
__ADS_3
"Kamu mau kemana sayang.." Tanya Aditya melihat istrinya yang sudah berdandan rapi pagi pagi.
"Sekolah Zahra.." Jawab Fatimah sambil terus berdandan.
"Sayaaaaang..." Jawab Aditya sambil menghela napas.
"Apa..?" Jawab Fatimah masih tetap berdandan.
"Aku gak ngasih izin loh ya.." Kali ini Aditya sedikit marah.
Fatimah melihat suaminya dengan lembut, kemudian menghampiri Aditya yang tengah memakai dasi.
Fatimah memeluk suaminya dari belakang.
"Boleh ya sayang..." Bujuk Fatimah.
"Tidak..."
"Aku masih khawatir sama Zahra, nanti dia diganggu lagi sama anak itu.."
"Ada Dewi dan Erik yang akan menjaganya.."
"Aku mohon sekali ini saja.."
"Tidak..kamu harus pikirkan juga kehamilan kamu.."
"Aku baik baik saja kok..lagian disana juga aku diam.."
"Aku bilang tidak.."
Fatimah melepaskan pelukannya. Kali ini dia marah kepada suaminya dan pergi meninggalkan Aditya.
Walaupun istrinya akan marah kepadanya, Aditya berpikir itu lebih baik daripada Fatimah pergi ke sekolah Zahra, Aditya tidak ingin kejadian kemarin dimana Fatimah mengalami flek terulang kembali.
"Dewi..kali ini saya minta kamu awasin terus Zahra, saya tidak ingin kejadian seperti kemarin terulang kembali.." Kata Fatimah kepada Dewi sembari mengantar Zahra naik ke mobil.
Dewi mengangguk dan memastikan dia akan terus mengawasi nona Zahra.
Rupanya memang Fatimah merajuk kepada Aditya, dia tidak berkata apa-apa ketika suaminya pamit pergi bekerja kepadanya.
"Aku pergi dulu ya sayang.." Ucap Aditya sambil mencium kening istrinya.
Fatimah hanya mengangguk.
"Jangan marah terus..aku sayang kamu.." Bisiknya lagi.
Fatimah tetap terdiam.
Siang hari.
Rini menghampiri Fatimah yang baru selesai melaksanakan shalat Dzuhur
"Nyonya..ada tamu.."
Fatimah bertanya siapa, akan tetapi Rini menjawab tidak tahu, Fatimah keluar dari kamar dan berjalan ke arah ruang tamu, disana dia melihat seorang ibu dan bapak yang sepertinya sepasang suami istri.
Setelah mengucapkan salam dan bersalaman, Fatimah mempersilahkan keduanya untuk duduk.
"Langsung ke intinya saja..kami adalah kedua orang tua dari Cindy.."
Fatimah kaget.
"Tujuan kami kesini adalah ingin memberitahu Anda bahwa Aditya dan Cindy sudah dijodohkan dari kecil.."
"Kami dan kedua orangtua Aditya sudah menjodohkan mereka berdua sejak kecil.."
"Tapi Allah berkehendak lain, kedua orangtua Aditya terlebih dahulu berpulang.."
__ADS_1
"Akan tetapi kami ingin terus melanjutkan perjodohan ini.."
"Kami tetap ingin Cindy dan Aditya menikah, terlepas bahwa Aditya sudah memiliki istri.."
"Kami dan Cindy tidak mempersalahkan itu.."
Fatimah terdiam mendengar penjelasan panjang lebar dari mereka.
"Kenapa anda berbicara kepada saya..?" Tanya Fatimah.
"Seharusnya anda berbicara langsung kepada suami saya.." Lanjutnya
"Mereka sudah berbicara kepada aku sayang.." Jawab Aditya tiba tiba.
Tanpa mereka sadari, ternyata Aditya yang baru sampai mendengar semua percakapan mereka.
"Mereka sudah bicara, dan aku sudah menolaknya mentah-mentah.." Lanjut Aditya sedikit emosi.
"Kenapa om dan Tante melakukan ini kepada saya dan istri saya..?"
"Saya sudah memberitahu kalian bahwa saya tidak mungkin menikah dengan Cindy.."
"Saya sangat mencintai istri saya.."
"Dan saya sekarang sangat membenci Cindy karena perbuatannya kemarin yang hampir merusak keluarga saya.."
