
__ADS_3
Sepanjang pulang dari rumah Ayu, Fatimah terus berpikir tentang wanita yang ibunya tanyakan kepada ibu Siti.
"Ma..siapa wanita itu..?"
"Wanita mana sayang..?"
"Wanita yang mamah tanyakan kepada Ibu Siti, wanita selingkuhan Ayah.."
Annisa terdiam.
"Mama juga tidak tahu, mamah hanya sekali bertemu dengannya, ketika dia datang kerumah dan mengatakan bahwa dia sedang mengandung anak dari ayahmu.."
Fatimah membayangkan situasi pada saat itu, membayangkan bagaimana perasaan sang ibu ketika ada seorang wanita yang datang dan mengatakan dia sedang mengandung anak dari suaminya, Fatimah tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi padanya.
"Mama tidak mengenalnya, nama wanita itu saja mama tidak tahu.."
Fatimah memegang tangan ibunya.
"Semoga Allah mengganti semua rasa sakit dan kesedihan mama dulu dengan kebahagian.."
"Aamiin.. terimakasih sayang.."
"Tapi sayang.."
"Ya.."
"Itu berarti kamu mempunyai seorang adik satu bapak.."
Fatimah terdiam.
"Iya ma aku tahu.."
"Adik kamu tidak bersalah apa apa.."
Fatimah mengangguk.
"Seandainya dia datang mencari kamu, mama harap kamu menerimanya..."
Fatimah terdiam.
"Mama sudah memaafkan ayahmu, begitu juga dengan wanita itu..mama harap kamu juga demikian.."
"Kalau mama sendiri yang telah mengalami semuanya telah memaafkan ayah dan wanita itu, tentu aku juga akan melakukannya.."
Annisa mengangguk.
"Dan ingat pesan mama sayang, terima jika seandainya ada yang mencarimu dan mengaku sebagai adikmu.."
"Selain karena anak itu tidak mempunyai salah..saudara satu ayah sangat kuat..dia saudara satu darah denganmu satu satunya.."
Fatimah mengangguk. Dia akan menuruti perintah ibunya.
--------------
"Sayang..bangun sudah siang nak.." Annisa membangunkan Clara yang masih nyenyak tidur.
Annisa membuka gorden kamar putrinya, seketika cahaya matahari pagi masuk menyinari seluruh kamar.
"Sayang..bangun.." Annisa menghampiri Clara dan menggoyangkan perlahan tubuh putrinya.
Clara terbangun, menggeliatkan tubuhnya dan memberikan senyuman manis kepada ibunya.
Clara menghambur ke pelukan ibunya yang duduk di tepi tempat tidur.
"Bangun sayang..nanti kesiangan ke kantor.."
Clara hanya mengangguk kecil, dia memeluk ibunya erat.
"Kamu pasti capek.." Ucap Annisa sambil mengusap lembut rambut anaknya.
Clara menggelengkan kepalanya.
"Maafkan mama..mama melimpahkan semua beban pekerjaan kepada kamu.."
__ADS_1
Clara bangun, dia melihat wajah ibunya, yang kini selalu tampak lebih cantik dengan hijabnya.
"Tidak apa-apa ma..Malah aku senang, sekarang mama mempunyai banyak waktu bersama papa dan anak anak mama.."
Annisa tersenyum terharu.
"Kamu memang anak yang baik,kamu tahu mama bangga mempunyai anak sepertimu.."
Clara tersenyum.
Tiba tiba seseorang memasuki kamar.
Kevin tersenyum melihat Annisa yang rupanya memang benar ada di dalam kamar adiknya.
"Aku mencari mama kemana mana.." Kevin menghampiri ibunya.
"Sayang..tumben pagi sekali kamu sudah kesini..?" Tanya Annisa heran melihat putranya sudah datang pagi pagi kerumahnya.
"Sudah seminggu kita tidak bertemu, aku merindukan mama.."
Annisa tersenyum, dia memeluk Kevin dengan erat.
"Mama juga merindukan kamu.."
"Kamu tahu, mama pikir karena kesibukanmu kamu sudah melupakan mama.."
"Mama salah..tidak bertemu lama dengan mama, membuat serasa ada yang hilang.."
Annisa mengusap pundak Kevin.
"Kak Kevin payah, kangennya cuma sama mama saja, padahal sama aku saja udah lama ga ketemu tapi ga pernah kangen.." Ucap Clara terlihat kesal.
Kevin melihat adiknya.
"Kakak juga kangen sama adik kakak yang cantik ini.." Kevin mencubit pelan pipi Clara.
Clara mengaduh kesakitan.
"Kami tunggu di meja makan.."
Annisa mengajak Kevin keluar kamar.
