
__ADS_3
"Clara tetap harus menikah dengan Dennis.."
Semua orang terkejut.
"Berarti kamu menginginkan aku pergi dari rumah ini.." Jawab Annisa
Fatimah dan Aditya berdiri, keadaan sudah semakin diluar kendali.
Handoko terdiam.
"Baiklah..aku akan pergi dari sini..dan setelah itu, lakukan apa keinginanmu pada semua anak anakmu.."
Handoko tidak memperdulikan perkataan istrinya, dia langsung pergi menuju ruangan kerjasama.
Fatimah menghampiri Annisa yang menangis.
Fatimah memeluk erat ibunya, Clara pun melakukan hal yang sama.
Aditya berinisiatif menghampiri mertuanya, dia berjalan dan memasuki ruangan yang tadi dimasuki oleh Handoko.
Aditya mengetuk pintu, kemudian dia membukanya dan melihat Handoko tengah duduk di kursi depan meja kerjanya.
"Pah.. bisa kita bicara..?" Tanya Aditya pelan.
Handoko mengangguk.
"Duduklah.."
"Apa yang sebenarnya terjadi, pasti ada sesuatu yang membuat papa tetap ingin Clara menikah dengan Dennis.."
Handoko terdiam beberapa saat, terlihat dia sedang berpikir dengan sangat keras.
"Orang tua Dennis adalah investor terbesar dalam perusahaan papa, seandainya kita pecah kongsi, akan banyak kerugian yang terjadi, ribuan karyawan akan di PHK.." Ucap Handoko datar
"Membatalkan perjodohan ini pasti akan membuat Dennis dan ayahnya marah, terlebih dari yang papa tahu, Dennis mencintai Clara.."
"Membatalkan perjodohan ini, sama seperti dengan kita mempermainkan mereka saja.."
"Terlebih awalnya papa yang mempunyai ide perjodohan ini, itu karena papa tahu, Dennis adalah lelaki yang sangat baik, dia akan cocok dengan Clara dan membuat Clara bahagia.."
"Tapi papa tidak tahu, kalau sebenarnya Clara sudah mempunyai lelaki pilihannya sendiri.." Ucap Handoko terus terang kepada Aditya.
"Jadi jika seandainya papa membatalkan perjodohan ini, keluarga Dennis akan marah dan perusahaan yang kalian bangun bersama akan pailit..?
Handoko mengangguk.
"Mereka pasti akan menarik semua investasi mereka di perusahaan itu, sehingga pasti akan membuat perusahaan rugi besar dan mau tidak mau, ribuan buruh akan di PHK massal.."
Aditya mengerti sekarang, kenapa Handoko bersikeras untuk tetap melanjutkan perjodohan ini.
"Papa juga tidak ingin seperti ini, akan tetapi nasib ribuan buruh dengan keluarganya sedang dipertaruhkan.."
Aditya terdiam menunduk.
"Kita lanjutkan perusahaan itu bersama, aku akan berinvestasi disana, papa tidak perlu khawatir lagi.."
Handoko melihat Aditya.
"Seandainya bisa semudah itu.."
"Maksudnya..?"
"Semua distributor dari pabrik itu, adalah milik perusahaan Dennis.."
Aditya mengerti.
"Kita bisa saja melanjutkan pabrik itu, namun tidak akan ada yang mau menyalurkan dan membeli produk kita.."
__ADS_1
"Sehingga perusahaan akan tetap pailit.."
Aditya semakin mengerti.
"Baiklah, aku sudah mengerti sekarang, papa tenang saja, aku akan membantu papa untuk mencari jalan keluarnya.."
Handoko mengangguk.
"Terima kasih.."
"Dan untuk acara malam ini, papa batalkan dulu acara pertemuan keluarga itu dengan alasan apa saja, kita ulur waktu sebisa kita.."
Handoko kembali mengangguk.
Aditya pergi meninggalkan ruangan itu.
Rupanya semua orang pergi ke kamar Clara, hanya ada Kevin diluar pintu menunggu kedatangan Aditya dan ingin mengetahui apa saja yang mereka bicarakan.
"Kita bicara dalam mobil saja, kita sama sama harus kembali ke kantor kan.."
Kevin menuruti, dia kembali ke kantor dengan menaiki mobil Aditya dan akhirnya Aditya memberitahukan semuanya kepada Kevin.
Tentu saja Kevin merasa sangat bersalah, kini dia tahu kesusahan yang sedang dialami oleh ayahnya, dia merasa menyesal karena telah berburuk sangka kepadanya.
"Kita harus mencari jalan keluarnya.." Ucap Aditya.
Kevin mengangguk.
"Aku tahu persis apa yang akan dihadapi papa kalau memang seandainya keluarga Dennis marah karena pembatalan perjodohan itu secara sepihak, karena aku benar-benar mengerti situasinya.."
Aditya mengangguk.
"Keluarga Dennis akan menarik seluruh investasinya dan seluruh distributor tetap pabrik itu sehingga walaupun pabrik itu tetap berproduksi akan tetapi hasil produksi akan menumpuk tidak bisa disalurkan dan dijual.."