Kedua orangtua Cindy bangun dari duduknya.
"Aditya..kami hanya ingin melaksanakan wasiat terakhir dari orang tua kamu yang ingin menikahkan kamu dan Cindy.."
Aditya tertawa.
"Maaf saya tidak pernah mendengar Almarhum papa dan mama menjodohkan saya dan Cindy.."
"Kedua orang tua saya bukan orang kuno yang akan menjodohkanku anaknya.."
Terlihat ibu Cindy menangis.
"Kamu bukan Aditya yang kami kenal dulu.."
"Kamu sudah melupakan kami dan Cindy.."
"Padahal kami sudah seperti orang tua buatmu.."
Aditya menggelengkan kepalanya.
"Iya.. sebenarnya saya sudah menganggap kalian seperti orang tua saya sendiri.."
"Oleh karena itu saya juga menganggap Cindy seperti adik saya sendiri.."
"Tapi semua berubah karena semua perbuatan Cindy kepada saya dan keluarga saya.."
"Dan saya kecewa kalian berani mendatangi istri saya dan membicarakan masalah perjodohan dengannya..?"
"Apa kalian tidak memperdulikan bagaimana perasaan istri saya, apalagi sedang hamil seperti ini..?" Tanya Aditya sambil menunjuk Fatimah.
"Kami tidak akan memperdulikan orang lain, kami hanya ingin anak kami bahagia.." Jawab Ibu Cindy.
"Cindy sangat mencintaimu..kami mohon padamu nikahi dia.." Lanjut Ibu Cindy sambil menangis terisak.
"Asal kamu tahu, sekarang Cindy sakit dan terus memanggil manggil kamu.."
"Tolong lupakan sebentar segala perbuatannya kepada kamu dan istrimu.."
"Tante mohon.." Ibu Cindy menangis terisak.
"Nikahi Cindy.."
__ADS_1
"Maaf..saya juga tidak akan memperdulikan Cindy yang sekarang orang lain buat saya..saya tidak peduli, dan saya tidak mungkin akan menikahinya.."
Mendengar jawaban Aditya, ayah Cindy marah.
"Kamu benar-benar sudah berubah Aditya.."
"Apa kamu lupa, kalau bukan karena bantuan saya kepada ayahmu dulu saat dia mulai merintis usaha, kamu tidak akan sesukses ini sekarang.."
"Saya tidak akan lupa om..saya berterimakasih untuk itu, kalau om mau, saya akan memberikan perusahan saya untuk om, asal om tidak mengganggu saya dan keluarga saya.."
"Bukan harta kamu yang saya mau..saya hanya cukup membalas budi dengan menikahi anak saya.."
"Maaf saya tidak bisa..saya lebih baik kehilangan semuanya, daripada kehilangan istri saya.."
"Kamu benar-benar sudah keterlaluan Aditya.."
Mereka pergi meninggalkan Aditya dan Fatimah dengan sangat marah.
Aditya menghampiri istrinya dan memeluknya.
"Kamu tidak apa-apa sayang.."
Fatimah menggeleng.
------------
Romi menghampiri Ayu yang sedang terbaring di tempat tidur.
"Beb.." Panggil Romi ragu ragu.
"Hmm.." Jawab Ayu tanpa menoleh suaminya.
"Kamu tidak apa-apa.."
"Kepalaku pusing, mual dan mau muntah terus.."
"Apa karena aku..?"
Ayu tersenyum menoleh kearah Romi yang berdiri di depannya.
"Kamu pakai parfum..?"
Romi segera menggeleng.
"Aku gak pakai apa apa sayang.."
"Kalau begitu..peluk aku.." Jawab Ayu sambil mengangkat kedua tangannya.
Romi senang luar biasa mendengar Ayu meminta dia memeluknya setelah penolakannya beberapa hari ini.
"Kamu boleh ngidam apa aza sayang.."
"Asal jangan ngidam benci sama aku.."
"Apalagi gak mau aku peluk dan aku cium.."
"Tersiksa banget rasanya ga bisa dekat sama kamu.." Ucap Romi sembari memeluk istrinya erat.
Ayu tersenyum.
"Kak.."
"Ya.."
"Ayu pengen makan masakan ibu dikampung.."
Romi menepuk keningnya.
__ADS_1
__ADS_2