Rupanya Handoko sudah duduk di meja makan, dia terlihat menunggu semua orang.
Annisa dan Kevin duduk.
"Kamu pasti belum sarapan.."
"Mama benar, aku sengaja pagi sekali kesini ingin sarapan bersama kalian.."
"Aku kangen mau disuapi mama.."
Annisa tersenyum, sedangkan Handoko beberapa kali menggelengkan kepalanya kemudian tersenyum kecil, dia tahu kebiasaan istrinya yang masih menyuapi Kevin dan Clara bahkan ketika keduanya sudah kuliah sampai sekarangpun dia selalu memanjakan kedua anaknya.
Dan Kevin makan dengan disuapi oleh Annisa.
"Oh ya bagaimana kabar Fatimah mah..?"
"Baik nak..tiga hari yang lalu mama berkunjung ke rumahnya.."
"Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengannya, bagaimana kalau nanti malam kita makan malam bersama..?"
"Ide bagus.." Handoko menjawab.
"Baiklah..nanti mama akan memberitahunya.."
"Tempatnya mama saja yang tentukan.."
Annisa mengangguk senang.
------------
Fatimah dan Aditya serta kedua anaknya telah sampai di salah satu restoran bintang lima, dimana Annisa dan seluruh keluarganya sudah menunggu.
__ADS_1
Mereka menyambut kedatangan Fatimah sekeluarga.
Semuanya terlihat bahagia, Zahra tertawa cekikikan ketika Handoko menciumi dan memeluknya.
Nadya merasa kesal melihat keakraban Ayah mertuanya dengan Zahra, seharusnya hanya Nabila yang diperlakukan seperti itu, secara dia adalah cucu kandung Handoko berbeda dengan Zahra.
"Kami ada satu pengumuman penting.." Handoko meminta perhatian semua orang.
Semua orang terdiam dan memperhatikan.
"Kami akan secara resmi menjadikan Fatimah sebagai anak kami.."
Semua orang masih terdiam tidak mengerti.
"Maksud papa kalian adalah dia akan mencatatkan Fatimah sebagai anak mama dan papa secara resmi di pengadilan.."
"Fatimah akan resmi menjadi anggota keluarga Handoko.."
Semuanya kaget, akan tetapi semuanya kemudian tersenyum senang, kecuali Nadya.
"Mama harap Clara dan Kevin tidak keberatan.."
"Tentu saja tidak ma..kami malah senang.." Jawab Kevin.
"Iya..itu ide yang bagus, dengan begitu Fatimah akan resmi menjadi saudaraku.." Ucap Clara juga tak kalah senang.
"Bagaimana sayang..?" Tanya Annisa kepada Fatimah.
Fatimah terdiam menahan tangis.
Dia mengingat dulu ketika masih SD, dia terheran melihat akta kelahirannya yang hanya menuliskan nama kakek dan almarhum nenek sebagai nama ayah dan ibunya.
Juga ketika dia melihat kartu keluarga, hanya ada nama kakek dan namanya, berbeda dengan semua teman temannya.
Dia sangat ingin mempunyai seorang ibu dan ayah seperti orang lain.
Fatimah juga sangat ingin mempunyai saudara.
Pada saat itu hidupnya terasa sangat kesepian, tidak ada kasih sayang orang tua maupun saudara.
Hanya ada sang kakek yang selalu berusaha memberikan kasih sayang secara penuh.
Fatimah mengingat almarhum kakeknya, tak terasa air mata mengalir di pipinya
Aditya melihat kesedihan pada diri Fatimah, istrinya.
Dia memegang tangan istrinya.
"Sayang..kamu tidak apa-apa..?"
Fatimah menganggukkan kepalanya. Tapi air mata terus mengalir walaupun dia telah berusaha menahannya.
Annisa melihat Fatimah menangis. Dia menghampiri putrinya.
"Maafkan mama sayang.." Dia memeluk Fatimah dengan erat dan ikut menangis.
"Kamu telah melewati banyak kesedihan dan penderitaan, semuanya karena mama..."
Fatimah menggeleng.
Semua orang ikut terharu.
"Maafkan aku..aku sudah merusak suasana, seharusnya malam ini kita berbahagia.." Ucap Fatimah dalam pelukan ibunya.
Clara ikut menangis, dia merasakan kesedihan yang dialami oleh Fatimah.
Dia mendekatkan diri pada Fatimah dan ibunya.
Clara memeluk keduanya.
"Lupakan semua kesedihan kamu di masa lalu, mulai saat ini kamu harus bahagia.." Ucap Clara memberikan semangat.
"Terima kasih, aku pasti bahagia, karena ada kalian sekarang.." Jawab Fatimah menghapus air matanya.
__ADS_1
__ADS_2