah sedih.


Pak Handoko kaget.


"Apa maksudnya orang itu adalah paman anda..?"


Aditya mengangguk cepat.


"Paman dari istri saya.." Jawab Aditya lagi.


"Apa..?" Jawab Pak Handoko kaget.


Aditya tak kalah kaget dengan reaksi dari pak Handoko.


Tiba tiba seorang wanita datang menghampiri mereka semua.


Aditya mengenalinya juga, dia adalah nyonya Handoko, seorang pengusaha wanita sukses yang bergerak di bidang fashion dan kosmetik.


Wanita itu menghampiri Aditya.


"Kamu suaminya Fatimah..?" Tanya nyonya Handoko kaget sekaligus penasaran.


Dia kemudian melihat paman.

__ADS_1


Paman melihat wanita itu dengan penuh kebencian.


__ADS_2