My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Marah..


__ADS_3

Kejadian tadi siang terus terbayang di pikiran Fatimah, mengingatnya membuat Fatimah sangat sedih, apalagi ketika mereka duduk bersama dan bermain bersama. Rasanya Fatimah hanya seperti pengganggu kebahagiaan diantara mereka.


Selain itu Fatimah juga merasa cemburu, selama menikah dengan Aditya, baru kali ini dia merasakan rasa cemburu kepada suaminya.


Aditya memasuki kamarnya, dilihatnya Fatimah sedang termenung di depan jendela, Aditya menghampiri Fatimah dan memeluknya dari belakang, menciumi leher Fatimah.


Fatimah tidak bereaksi.


Melihat istrinya diam saja, Aditya merasa heran, diputar badan istrinya agar menghadap kearahnya.


"Kenapa..?" Tanya Aditya lembut.


"Tidak apa apa.." Jawab Fatimah sambil melepaskan pelukan Aditya dan berjalan pergi.


Fatimah masih merasa kesal, malam ini dia akan tidur dikamar Zahra.


Aditya merasa heran dengan sikap aneh yang ditunjukkan oleh Fatimah, dia merasa istrinya sedang marah kepadanya, dia berpikir keras, dan mengingat kejadian hari ini, akhirnya Aditya menyadari kesalahannya, yang tadi duduk bersama Sherly dan main bersamanya.


Aditya merasa menyesal, dia benar benar tidak memikirkan perasaan Fatimah ketika tadi di ikut bermain-main dengan Sherly dan Zahra.


Sudah sangat malam, akan tetapi Fatimah tidak kunjung kembali ke kamar mereka, Aditya yang akan meminta maaf kepada Fatimah berinisiatif menyusul Fatimah ke kamar Putrinya.


Fatimah memeluk Zahra, pikirannya melayang kemana mana, tiba tiba dia mendengar suara pintu dibuka dari luar, Fatimah berpikir itu pasti Aditya, diapun segera memejamkan matanya, pura pura tertidur.


Melihat Fatimah yang sudah tertidur, Aditya tidak berani membangunkan istrinya, dia akan membiarkan Fatimah tidur di kamar Zahra malam ini.


Keesokan harinya


Biasanya Fatimah sudah menyiapkan baju Aditya untuk pergi ke kantor, tapi pagi ini Aditya tidak menemukannya, dia berpikir Fatimah masih marah kepada-nya.


Tiba-tiba Fatimah masuk ke kamar mengambil sesuatu. Aditya pikir ini saatnya dia berbicara dan meminta maaf kepada istrinya.


"Sayang..aku mau bicara.."


"Sebentar lagi Zahra mau berangkat ke sekolah.." Jawab Fatimah sambil berlalu pergi meninggalkan Aditya.


Pada saat sarapan pun Fatimah tidak banyak bicara dan melayani Aditya, dia hanya fokus melayani Zahra dan nenek. Nenek yang melihat pun merasakan ada keanehan diantara mereka berdua, tapi nenek tidak mau terlalu ikut campur urusan mereka, nenek akan membiarkan mereka membereskan masalah mereka sendiri.


Di sekolah.


Selama menunggu Zahra sekolah, Fatimah memilih menyendiri daripada bergabung dengan ibu ibu lainnya.


Fatimah terlihat memikirkan banyak hal.


Handphonenya terus saja berdering, akan tetapi Fatimah cuma melihatnya kemudian disimpannya lagi. Aditya terus menghubunginya, Fatimah belum ingin berbicara dengan suaminya itu, dia ingin membiarkan suaminya untuk beberapa saat lagi.


Di kantor.


Aditya bener bener tidak bisa fokus bekerja, pikirannya terus melayang memikirkan Fatimah yang sedang marah kepadanya.


Ditambah beberapa kali dia mencoba menelepon Fatimah akan tetapi tidak diangkatnya, membuatnya semakin bingung dengan apa yang harus dilakukan.


Ingin rasanya Aditya segera kembali kerumah dan berbicara dengan istrinya, akan tetapi pekerjaannya hari ini benar benar tidak bisa ditinggalkan.

__ADS_1


Fatimah dan Zahra bersiap siap meninggalkan sekolah dan menaiki mobil.


"Zahra..sayangku.." Teriak Sherly yang muncul tiba-tiba mengagetkan Fatimah dan Zahra.


"Sayang ikut Tante yuk...Tante mau ngajak kamu jalan jalan.." Ajak Sherly sambil memeluk dan mencium Zahra.


Fatimah hanya bisa terdiam.


Zahra melihat ke arah Fatimah.


"Tante sudah minta izin ke papah kamu, papah mengizinkan kok.." Ucap Sherly berbohong.


Fatimah bertanya tanya apakah benar suaminya sudah mengizinkan Zahra pergi bersama Sherly, Tapi dia tak berniat untuk bertanya dan menelepon Aditya.


"Tapi mamah ikut ya.." Ucap Zahra sambil menunjuk ke arah Fatimah.


