
__ADS_3
Aditya yang sedang berada di kantor mencoba menghubungi Fatimah beberapa kali, akan tetapi Fatimah sama sekali tidak mengangkatnya.
"Fatimah..kamu berhasil membuat aku serba salah, setelah selalu menghindari ku, sekarang kamu tidak mau menjawab teleponku.."
Aditya semakin gelisah, masih tidak percaya kalau itu adalah bawaan bayi mereka.
Nenek melihat ada sesuatu yang aneh dari Fatimah yang sekarang semakin pendiam dan lebih banyak menghabiskan banyak waktu di dalam kamar bersama Zahra.
Hanya Zahra yang bisa menghibur Fatimah saat ini, seperti mengerti perasaan ibunya yang sedang naik turun, Zahra selalu saja membuat Fatimah tersenyum dan selalu berada di dekat ibunya.
Nenek menghampiri Fatimah.
"Ada apa nak..?" Tanya nenek
"Tidak apa apa nek.." Jawab Fatimah yang terkejut dengan pertanyaan neneknya.
"Kamu seperti sedang ada masalah dengan Aditya..?"
"Tidak nek..kami baik baik saja.."
"Nenek harap begitu..apa kamu merasa terganggu dengan kehadiran Cindy dirumah ini..?"
Fatimah terkejut, dia terdiam tidak bisa menjawab pertanyaan nenek.
"Fatimah sama sekali tidak keberatan nek..Fatimah hanya masih belum bisa menyesuaikan diri dengan kedekatan Cindy dan Aditya.." Akhirnya Fatimah memberanikan diri berterus terang kepada nenek.
"Nenek sudah yakin itu masalahnya.."
Nenek terlihat diam.
"Nenek mengerti kalau kamu marah bahkan cemburu.."
"Mereka memang sangat dekat..itu karena mereka tumbuh bersama, Aditya sudah menganggap Cindy seperti adiknya sendiri.."
"Tapi kamu jangan khawatir tidak akan ada apapun diantara mereka berdua, nenek jamin itu.."
Fatimah tersenyum
"Sebaiknya kamu jangan banyak pikiran..kasihan cucu nenek ini" Ucap nenek sembari mengelus halus perut Fatimah.
"Oh iya jadwal keberangkatan umroh nenek sudah ditentukan, lusa nenek akan berangkat dengan bik Minah, kamu baik baik dirumah ya.."
Fatimah mengangguk.
Sebenarnya mereka sudah merencanakan akan pergi umroh bersama akan tetapi dibatalkan karena Fatimah mengandung sebagai gantinya bik Minah akan menggantikan Fatimah untuk pergi dan menemani nenek.
Fatimah mendengarkan semua penjelasan nenek tentang hubungan Aditya dan Cindy
__ADS_1
Akan tetapi, itu semua tidak menghilangkan kekesalan Fatimah kepada Aditya.
Dia kesal karena Aditya tidak mengerti akan batas hubungan laki laki dan perempuan yang bukan muhrim.
Akhirnya nenek dan Bik Minah pergi melaksanakan ibadah umroh, Aditya dan Fatimah tentu saja dengan Cindy dan Zahra mengantarkan keberangkatan nenek sampai ke bandara.
Mereka kembali dari bandara, Aditya yang mengendarai mobil sesekali melihat ke arah Fatimah yang duduk di sebelahnya, Fatimah masih saja mendiamkannya beberapa hari ini, Aditya membiarkan hal itu karena berpikir karena mood Fatimah yang naik turun selama kehamilannya.
Sepanjang perjalanan hanya suara Zahra yang duduk bersama Cindy di kursi belakang yang terdengar yang terus saja mengoceh dan sesekali bertanya banyak hal kepada Papa atau mamanya.
Sesampainya dirumah semua orang dikejutkan oleh teriakan Cindy yang tiba-tiba ketika dia mendapat sebuah telepon.
