
__ADS_3
Nadya sampai di kantor Clara,dia dan Nabila masih di dalam mobil di parkiran, entah mengapa dirinya kini ragu ragu untuk masuk dan menanyakannya kepada Clara.
"Bunda..kenapa kita tidak turun..?" Tanya Nabila memecah lamunan Nadya.
Nadya tidak menjawab, dia masih fokus berpikir, apa akan masuk atau tidak untuk menemui Nadya.
"Apa yang akan dipikirkan oleh Clara seandainya tiba tiba aku menanyakan masalah ini kepadanya..?" Tanya dirinya sendiri dalam hati.
Nadya memutuskan akan mengurungkan niatnya, sebelum bertanya kepada Nadya, lebih baik bertanya kepada suaminya terlebih dahulu.
Nadya menyalakan kembali mobilnya, dia memutar arah menuju kantor suaminya.
"Kita akan kemana lagi bunda..?" Tanya Nabila heran.
"Ke kantor Ayah.."
"Asyik.." Teriak Nabila
Nadya tersenyum, dia akan menggunakan Nabila sebagai alasan untuk bertemu dengan suaminya.
Nadya sampai di kantor Kevin, dia berjalan memasuki ruangan suaminya.
"Suami saya ada Mbak..?" Tanya Nadya kepada sekretaris suaminya.
"Ada Bu di dalam.."
"Terima kasih.."
Nadya memasuki ruangan suaminya, hal pertama yang dia lihat suaminya tengah sibuk di meja kerja melihat layar komputernya.
"Ayah.." Teriak Nabila sembari masuk berlari menyerbu Kevin.
Kevin tersenyum, dia membuka tangannya menyambut putrinya yang berlari padanya.
"Tumben kesini..?" Tanya Kevin sembari menciumi putrinya.
"Kami habis dari rumah Fatimah, dan Nadya langsung ingin kesini bertemu denganmu.."
Nadya berbohong, dia menggunakan anaknya sebagai alasan.
Kevin bermain dengan putrinya yang dia dudukan diatas meja.
"Apa kamu sibuk..?" Tanya Nadya yang duduk di depan kursi suaminya.
"Sedikit.." Jawab Kevin sambil terus bercanda dengan Nabila.
"Apa kamu tahu kalau mama sudah mengundurkan diri dari perusahaan..?" Tanya Nadya memulai pembicaraan.
"Iya tahu.." Jawab Kevin acuh.
"Siapa yang akan menjadi penggantinya..?" Nadya terlihat memancing.
Kevin melihat istrinya.
"Pastinya Clara.."
"Kenapa tidak kamu..?"
Kevin tersenyum kecil.
"Pekerjaanku sekarang saja sudah membuatku keteteran, tidak mungkin memimpin satu perusahaan lagi.."
"Tapi.." Nadya terlihat ragu.
"Kenapa..?"
__ADS_1
"Yang aku dengar tadi, mama akan memberikan seluruh saham miliknya kepada Fatimah.."
Kevin kembali tersenyum.
"Fatimah memang pantas mendapatkannya..dia anak kandung mama.."
Nadya kaget dengan jawaban suaminya.
"Kamu dan Clara tidak masalah..?"
"Sudah pastinya tidak, kenapa kami harus keberatan..?"
"Aku pikir yang lebih berhak atas saham mama itu adalah kamu..modal untuk membangun perusahaan itu kan dari ayah.."
Kevin kembali tersenyum.
"Sayang..yang membangun perusahaan itu dari nol sampai sesukses sekarang adalah mama, itu adalah hasil jerih payahnya, maka wajar jika dia akan memberikannya kepada Fatimah.."
"Aku hanya merasa itu tidak adil..lalu kamu mendapatkan apa..?"
"Jangan bilang kamu iri.."
"Tidak iri, aku hanya merasa mama sekarang lebih menyayangi Fatimah daripada kamu dan Clara.."
"Wajar sayang..mama baru menemukan anak kandungnya setelah sekian lama berpisah..aku rasa itu wajar.."
"Iya.. tapi seharusnya kamu mendapatkan sedikit dari saham itu.."
Kevin tertawa kecil.
"Kenapa kamu mempermasalahkan tentang saham itu, asal kamu tahu, saham itu tidak seberapa dibanding saham yang aku miliki di perusahaan papa.."
"Iya aku tahu sayang..tapi dengan mama memberikan semua sahamnya kepada Fatimah seakan hanya Fatimah saja anaknya, dan kamu tidak dianggapnya.."
"Bagiku kehadiran Fatimah tidak berpengaruh banyak, mama tetap menganggap kami adalah anak kandungnya juga, tidak ada yang berbeda.."
"Tapi sayang.."
"Sudah cukup..aku tidak menyukai arah pembicaraan ini, aku tidak suka kita memperdebatkan masalah harta.."
