
__ADS_3
"Aditya benar..ada alasan jelas kenapa Fatimah melakukan itu.." Tiba tiba Clara datang dengan wajah yang berseri-seri.
"Dan aku tahu kenapa Fatimah melakukannya.." Lanjut Clara.
Semua melihat kedatangan Clara.
"Apa maksudmu Clara..?" Tanya Handoko penasaran.
Clara mempersilahkan seseorang masuk ke dalam.
Terlihat seorang wanita masuk dengan perlahan, Fatimah dan Nadya memperhatikan wanita itu.
Ibu Guru Lisa.
Nadya kaget, dia adalah guru sekolah Zahra dan Nadya, dan sialnya Ibu guru itu mengetahui semua yang terjadi.
"Siapa dia.?" Tanya ayahnya.
"Dia adalah guru sekolah Nadya dan Zahra dan yang paling penting, dia adalah saksi kunci masalah ini.."
"Baiklah ibu..sekarang tolong jelaskan kepada kita semua, apa yang sebenarnya terjadi.." Ucap Clara dengan wajah berseri-seri.
Nadya dan Linda saling memandang.
"Tunggu.. bagaimana kalau sebenarnya dia adalah suruhan Fatimah, bagaimana kalau Fatimah sudah membayarnya untuk membela diri.." Ucap Linda dengan terbata bata.
"Kita jangan mempercayai omongannya.."
Semuanya melihat Linda dengan heran.
Clara tertawa.
"Aneh..padahal dia belum berbicara apapun, tapi sepertinya anda sudah ketakutan.."
Nadya dan Linda gelagapan.
"Biarkan dia berbicara terlebih dahulu.." Ucap Handoko.
"Silahkan Bu.."
"Saya tidak akan mengatakan apapun, dan hanya ingin menyerahkan rekaman CCTV ini.."
"Ini adalah rekaman CCTV di dalam dan diluar kelas Zahra.."
Lisa menyerahkan sebuah CD, dengan cekatan asisten Handoko mengambilnya dan segera memutar CD itu.
Terlihat Zahra dan Nabila tengah bermain bersama di jam istirahat, tanpa sengaja Zahra merusak gantungan tas milik Nabila sehingga membuat Nabila menangis, tak lama Nadya datang dan marah melihat Nabila menangis dan dia memarahi Zahra habis habisan.
"Dasar anak nakal, ibu dan anak sama saja, kenapa kamu tidak pergi saja ke penjara dengan ibu kandungmu..!!!" Marah Nadya yang terdengar jelas dan lantang kepada Zahra.
Semua orang kaget. Terlebih Aditya dan Annisa.
Annisa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, dia menangis membayangkan Zahra telah diperlakukan buruk oleh Nadya.
Dia kini mengerti kenapa Fatimah sampai harus menampar Nadya, karena diapun akan melakukan hal yang sama kalau ada di posisinya, atau bahkan lebih.
Dia menyesal karena hampir mempercayai Nadya, dan meragukan Fatimah, putrinya.
Sedangkan Aditya terlihat sangat marah, dia menunduk menahan amarahnya, mengepalkan kedua tangannya, Fatimah mengetahui kemarahan suaminya, dia memegang tangan Aditya.
Aditya semakin marah ketika melihat Zahra putrinya menangis karena ucapan Nadya.
Dan Kevin.
Dia melihat Nadya dengan sangat marah, matanya merah menahan amarah, Nadya ketakutan, dia menunduk memegang tangan ibunya.
"Masih ada lagi..." Ucap Clara tiba tiba.
Mereka melihat satu video lagi, kali ini video lengkap ketika Fatimah baru saja turun dari mobil dan Nadya menghampirinya.
"*Apa lagi yang akan kamu ambil dariku..?" Tanya Nadya dengan marah.
"Apa maksudmu..?"
__ADS_1
"Setelah kamu rebut kasih sayang kedua mertuaku kepadaku dan kepada anakku, kamu ambil juga harta mereka sekarang kamu juga berhasil mengadu domba aku dan adik ipar ku.."
"Aku tidak mengerti apa maksudmu.." Jawab Fatimah.
"Jangan pura pura polos, aku tidak mempan kamu bodohi.."
"Hati hati dengan omonganmu Nadya.."
"Kamu mau apa..?" Tanya Nadya*.
Semua orang melihat Nadya. Kini semuanya semakin mengerti bahwa Nadya mencoba untuk memfitnah Fatimah.
Nadya dan ibunya semakin ketakutan dan salah tingkah.
Sedangkan Handoko, tentu saja dia marah, namun dia berusaha untuk mengendalikannya, dia berdiri menghampiri Lisa.
"Terima kasih sudah mau datang dan menjernihkan permasalahan di keluarga kami.." Handoko menyalami Lisa.
