My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Laki laki Misterius


__ADS_3

"Cepat cari tahu apa yang sebenarnya terjadi.." Perintah Aditya kepada beberapa orang.


"Pertama, kalian mulai dari CCTV yang ada di parkiran sekolahan.."


"Cari tahu..siapa orang yang sudah memutuskan rem mobil itu.."


Semua orang yang diperintah mengangguk mengerti.


"Dan kamu, tambah keamanan di rumah saya, tambah personil dan perketat penjagaan, jangan ada yang masuk rumah tanpa seizin dari saya.."


Orang itu mengerti, semuanya berpamitan dan meninggalkan ruangan Aditya.


Aditya yang kini sendiri, mengingat kejadian yang baru saja dialami oleh Dewi dan Erik, untung saja Erik bisa segera mengendalikan mobilnya, walaupun harus menabrakkan diri ke pembatas jalan, akan tetapi Erik dan Dewi tidak terluka cukup parah, mereka bahkan menolak untuk pergi kerumah sakit.


Aditya berpikir kalau saja dia tidak datang ke sekolah dan Fatimah serta Zahra tidak naik ke mobilnya, entah apa yang kini akan terjadi kepada keduanya, bahkan Aditya tidak berani membayangkannya.


Emosinya semakin memuncak, siapa dalang dari semua kejadian ini, dan apa maksud dari tujuannya, kenapa mereka sekarang ingin melukai istri dan anaknya.


Romi memasuki ruangan Aditya dengan tergesa-gesa.


"Dit, gue gak nyangka mereka akan berani berbuat seperti itu.."


Aditya mengangguk.


"Secara terang-terangan kini mereka mengajak kita berperang.."


"Bagaimana keadaan istri loe sekarang..?"


"Dia sangat kaget, tapi setelah mengetahui keadaan Dewi dan Erik baik baik saja, dia kembali tenang.."


"Gue gak bisa bayangin kalau istri loe dan Zahra ada di dalam mobil itu.."


Aditya mengepalkan tangannya mendengar perkataan Romi.


"Gue gak akan mengampuni mereka kalau istri dan anak gue terluka.."


"Gue juga udah nyuruh beberapa orang teman gue, untuk ikut menyelidiki kasus ini.."


Aditya mengangguk.


"Gue balik dulu...gue khawatir sama keadaan Fatimah.."


-----------


"Kamu baik baik saja kan sayang..?"


Fatimah mengangguk, walaupun terpaksa untuk tersenyum walaupun masih terlihat jelas raut kecemasan di wajahnya.


"Semuanya akan baik baik saja..tidak akan ada yang bisa menyakiti kamu dan Zahra.."


Fatimah menyandarkan kepalanya di pelukan Aditya.

__ADS_1


"Tapi... seandainya tadi kamu tidak datang ke sekolahan.."


"Seandainya aku dan Zahra ada di mobil itu.."


"Aku tidak bisa membayangkannya.."


"Aku tidak bisa membayangkan Zahra terluka.."


Fatimah terbata bata menahan tangis.


Aditya semakin mengeratkan pelukannya.


"Semua itu tidak akan terjadi lagi.."


"Kamu tahu, bahkan sekarang didalam rumah saja aku ketakutan, aku tidak bisa berjauhan dari Zahra sebentar saja.." Ucap Fatimah sembari memandang Zahra yang sedang tertidur.


Aditya juga melihat putrinya.


"Kamu tidak usah khawatir lagi, aku sudah memperketat penjagaan di sekitar rumah kita..kamu bisa tenang, mereka tidak akan bisa memasuki rumah kita.."


"Aku tahu..yang aku khawatirkan adalah mereka akan menyakiti Zahra.."


"Aku akan terus menemaninya pergi ke sekolah terus.."


"Tapi kamu juga harus memikirkan bayi kita.."


"Selama Zahra ada di dekatku aku merasa tenang, justru kalau aku tidak bisa mengawasi Zahra secara langsung, aku akan terus merasa was-was dan cemas, malah akan berakibat buruk pada kehamilanku.."


Fatimah mengangguk.


------------


Aditya melihat layar televisi yang sedang memutar rekaman CCTV di parkiran sekolah Zahra, sangat jelas terlihat ada dua orang yang sengaja memutuskan rem mobil yang dipakai Fatimah dan Zahra.


"Siapa dua orang itu..?" Tanya Aditya marah.


"Kami sudah menangkapnya, mereka kini ada di kantor polisi.."


"Mereka menyamar sebagai petugas kebersihan, entah darimana mereka mendapatkan baju seragam dan id card, polisi sedang menyelidikinya, dan mereka mengaku hanya disuruh oleh orang yang tidak mereka kenal, dengan upah yang cukup besar.."


Aditya mengangguk.


"Terus gali informasi dari mereka.."


Orang itu mengangguk.


----------


"Aku sudah menuruti semua kemauan kamu..." Ucap laki laki separuh baya.


Sherly tertawa puas.

__ADS_1


"Jangan temui aku lagi.." Lanjut laki laki itu.


"Loh..apakah kamu akan menyerah..? Kita bahkan belum menyentuh Fatimah sama sekali.."


"Lakukan sendiri, aku sudah memberikan banyak uang kepadamu, kamu bisa melakukan semuanya sendiri.." Jawab laki laki itu kesal.


Sherly kembali tertawa.


"Tapi aku masih membutuhkan bantuan kamu sayang.." Ucap Sherly mengelus halus punggung laki laki di depannya.


"Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu, Aditya akan segera mengetahuinya kalau aku yang bertindak.."


"Aku tidak bisa berbuat lebih jauh lagi..apalagi melukai orang yang bahkan aku tidak mengenalnya.."


"Apa kamu ingin aku membocorkan semua tentang kita..?" Ancam Sherly.


"Sekali aku berbicara, HANCUR semuanya.."


Laki laki itu mendesah.


"Apa yang akan kamu lakukan..?"


"Kamu tidak percaya aku bisa melakukan apa saja..?"


"Jangan bertindak gegabah, karena kamu sendiri yang akan kena imbasnya.."


Sherly tertawa.


"Kamu tahu, hidupku sekarang sudah sangat hancur, karena itu aku ingin membuat semua orang ikut hancur bersamaku.."


"Kamu.. Aditya.. Fatimah.."


"Hentikanlah..aku sudah memberimu banyak uang, mulailah hidup yang baru, lupakan semua dendam kamu.."


"Tidak segampang itu.."


"Aku ingin membuat semua orang yang membuatku menderita juga merasakan semua penderitaan itu.."


"Karena itu aku masih membutuhkan bantuan kamu.."


Laki laki itu menggelengkan kepalanya.


"Kenapa kamu melakukan semua ini kepadaku..?"


"Karena kamu juga salah satu orang yang membuat hidupku hancur.."


"Lakukan semua perintah aku, atau aku akan membeberkan rahasia kita.."


"Sebuah rahasia besar yang akan menghancurkan keluarga dan kariermu.." Ancam Sherly lagi.


Laki laki itu menunduk menahan amarah.

__ADS_1


__ADS_2