Nadya mengalah, dia terdiam karena dia tahu suaminya sudah marah.
Nadya kesal ternyata suaminya susah untuk dihasut.
-------------
Hari ini Handoko dan Annisa akan berangkat umroh, setelah mengadakan pengajian di rumahnya, maka semua anak-anaknya mengantarkan mereka ke bandara.
Selain Clara dan Kevin, Aditya dan Fatimah juga turut mengantarkan Handoko dan istrinya.
"Mama hati hati disana ya.." Clara memeluk ibunya dan menciumnya.
"Kamu juga sayang, jaga kesehatan disini, jangan telat makan.."
Semuanya berpamitan satu persatu.
Kali ini giliran Fatimah, dia memeluk ibunya.
"Semoga ibadah mama disana lancar.." Ucap Fatimah di pelukan ibunya.
"Amin.. terima kasih sayang.." Annisa mencium kening putrinya.
Semuanya melambaikan tangan ketika Handoko dan istrinya pergi berjalan bersama rombongan umroh yang lainnya memasuki bandara.
"Kamu pulang ikut Clara ya, aku akan langsung ke kantor karena ada meeting.." Perintah Kevin kepada Nadya.
__ADS_1
Nadya mengangguk.
Semuanya meninggalkan bandara dan kembali kerumahnya masing masing.
Nadya dan anaknya, menaiki mobil Clara.
"Kamu pasti sekarang sibuk banget.." Ucap Nadya pada Clara yang menyetir.
"Iya Kak..semenjak mama mengundurkan diri, pekerjaanku semakin bertambah banyak.."
Nadya berpikir mungkin inilah saatnya dia membicarakan masalah saham itu kepada Clara.
"Kakak dengar, saham mama diberikan kepada Fatimah semuanya..?"
"Iya.." Jawab Clara singkat.
"Wah enak ya Fatimah mendapatkan saham sebesar itu.."
Clara tersenyum.
"Saham yang diberikan oleh mamah kepada Fatimah, tidak seberapa dibanding harta milik suaminya, Aditya.." Jawab Clara.
"Dan wajar kalau mama ingin memberikan semuanya untuk Fatimah, dia adalah anak kandung mama.."
"Tapi..apa kamu tidak berpikir bahwa itu sedikit tidak adil..?"
"Maksud Kaka..?"
"Memang benar itu wajar, tapi Kaka rasa mama sedikit pilih kasih.."
"Pilih kasih gimana ka..?"
"Maksud kakak, kakak kamu, kak Kevin tidak mendapatkan saham itu sedikitpun.."
Clara tersenyum kecil.
"Mungkin kak Nadya tidak tahu, tapi saham kak Kevin di beberapa perusahaan milik papa itu sangat banyak, beberapa kali lipat dari saham yang diberikan mama kepada Fatimah.."
"Ya tetap saja Kaka rasa, semenjak ada Fatimah, mama menjadi lebih menyayanginya.."
Clara terdiam.
"Seakan kamu dan Kevin dilupakannya, mungkin karena kamu dan Kevin bukan anak kandungnya.."
Clara terdiam, Nadya tersenyum senang, merasa kalau Clara sudah masuk kedalam hasutannya.
"Kak.." Tiba tiba ucap Clara.
"Kak Nadya adalah seorang ibu, bagaimana mungkin Kaka bisa berpikiran seperti itu..?"
"Apa yang akan Kaka lakukan jika Kaka tiba tiba harus berpisah dengan Nabila, setelah berpuluh tahun kemudian Kaka akhirnya bisa kembali menemukan putri Kaka..apa yang akan Kaka lakukan..?"
Nadya terdiam, rupanya pikirannya salah, Clara sama sekali tidak terhasut.
"Kaka pasti akan melimpahkan semua kasih sayang Kaka kepadanya untuk mengganti waktu kalian yang hilang.."
"Begitu juga dengan mama, aku memaklumi kalau mama begitu sangat menyayangi Fatimah sekarang.."
"Selain karena memang anak kandungnya, mereka juga telah berpisah cukup lama..wajar kalau mama terlihat mencurahkan seluruh kasih sayangnya kepada Fatimah saat ini.."
"Dan sebenarnya aku dan kak Kevin masih sangat beruntung, mama bahkan masih menyayangi kami, sedikitpun tidak berubah.."
"Dan.. jangankan saham mama, kalau seandainya mama meminta bagianku untuk diberikan kepada Fatimah, aku akan dengan senang hati memberikannya.."
"Sebanyak apapun aku memberikan semua hartaku kepada Fatimah, tidak akan mengganti kasih sayang seorang ibu yang telah aku ambil darinya selama berpuluh tahun lamanya.."
__ADS_1
__ADS_2