"Senang bisa membantu.." Jawab Lisa.
"Terima kasih.." Clara juga menyalami Lisa.
Lisa pergi meninggalkan ruang keluarga, Handoko meminta asistennya untuk mengantarkannya pulang.
Handoko berdiri dihadapan semuanya.
"Nadya..apa yang akan kamu katakan sekarang..?"
Nadya masih diam dan menunduk.
"Ibu Linda..?" Tanya Handoko lagi.
"Papa..Tante Linda juga melakukan hal yang sama kepada Zahra pada saat di pesta tadi malam.." Ucap Clara.
"Aku melihatnya langsung.."
Semua orang semakin kaget
Kevin berdiri.
"Apa yang sudah Fatimah dan Zahra lakukan kepada kalian, sehingga kalian begitu membenci mereka berdua..?" Tanya Kevin marah.
Nadya diam tidak bisa menjawab.
"Menurutku mereka hanya salah paham.." Fatimah kini bersuara.
"Mereka hanya marah karena kehadiranku dan Zahra dianggapnya sudah mengambil perhatian mama dan papa.."
"Dan masalah saham mama, mereka marah karena mama memberikannya kepadaku.." Lanjut Fatimah.
"Apa..?" Tanya Kevin tak percaya.
Annisa dan Handoko kaget dan tak percaya dengan ucapan Fatimah.
"Benar begitu..?" Tanya Annisa kepada Nadya.
Nadya diam.
"Memang benar.." Jawab Linda dengan tegas, entah darimana datangnya, kini dia mempunyai keberanian untuk menjawabnya.
"Putri saya merasa sudah diasingkan oleh keluarga ini karena kehadiran Fatimah dan Zahra.." Lanjut Linda.
"Kalian memang sudah berlaku tidak adil kepadanya.."
"Diasingkan..?" Tanya Kevin heran.
"Perlakuan yang mana yang tidak adil..?" Bentak Kevin kepada Nadya.
Linda kembali diam karena ketakutan.
"Aku benar-benar kecewa kepada kalian berdua, kalian telah membuatku malu dihadapan keluargaku sendiri.."
"Dan kamu Nadya.."
__ADS_1
"Aku tidak menyangka ini darimu.."
"Dihatimu dipenuhi dengan iri hati dan dengki.."
"Diasingkan..baiklah kalau begitu, kami akan benar benar mengasingkan kamu sekarang.."
"Aku tidak mau lagi hidup denganmu.." Lanjut Kevin dengan sangat marah.
"Kevin.." Annisa kaget mendengar ucapan putranya.
"Mama mohon jangan membuat keputusan disaat marah.."
"Tapi ma..Nadya benar benar sudah keterlaluan.."
"Mama tahu sayang.."
"Aku malu mempunyai istri seperti dia.."
Nadya menangis mendengar perkataan suaminya.
Aditya berdiri. Kali ini dia merasa sudah seharusnya dia berbicara.
"Kalau saja orang yang mengatakan hal seburuk itu kepada Zahra anakku adalah seorang pria, aku pasti sudah menghajarnya habis habisan.."
"Untung saja dia adalah wanita, dan untung juga dia adalah menantu keluarga ini, sebab kalau bukan aku pasti sudah membuat perhitungan dengannya.."
Handoko menganggukkan kepalanya.
"Saya harap tamparan Fatimah tadi sudah cukup membuatnya jera.." Lanjut Aditya.
Semuanya terdiam.
"Sayang..mari kita pulang.." Aditya mengulurkan tangannya kepada Fatimah.
Fatimah berdiri, memegang tangan Aditya.
"Maafkan aku.." Kevin menghampiri Aditya.
"Maafkan semua perbuatan istriku.."
Aditya mengangguk.
"Fatimah..maafkan Kaka.." Kevin juga menghampiri Fatimah.
"Iya kak.."
Annisa juga menghampiri putrinya.
"Maafkan mama juga sayang.." Annisa memeluk erat Fatimah.
Fatimah mengangguk.
"Maafkan mama tidak mempercayaimu.." Bisik Annisa sembari menangis.
Handoko memeluk Aditya.
"Papa harap kamu memaafkan kami semua.."
Aditya pergi meninggalkan rumah Handoko bersama Fatimah.
"Maafkan aku..aku bersalah.." Nadya bersujud di depan suaminya.
"Bukan padaku kamu bersalah, tapi pada Aditya dan Fatimah.."
"Kenapa kamu tidak meminta maaf kepada mereka barusan..?"
Nadya terdiam.
"Jujur saja, sekarang aku benar-benar sudah membencimu..pulanglah dulu kerumah ibumu.."
"Maafkan aku..aku mohon.." Nadya menangis histeris.
Kevin pergi meninggalkan ruangan itu dengan sangat marah.
__ADS_1
__ADS_2