
__ADS_3
"Dari semenjak kita datang ke sekolah, perasaan saya sudah tidak enak, saya melihat beberapa orang sudah memantau kami dari kejauhan, dan mereka bukan orang yang biasanya yang membuntuti kami, saya sudah berusaha untuk tetap waspada, akan tetapi saya tidak menyangka mereka membawa senjata api dan menembak saya pak..maafkan saya pak, saya sudah berusaha semampu saya.." Jelas Dewi panjang lebar kepada Aditya dan Romi ketika mereka menjenguk Dewi di rumah sakit.
"Saya sudah menjelaskan semuanya kepada polisi, dari plat nomor kendaraan dan ciri ciri orang yang menculik nona Zahra, yang kurang lebih ada 5 orang...Semoga itu, sedikit banyaknya bisa membantu" Lanjut Dewi.
Aditya mengangguk.
Dia dan Romi kemudian meninggalkan Dewi yang harus kembali beristirahat.
"Apa yang harus kita lakukan sekarang, ini sudah hampir 12 jam mereka diculik, dan kita belum mendapatkan petunjuk apapun.." Ucap Aditya putus asa.
"Gue sedang menunggu kabar dari seseorang, dia bergelut di dunia hitam, beberapa kawannya adalah gangster, mungkin dia bisa membantu kita.." Jawab Romi yang tak kalah kalut.
Aditya mengangguk, dia melihat jam tangannya.
"Gue gak sanggup pulang kerumah dan melihat Fatimah yang terus saja menangis, belum lagi nenek" Lanjut Aditya.
Romi mengerti keadaan Aditya.
--------
Sudah pukul 22.00.
Fatimah melihat ke atas tempat tidur, dimana nenek sudah tertidur pulas, karena efek dari obat yang baru diberikan oleh dokter.
Nenek tak kalah terpukul dengan penculikan Zahra dan Ayu, sehingga kesehatannya langsung turun drastis, Fatimah merawat nenek dengan perasaan yang tak menentu memikirkan nasib putrinya dan sahabat karibnya.
Fatimah berjalan keluar kamar dengan hati hati, dia berjalan ke arah kamar Zahra, namun dilihatnya beberapa orang pegawai masih berada di dapur.
Fatimah menghampiri mereka, melihat kedatangan Fatimah, mereka tak kuasa menahan tangis. Fatimah pun menangis dan memeluk mereka.
"Sebaiknya kalian beristirahat ini sudah malam.." Ucap Fatimah di sela sela tangisnya.
"Bagaimana kami bisa tidur.." Jawab Rini dengan tangis sesenggukan.
Fatimah memakluminya, selain dirinya dan nenek tentu saja mereka juga merasa sedih dengan kejadian ini.
--------
"Tante...Ara mau pulang, Ara mau mamah.." Rengek Zahra di pelukan Ayu.
Ayu menahan tangisnya, dia berpikir dia tidak boleh menangis di depan Zahra, dia harus kuat jangan sampai membuat Zahra semakin ketakutan karena tangisan Ayu.
"Sebentar lagi Mama dan papa Zahra jemput kita disini..Lebih baik Zahra sekarang bobo dulu saja disini.." Rayu Ayu sambil menepuk pahanya meminta agar Zahra terbaring disana.
__ADS_1
Mereka di dalam ruangan kamar 3x4 meter, hanya ada kasur lantai dan sepasang bantal, di depan mereka ada meja yang diatasnya ada beberapa botol minuman dan bungkus roti yang baru dimakan separuh oleh Zahra tadi siang.
Mereka tentu saja di kunci dari luar, Ayu sekilas dapat mendengar beberapa orang laki laki yang berjaga di depan pintu.
Tak henti-hentinya Ayu berdoa kepada Allah SWT memohon pertolongan-Nya.
Zahra kini sudah tertidur, tentu saja karena lelah seharian ini dia menangis dan mengamuk memanggil Fatimah.
