
__ADS_3
Fatimah baru saja sampai dari rumah sakit, segera dia berganti baju dan membasuh tangan sebelum menggendong Baby Zidane yang ketika datang sedang digendong oleh bik Minah.
"Bagaimana operasi ibumu..?" Tanya Ayu.
"Belum selesai, aku pulang karena kasihan kepada Zidane.."
"Semoga operasinya berjalan lancar.." Jawab Ayu.
Tak lama Ayu pamit, karena Romi sudah datang menjemputnya.
"Terima kasih sudah menjaga Zidane.." Ucap Fatimah ketika Ayu berpamitan akan pulang.
Beberapa saat kemudian..
Fatimah menyusui Zidane, sementara Aditya tidur disampingnya bersama dengan Zahra, beberapa kali Fatimah terus melihat ponselnya, belum ada kabar dari Clara mengenai operasi ibu mereka.
Fatimah was was, dia takut terjadi sesuatu selama operasi berlangsung. Fatimah terlihat sangat cemas, dia mengambil ponselnya berniat menghubungi Clara.
"Ya Fatimah.." Jawab Clara dari ujung telepon.
"Bagaimana kabar mama.."
"Masih di ruang operasi, operasinya butuh waktu 3 sampai 4 jam, dan ini baru 2 jam, kamu tenang saja aku akan mengabari jika operasinya telah selesai.."
"Baiklah..aku hanya cemas.."
"Aku tahu..aku juga..kita doakan saja yang terbaik, semoga operasinya lancar.."
"Amiinnnn.."
Fatimah mengakhiri teleponnya.
"Bagaimana..?" Tanya Aditya yang ternyata sudah terbangun.
"Operasinya belum selesai.."
Aditya beranjak dari tidurnya, mendekati Fatimah, melihat Zidane yang masih menyusu.
Aditya menciumi anaknya.
"Kamu jangan terlalu cemas, semuanya akan baik baik saja.."
Fatimah mengangguk.
Aditya mencium kening istrinya.
Fatimah kemudian memberikan Zidane kepada Aditya, membiarkan mereka bermain main diatas tempat tidur, sementara dia akan melaksanakan shalat Dzuhur di mushalla.
Fatimah mendoakan Annisa dengan khusyuk, tak terasa air matanya mengalir, dia memohon kepada Allah SWT semoga operasi ibunya berjalan dengan lancar dan kembali sehat seperti sediakala.
Fatimah kembali ke kamar, Aditya terlihat menggendong Zidane dan mengayunkannya dengan pelan, rupanya Zidane sudah tertidur di gendongan ayahnya.
"Tidurkan di dalam box.." Bisik Fatimah.
Dengan hati hati Aditya menidurkan Zidane di dalam box kemudian menyelimutinya.
Sedangkan Fatimah terus saja melihat ponselnya dan belum ada pesan atau panggilan yang masuk.
Dia semakin cemas, Aditya memahami perasaan istrinya.
"Kalau kamu khawatir kita kembali saja ke rumah sakit sekarang.."
Fatimah melihat suaminya.
"Zahra dan Zidane..?"
"Ada bik Minah dan yang lainnya yang akan menjaga mereka ."
"Baiklah..aku akan memeras ASI untuk Zidane nanti.."
"Dan aku akan shalat dulu dan bersiap.."
Akhirnya Fatimah dan Aditya kembali kerumah sakit, orang orang kaget melihat kedatangan mereka.
__ADS_1
"Kenapa kembali, bagaimana dengan anakmu..?" Tanya Clara.
"Ada banyak orang yang menjaganya, dan aku sudah menyiapkan stok ASI untuknya.."
Clara mengangguk mengerti.
"Kenapa sangat lama sekali.." Tanya Fatimah kepada Clara.
"Entahlah..aku juga sangat khawatir.."
Fatimah memegang tangan Clara.
"Semoga mama baik baik saja.."
Clara menganggukkan kepalanya.
Akhirnya dokter keluar, dengan wajah berseri-seri dokter mengabarkan bahwa operasi telah sukses dilakukan.
Semua orang bersyukur, Fatimah dan Clara berpelukan menangis bahagia.
Kondisi Annisa masih dalam tahap Observasi, dokter melihat perkembangan ginjal yang baru apakah berfungsi dengan baik atau tidak.
Dokter menjelaskan ada komplikasi yang bisa terjadi akibat dari transplantasi ginjal, diantaranya adalah penolakan tubuh terhadap ginjal yang baru, infeksi, penggumpalan darah, saluran urine dari ginjal ke kandung kemih bocor atau terhambat, gangguan fungsi hati, stroke, atau bahkan serangan jantung.
Semua berharap Annisa tidak mengalami itu semua, mereka berdoa agar ginjal yang baru dapat segera berfungsi dengan baik sehingga Annisa bisa kembali sehat dengan cepat.
Setelah dokter memastikan keadaan Annisa baik baik saja, akhirnya Annisa sudah bisa dipindahkan ke kamar perawatan, dia sudah tersadar, Fatimah dan Clara selalu mendampingi dengan setia ibu mereka.