Semua orang menghampiri Cindy dan bertanya.
"Ada apa..?" Tanya Aditya menghampiri Cindy dengan cemas.
"Aku diterima kerja.." Jawab Cindy setengah berteriak dan memeluk Aditya berkali kali.
Semua orang ikut senang dan mengucapkan selamat, kecuali Fatimah. Dia segera pergi melihat Cindy yang memeluk suaminya beberapa kali.
Fatimah memasuki kamar dengan perasaan dongkol.
Tak lama kemudian Aditya juga menyusulnya.
"Sayang aku senang akhirnya Cindy mendapatkan pekerjaan dengan hasil kerja kerasnya sendiri, padahal bisa saja aku memasukkan dia bekerja di perusahaan mana saja, tapi dia menolak itu semua..dia memang hebat, aku benar-benar bangga padanya"
"Sayang berhentilah menghindari aku.." Aditya yang merasa diacuhkan dan mencoba merayu istrinya.
"Katakan apa salahku, sehingga kamu seperti marah kepadaku..?"
Fatimah diam dan tidak mengacuhkan pertanyaan suaminya.
"Sayang...kumohon.." Kali ini Aditya memelas, dia benar-benar tidak tahan didiamkan oleh Fatimah.
"Sampai kapan kamu akan mendiamkan aku seperti ini..?"
"Sampai kamu mengerti batasan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya.." Jawab Fatimah.
Aditya terdiam, kini dia mengerti apa yang terjadi.
"Jangan bilang kamu cemburu dengan Cindy sayang.."
"Aku tidak cemburu..aku hanya kecewa ternyata kamu benar-benar tidak mengerti hal seperti itu.."
"Tapi aku menganggap dia tak lebih dari seorang adik.."
"Apakah kalian mempunyai hubungan darah? tetap saja tidak pantas rasanya kalau dia tanpa risih memeluk dan bermanja-manja denganmu bahkan kalian berenang bersama dan saling mengumbar aurat.."
__ADS_1
"Kamu terlalu berlebihan sayang.."
"Kamu benar..aku memang kolot dan ketinggalan zaman, tidak mengerti pergaulan zaman sekarang.."
"Aku tidak berkata seperti itu..kamu terlalu melebih- lebihkan.."
"Terserah apa katamu.." Fatimah menyerah adu mulut dengan Aditya.
Dia meninggalkan suaminya.
Aditya yang masih ingin terus menjelaskan, merasa kesal karena Fatimah meninggalkannya.
Malam itu Fatimah tidur bersama Zahra.
Aditya merasa kecewa karena Fatimah tidak mengerti hubungan dirinya dan Cindy.
Karena sebenarnya dia ingin Fatimah juga menganggap Cindy seperti adiknya sendiri.
Setelah pertengkaran semalam, Fatimah dan Aditya belum saling berkomunikasi dan menghubungi, mereka saling membiarkan satu sama lain.
Cindy merasakan ada sesuatu yang terjadi diantara Fatimah dan Aditya
"Fatimah..aku mau bicara sebentar.."
"Ya.."
"Apa kamu sedang bertengkar dengan Aditya..?"
Fatimah diam.
"Boleh aku tahu apa masalahnya..?"
Fatimah tersenyum kecut.
"Bukan masalah penting.." Jawab Fatimah seraya akan meninggalkan Cindy.
"Sebaiknya kalian tidak terlalu lama bertengkar..karena aku bisa saja mengambil Aditya darimu.."
Fatimah berhenti berjalan, memutar badannya melihat ke arah Cindy yang sedang tersenyum..
"Ambilah kalau kamu bisa.." Jawab Fatimah juga sambil tersenyum.
Kini apa yang dia khawatirkan selama ini benar benar terjadi
Ada maksud lain dari Cindy.
Cindy tidak seperti yang dipikirkan oleh Aditya dan Nenek.
__ADS_1
__ADS_2