"Owh..tentu saja..dia akan ikut bersama kita.." Jawab Sherly.


"Kemana..?" Tanya Fatimah kepada Sherly.


"Kamu mau kemana sayang.."Tanya Sherly kepada Zahra.


"Zahra mau ke mall saja.."


"Ok.." Jawab Sherly sambil mengambil tangan Zahra dari pegangan Fatimah.


Selama di Mall terlihat dengan jelas Sherly berusaha mengambil hati anaknya. Fatimah yang melihat dari kejauhan tentu merasa sangat terasingkan. Zahra terlihat begitu bahagia dengan Sherly, memang sudah sewajarnya pikir Fatimah. Mereka adalah ibu dan anak, ikatan batin tak bisa dibohongi.


Tentu saja Fatimah menolak karena Zahra tidak memakan nasinya.


Melihat hal itu, Sherly malah menuruti kemauan Zahra dan membelikannya es krim yang banyak.


"Dia akan sakit perut jika memakan es krim tanpa makan nasi" Kata Fatimah memarahi Sherly.


Tapi Sherly tidak peduli dengan kemarahan Fatimah.


"Terserah aku, Zahra adalah putriku, aku ibu kandungnya "Jawab Sherly setengah berbisik sambil melotot menatap Fatimah.


"Kamu hanya ibu tiri, kamu harus tahu dimana tempatmu.."


"Kamu memang ibu kandung Zahra, cuma ada darahmu di dalam tubuhnya, tidak ada kasih sayangmu.." Jawab Fatimah.


Dia sama sekali tak gentar kepada Sherly, dia akan melakukan apapun selama itu untuk kebaikan Zahra.


Walaupun sebenarnya dia ingin berhubungan baik dengan Sherly, biar bagaimanapun dia adalah ibu kandung Zahra. Fatimah ingin dirinya dan Sherly merawat dan membesarkan Zahra bersama sama.


Tapi itu sepertinya tidak mungkin, dari awal mereka bertemu saja, Sherly sudah menghina Fatimah habis habisan. Sherly selalu menganggap rendah Fatimah, dimatanya Fatimah tak lebih dari seorang pembantu.


Sampai menjelang sore mereka baru pulang, Fatimah melihat mobil Aditya sudah terparkir di depan rumah.


Kedatangan Fatimah dan Zahra ternyata sudah ditunggu dengan cemas oleh Aditya dan nenek.


Fatimah segera menghampiri Nenek untuk menjelaskan semuanya dan meminta maaf kepadanya karena tidak memberi kabar dikarenakan ponselnya mati.

__ADS_1


Nenek memakluminya.


Namun berbeda dengan Aditya, dia terlihat marah dia segera pergi ke kamar dan meminta Fatimah mengikutinya.


Fatimah tidak mengerti kenapa Suaminya marah, bukannya suaminya sendiri yang memberi izin Sherly untuk pergi mengajak Zahra jalan-jalan.


"Kenapa kamu tidak menghubungiku dan memberitahu kalau Sherly mengajak Zahra jalan-jalan..?" Tanya Aditya sesampainya mereka di dalam kamar.


"Sherly bilang dia sudah bilang ke kamu dan kamu sudah mengizinkannya.." Jawab Fatimah.


"Dia tidak pernah menghubungiku dan meminta izinku.."


Fatimah terdiam, kini dia tahu bahwa Sherly sudah membohonginya.


"Tapi kenapa kamu tidak mencoba menanyakannya padaku..?" Tanya Aditya marah.


"Bahkan aku menelepon kamu tapi kamu tidak mengangkatnya.." lanjut Aditya.


"Handphone aku mati.." Jawab Fatimah sambil berlalu akan meninggalkan Aditya.


Aditya memegang tangan istrinya dan menarik Fatimah ke arahnya.


"Kenapa..?


"Kenapa kamu semarah itu padaku..?" Tanya Aditya.


Fatimah tidak menjawab, dia hanya mencoba melepaskan pegangan Aditya, tetapi Aditya tak mau melepaskan istrinya itu.


"Aku minta maaf kalau aku ada salah.." Lanjut Aditya.


"Aku mohon.."


"Kita jangan seperti ini.." Tambah Aditya.


Fatimah terdiam.


"Maafkan aku.." Ucap Aditya memelas.


Fatimah luluh, dia mengangguk.


Namun Fatimah tidak kuasa menahan tangisnya, segera dia memeluk suaminya.


"Aku hanya takut, takut kamu dan Zahra pergi meninggalkan aku" Tangis Fatimah pecah di pelukan Aditya


"Apa maksudmu, itu tidak akan terjadi.." Jawab Aditya.


"Memikirkannya saja aku takut, apalagi melihat Zahra dan Sherly semakin lama semakin dekat.."


"Apa yang kamu pikirkan..Zahra akan tetap disini bersama kita, dia tidak akan kemana-mana.." Kata Aditya terus menenangkan Fatimah.


Fatimah terus menangis.


Dia benar-benar takut kehilangan Zahra.

__ADS_1


__ADS_2