"Sehingga tetap saja, pabrik akan bangkrut dan karyawan akan di PHK massal.."
"Aku akan menghubungi beberapa kawanku yang bergerak di bidang distribusi, aku harap mereka bisa membantu.." Ucap Aditya.
-----------
Setelah dipastikan bahwa Fatimah dan Nadya akan menemani ibunya, maka Clara kembali ke kantornya, untuk melanjutkan rapat yang tadi ditunda.
Perasaannya kini semakin tidak menentu dan kacau, perdebatan yang terjadi antara ayah dan kakaknya serta perkataan ibunya yang mengancam akan meninggal rumah membuat dirinya semakin bingung.
Clara harus mencari jalan keluarnya, dia harus mencari solusi agar keluarganya kembali harmonis seperti sediakala, terutama hubungan ibu dan ayahnya.
Dia tidak ingin karena dirinya, hubungan ibu dan ayahnya bermasalah atau bahkan lebih dari itu, dia tidak dapat membayangkan jika kedua orangtuanya berpisah.
Clara berpikir harus mengambil tindakan, dia adalah sumber masalahnya maka dia juga yang harus membereskannya.
Clara menghubungi Dennis, dia mengajaknya untuk bertemu, sebelum itu, dia menghubungi sekretarisnya, memberitahunya bahwa rapat hari ini ditunda saja, dan akan dilanjutkan besok saja.
Tentu saja Dennis menyanggupi, dengan segera dia menuju tempat yang dijanjikan oleh Clara.
Tak butuh waktu lama, Clara dan Dennis akhirnya bertemu di sebuah kafe.
"Sudah lama..?" Tanya Dennis melihat Clara dengan penuh cinta.
Clara tersenyum manis.
"Baru saja.."
"Bagaimana keadaan ibumu..?"
"Sudah lebih baik.." Jawab Clara berbohong.
Seandainya Dennis tahu, sedang terjadi kekacauan di keluarganya karena permasalahan perjodohan mereka. Seandainya Dennis tahu, sekarang hubungan orang tuanya sedang dipertaruhkan gegara dirinya yang menolak perjodohan mereka
__ADS_1
"Ada apa..?" Tanya Dennis lembut, melihat Clara, wanita yang bisa membuatnya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Clara terlihat tahu ragu, namun dengan yakin dia kemudian menjawab pertanyaan Dennis.
"Mari kita menikah secepatnya.."
Dennis kaget, dia melihat Clara dengan heran.
"Bagaimana..?"
Dennis tidak menjawab, dia hanya melihat Clara dengan tatapan penuh tanda tanya.
"Kenapa terburu-buru..?" Tanya Dennis.
Clara terdiam, dia tidak tahu harus menjawab apa.
Dennis tiba tiba tersenyum.
"Baiklah kalau itu maumu..kita akan menikah secepatnya, kalau perlu besok.." Ucap Dennis dengan tersenyum.
Clara ikut tersenyum kecil.
Mereka saling bertatapan sejenak.
"Kamu yakin dengan keputusan ini..?"
Clara mengangguk.
"Bagaimana dengan lelaki itu..?"
Clara terkejut.
"Siapa...?" Tanya Clara heran.
"Angga.." Jawab Dennis dengan cepat.
"Pria yang membantumu dari mantan pacarmu yang ingin berbuat jahat kepadamu, karena membantumu, dia harus diberhentikan dari pekerjaannya dan bahkan dipukuli oleh orang suruhan Bayu.."
"Dia sekarang bekerja di perusahaan ayahmu.."
"Dan ternyata muncul benih cinta dihatinya untukmu.."
"Aku tidak heran, semua lelaki memang akan tergila-gila kepadamu.."
Clara melihat Dennis tajam.
"Aku tahu, kalian memang tidak ada hubungan apa-apa tapi aku kalau dia mencintaimu.."
"Dan sebenarnya aku tahu, kejadian di restoran itu, kamu pergi dibawa secara paksa oleh Angga, aku melihatnya, kalian pergi ke pinggir pantai, dan berada cukup lama disana.."
Clara kaget, Dennis pasti dengan gampang menggali informasi mengenai Angga, namun untuk kejadian di restoran itu, dia benar-benar tidak menyangka Dennis mengikutinya waktu itu.
"Kamu mengikuti kita..?"
Dennis tersenyum dan mengangguk.
"Kamu tahu, mengetahui bahwa aku mempunyai saingan untuk mendapatkanmu, semakin membuatku merasa lebih tertantang lagi untuk memilikimu.."
"Tapi tiba-tiba kamu mengajakku untuk menikah secepatnya.."
"Rasanya seperti..
"Aku menang sebelum berperang.."
Dennis terlihat menatap Clara dengan lembut
"Aku harap kamu memilihku karena hatimu.."
__ADS_1
"Karena aku layak untuk dipilih.."
"Selanjutnya, ajari aku seperti yang kamu inginkan, sehingga kamu tidak mencari orang lain lagi selain diriku.."
__ADS_2