My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Putusan Sidang..


__ADS_3

Akhirnya apa yang ditakutkan Aditya dan Fatimah terjadi..Hakim memutuskan hak asuh Zahra berpindah ke tangan ibu kandungnya, Sherly.


Dengan banyak pertimbangan diantaranya, hak asuh anak dibawah usia 12 tahun dipegang oleh sang ibu, dan Zahra juga terlihat sudah merasa nyaman dan akrab dengan Sherly lewat bukti bukti foto pada saat dia mengajak Zahra jalan jalan yang diberikannya kepada hakim.


Tanpa pikir panjang Aditya mengajukan banding, segala upaya akan ditempuh untuk tetap mempertahankan Zahra disisinya.


Tentu sudah dapat dibayangkan reaksi Fatimah dan tentu saja nenek yang sangat terpukul, walaupun beberapa kali Aditya mencoba menenangkan mereka dengan berkata ini belum berakhir, masa ada tingkat banding, kalau perlu kasasi akan Aditya lakukan.


Kesehatan nenek semakin menurun, sudah pasti dikarenakan hasil sidang, Fatimah terus merawat nenek ditengah kekacauan hatinya. Sementara Aditya sibuk menyusun strategi dengan tim pengacara di kantornya.


Akhir akhir ini Zahra merasa bingung dengan semua orang yang terlihat sedikit murung walaupun selalu berusaha tersenyum ketika di dekatnya.


Apalagi Zahra sering melihat Fatimah menangis diam diam, Ayahnya yang selalu sibuk bekerja dan nenek yang selalu sakit terus.


Tadi di sekolah, salah satu teman sekolahnya bahkan pernah berkata bahwa Zahra mempunyai ibu dua, tentu saja hal itu membuatku heran.


Lagi lagi Aditya memergoki Fatimah menangis, tentu saja karena keputusan sidang kemarin, Aditya tidak bisa melakukan banyak hal kecuali memeluknya.


"Bagaimana kalau Sherly mengambil Zahra sekarang.." Tanya Fatimah dalam pelukan Aditya.


"Tidak secepat itu.."


Hanya itu yang Aditya jawab, karena sebenarnya dia pun takut Sherly akan mengambil Zahra segera.


"Apa yang harus kita lakukan..?" Tanya Fatimah semakin tenggelam dalam tangisnya.


"Aku juga tidak tahan melihat nenek, yang menahan kesedihan di usianya yang sudah tua dan kesehatannya semakin menurun.."


Aditya hanya bisa terdiam, karena tidak tahu harus berkata apa.


Sherly datang..


Sherly berjalan ke ruang tamu, Ada Aditya dan Fatimah yang sudah berdiri menyambutnya.

__ADS_1


Sherly tertawa melihat mereka.


"Mana anakku.." Tanya Sherly dengan angkuh, menyilangkan kedua tangan di dadanya.


"Kamu tidak bisa mengambilnya, kita tetap harus menunggu keputusan sidang banding.." Kata Aditya dengan emosi yang ditahan.


Sontak Sherly tertawa terbahak-bahak.


"Mau nanti atau sekarang sama saja..toh aku lagi yang akan menang.."


Fatimah semakin erat menggenggam Aditya, dia mencoba menahan tangis, mengingat kalau Sherly hendak membawa Zahra sekarang.


Melihat itu Sherly tertawa lagi.


"Oh iya..ada satu cara agar kalian bisa tetap bersama Zahra.." ucap Sherly.


Sontak Fatimah menjawab.


Melihat ke antusiasan Fatimah, Sherly tertawa.


"Yakin kamu mau dengar..?" Jawab Sherly sambil menghampiri Fatimah.


"Suruh Aditya menikahi aku dan kamu bercerai lah dengannya, kembalilah ke posisimu sebagai pengasuh Zahra" Jawab Sherly sambil melihat tajam ke mata Fatimah.


Mata Fatimah dan Aditya terbelalak.


"Mimpi kamu Sherly aku tak akan pernah menikah denganmu lagi..dan aku tak akan pernah menceraikan Fatimah.." Jawab Aditya dengan emosi.


"Kami akan memikirkannya.." Jawab Fatimah tiba tiba, membuat Aditya uang berdiri di sampingnya kaget.


"Apa maksudmu..?"Tanya Aditya setengah marah kepada Fatimah.


Sherly tertawa sangat puas

__ADS_1


"Kalian hubungi aku ya, aku beri waktu 3 hari, kalau kalian menolak, siapkan baju baju Zahra, aku akan membawa Zahra pindah kerumah secepatnya.." Kata Sherly sambil berlalu pergi.


Fatimah setengah berlari kearah kamarnya diikuti Aditya yang setengah marah.


"Apa maksudmu..?" Kata Aditya sesampainya mereka di dalam kamar.


"Sepertinya itu jalan satu-satunya agar kita tidak bisa berpisah dengan Zahra.." Jawab Fatimah menahan tangis.


"Kamu tidak berpikir sehat..Aku tak akan pernah menikahi Sherly, terlebih aku tidak akan menceraikan mu.."


"Kamu lihat sekarang kondisi nenek semakin buruk, apalagi kalau Zahra sudah pergi meninggalkan rumah ini, kita harus memikirkan hal itu.." Ucap Fatimah.


"Kita harus melakukan apapun..apapun.." Ucapnya lagi kepada Aditya yang melihat tajam ke arahnya.


"Kita harus berkorban..demi Zahra dan nenek.." lanjut Fatimah mencoba memegang tangan Aditya.


"Masih banyak cara lain..aku tidak akan pernah menceraikanmu..itu gila" Jawab Aditya sambil pergi meninggalkan Fatimah dengan marah.


Fatimah terduduk di tempat tidur dan menangis hebat.


Tiba tiba ada seseorang membuka pintu, Zahra masuk perlahan dan menghampiri Fatimah yang sedang menangis.


Fatimah kaget melihat Zahra yang menghampirinya, segera dia menghapus air mata di pipinya


"Mama..jangan menangis terus.." Ucap Zahra sambil mengusap sisa sir mata di pipi ibunya.


Fatimah memeluk Zahra dengan erat.


"Mamah sayang Zahra..sayang sekali.." Ucap Fatimah dengan lelehan air mata di pipinya.


"Ara juga sayang mamah..sayang sekali.." Jawab Zahra.


Sementara Aditya mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat, hatinya sangat marah memikirkan syarat yang diajukan Sherly tadi, bagaimana mungkin dia menceraikan Fatimah wanita yang sangat dicintainya.

__ADS_1


__ADS_2