Tiba tiba terdengar suara kunci pintu dibuka, seorang laki-laki masuk.
Ayu segera memeluk Zahra yang tertidur di pahanya.
"Apa mau kalian..?" Tanya Ayu ketakutan.
Laki laki itu tidak menjawab.
"Cantik juga.." Ucap laki laki itu mendekatkan wajahnya ke arah Ayu. Tangannya mencoba memegang dagu Ayu.
"Jangan sentuh aku.." Bentak Ayu menangkis tangan laki laki itu.
Laki laki itu pun tertawa dengan sangat puas.
Dia kembali keluar dan mengunci pintu dari luar.
------
Aditya memasuki rumahnya, berjalan menuju kamar nenek untuk melihat keadaannya.
Aditya membuka pintu, dilihatnya nenek tengah tertidur dan kembali menutup pintu dengan hati hati.
Aditya berjalan ke arah kamar Zahra. Dengan menahan tangis dia membuka pintu kamar putrinya, ternyata Fatimah berada disana, sedang menangis sambil memeluk boneka kesayangan Zahra.
Melihat kedatangan suaminya, Fatimah berlari ke arah Aditya, dia memeluk Aditya dengan erat.
"Ada kabar..?" Tanya Fatimah sambil menangis tersedu.
Aditya menggelengkan kepalanya, dia melingkarkan tangannya di punggung istrinya dan ikut menangis.
"Zahra pasti sangat ketakutan.." Ucap Fatimah pelan.
"Dia takut tempat gelap, dia tidak bisa kedinginan, dia tidak tahan digigit nyamuk.." Lanjut Fatimah.
Aditya mengangguk.
__ADS_1
"Ayu pasti akan menjaganya.."
----------
Romi berjalan menyusuri gang sempit dengan perlahan.
Seseorang diujung gang melambaikan tangannya.
Romi segera menghampiri orang itu.
Setelah sampai mereka bersalaman, orang itupun langsung menyuruh Romi mengikutinya masuk ke dalam salah satu rumah.
"Tadi pagi gue denger ada satu kelompok gengster yang mendapat job menculik seorang gadis dan anak kecil, gw gak tahu siapa yang nyuruh yang gue tahu cuma basecamp gengster tersebut..dan gue yakin mereka yang menculik anak temen loe.."
"Dimana tempatnya..?" Tanya Romi dengan serius.
"Tapi loe harus tahu dulu, gengster ini sangat berbahaya bro, senjata api mainannya, mereka tidak segan membunuh dan memperkosa, dan dari yang gue denger bayaran mereka sangat mahal bisa milyaran, dan gue yakin yang menyuruh mereka bukan orang sembarangan..karena jaminannya mereka lebih baik mati daripada membongkar identitas si penyuruh.."
"Gue mengerti.."
"Gue cuma bisa bantu loe dengan informasi ini bro, maaf gue gak berani terlibat lebih jauh.." lanjut pria tadi.
Romi mengangguk.
"Dan ini, senjata yang loe pesan.." Pria itu memberikan senjata api kepada Romi.
"Thanks you brother.." Jawab Romi sambil menjabat pria tadi.
"Hati hati bro.." Kata pria itu dan memberikan sebuah alamat kepada Romi.
"Sebaiknya loe jangan hubungi polisi, dengar dengar mereka punya orang dalam di kepolisian.."
Romi mengangguk mengerti.
Setelah berpamitan dia segera meninggalkan tempat itu.
Romi berjalan dengan sedikit tergesa-gesa.
Memasuki mobilnya kemudian menatap senjata api yang baru saja di dapatnya.
Dia membuka sebuah kertas dimana sebuah alamat tertera disana.
Dengan segera dia menghidupkan mobilnya dan menginjak pedal gas dengan sangat kencang, tidak ada hal lain yang ada dipikirannya selain membebaskan wanita yang dicintainya.
__ADS_1
Dia menuju ke alamat yang tertera di dalam kertas itu.
__ADS_2