Annisa merasa sangat bahagia melihat kedua putrinya selalu berada di sampingnya, rasa sakit karena operasi mengalahkan rasa bahagianya saat ini.
Kevin memasuki ruangan, dia menghampiri Annisa dan menanyakan kabar ibunya.
"Mama.. bagaimana keadaan mama..?"
"Sudah lebih baik nak.."
"Syukurlah ma..kami semua sangat mengkhawatirkan mama.."
"Ini semua berkat doa kalian anak anak mama.."
"Kami yang beruntung mempunyai mama sepertimu.."
Annisa tak kuasa menahan air matanya.
Seminggu kemudian.
Kondisi Annisa semakin membaik, dia yang sudah menjalani perawatan selama seminggu dirumah sakit sudah diperbolehkan pulang hari ini.
"Sayang..aku mau meminta izin darimu.." Fatimah bertanya kepada suaminya.
"Apa..?"
"Kalau boleh, aku ingin mengajak mama tinggal dirumah kita.."
Aditya yang sedang menyetir tersenyum, dia melihat Fatimah dengan lembut.
"Kenapa kamu harus meminta izin dariku..?"
"Itu adalah rumahmu, kamu bisa melakukan apa saja..Apalagi membawa mama untuk tinggal bersama kita, tentu aku sangat senang.."
"Kamu bisa merawat mama tanpa harus meninggalkan Zidane, aku sangat menyetujuinya sayang.."
"Tapi ini baru sekedar rencana aku saja, aku belum menanyakannya kepada mama.."
"Sepertinya mama akan mau jika kamu ajak beliau untuk tinggal di rumah kita.."
"Sesampainya kita dirumah sakit, aku akan membicarakannya dengan mama.." Jawab Fatimah.
Fatimah dan Aditya sampai dirumah sakit, terlihat Annisa sudah siap, Clara dan Nadya sedang berkemas.
Fatimah menghampiri ibunya.
"Mama..ada yang ingin aku katakan.."
__ADS_1
"Apa sayang..?"
"Untuk sementara , maukah mama tinggal dirumahku..."
"Aku ingin merawat mama, dengan mama tinggal bersamaku, aku akan bisa merawat mama tanpa harus meninggalkan Zidane.."
"Itu juga kalau Pak Handoko dan Clara serta Kak Kevin mengizinkan.."
Annisa melihat suami dan anak-anaknya.
Mereka semua mengangguk tanda menyetujui.
Annisa terlihat sangat senang.
"Tentu saja mama mau sayang.."
"Benarkah..?"
Annisa mengangguk.
Fatimah sangat bahagia, dengan segera dia menelepon Bik Minah meminta semua ART untuk menyiapkan kamar tamu karena sebentar lagi ibunya akan tinggal disana.
Mereka semua pergi kerumah Aditya.
Fatimah mengantarkan Annisa kamar yang sudah disiapkan, diikuti oleh Pak Handoko dan anak anaknya.
"Saya akan merasa terhormat kalau Pak Handoko juga berkenan tinggal disini.." Ucap Aditya kepada Handoko.
"Kenapa kalian masih memanggilku 'Pak Handoko' ?" Tanya Handoko kepada Fatimah dan Aditya.
"Kita adalah satu keluarga sekarang..Saya akan merasa sangat senang kalau kalian memanggilku dengan sebutan papa, karena kalian adalah anak anakku juga.."
"Dan tentu saja, saya bersedia tinggal disini bersama istriku.."
Fatimah dan Aditya tersenyum.
"Terima kasih..papa.." Ucap Fatimah malu malu.
Pak Handoko mengangguk.
"Dan mempunyai menantu seperti Aditya, akan membuat siapa saja bangga.."
Aditya mendekati Handoko.
"Justru mempunyai mertua yang hebat seperti anda, aku merasa sangat tersanjung.."
Keduanya berpelukan.
Fatimah melihat Clara.
"Jangan suruh aku tinggal bersama kalian, karena itu tidak mungkin.." Ucap Clara tiba tiba.
Semua orang tertawa.
"Karena mama dan papa disini, aku yang harus menunggu rumah, nanti rumah kita akan diisi oleh hantu karena semua penghuninya pergi.." Lanjut Clara bercanda.
Fatimah mendekati Clara.
"Aku harap kamu tidak keberatan mama tinggal disini.."
"Tentu saja tidak Fatimah, kamu juga berhak mengurus mama.."
"Sering seringlah kesini untuk melihat mama.." Jawab Fatimah.
"Tentu saja, aku akan kesini setiap hari.."
Kevin menghampiri Annisa.
"Kami akan sering sering kesini dan melihat mama.."
Annisa mengangguk senang.
"Mama ada satu keinginan.."
__ADS_1
Semua orang memperhatikan
"Mama ingin mengumumkan kepada semuanya, bahwa Fatimah adalah anak kandung mama.."
__ADS_2