My Love My Baby Sitter

My Love My Baby Sitter
Extra Part : Zahra..


__ADS_3

"Ibu tiri..?" Tanya Zahra kaget.


Dia terdiam beberapa saat, rasa rasanya kata itu terdengar familiar di telinganya.


Chintya terlihat menangis sedih.


"Apa mama kamu yang melakukannya..?" Tanya Zahra semakin penasaran.


Chintya terlihat mengangguk.


"Iya..mama tiri aku.."


"Mama tiri..?" Tanya Zahra.


Chintya melihat Zahra heran.


"Kamu tidak tahu mama tiri..?"


Zahra menggelengkan kepalanya.


"Dia istri baru ayahku..setelah ibuku meninggal, ayahku menikah lagi dan sekarang aku tinggal bersama mama tiri yang jahat.." Chintya kembali menangis.


Zahra terdiam mengerti.


"Berjanjilah kepadaku..kamu tidak akan mengatakan luka ini kepada siapapun.." Chintya memberikan jari kelingkingnya.


Zahra melihat jari kelingking Chintya yang diarahkan padanya.


"Zahra..ayo.. berjanjilah kepadaku.." Pinta Chintya lagi.


"Tapi..kenapa mama kamu memukul kamu..?" Tanya Zahra heran.


Chintya menurunkan tangannya.


"Karena aku bukan anaknya, dia hanya menyayangi anak kandungnya saja.."


"Anak kandung..?" Tanya Zahra lagi dengan heran.


Lagi lagi kata itu juga terdengar familiar.


"Kamu berjanji kan tidak akan mengatakan semuanya kepada siapapun, terutama ibu guru.."


Chintya kembali memberikan jari kelingkingnya.


Zahra melihat Chintya dengan penuh rasa iba.


"Kalau kamu memberitahu orang lain, aku akan semakin dipukuli oleh ibuku.."


Zahra terlihat kaget mendengar perkataan Chintya.


"Kamu akan dipukuli lagi..?" Tanya Zahra dengan cepat.


Chintya mengangguk.


Zahra terdiam semakin tidak mengerti, di dalam pikirannya memikirkan banyak hal.


Kenapa seorang ibu tega memukuli anaknya.


"Ayo..berjanjilah.." Pinta Chintya lagi.


Zahra akhirnya menuruti keinginan temannya itu, dia memberikan jari kelingkingnya dan disatukan dengan milik Chintya.


Zahra melihat temannya dengan penuh rasa iba, pasti sakit rasanya mempunyai luka lebam sebesar itu.


Salah seorang temannya memanggilnya karena oleh raga akan dimulai.


"Aku pergi dulu.." Ucap Zahra kepada Chintya.


Chintya mengangguk.


"Ingat janji kamu..jangan beri tahu orang lain.."


Zahra mengangguk pelan, dia berjalan keluar kelas dan kemudian berlari menuju lapangan.


Namun, tidak begitu saja dia melupakan masalah Chintya, dia terus memikirkan tentang ibu tiri yang telah memukuli Chintya hingga meninggalkan luka.


Bel pulang telah berbunyi, Zahra melihat Chintya yang berjalan dengan tertatih, menahan sakit.


"Chintya..ayo naik ke mobilku, aku akan mengantarkan kamu pulang.."


"Tidak usah.. aku jalan kaki saja rumah aku dekat.." Jawab Chintya pelan.


"Ayolah...." Zahra menarik Chintya paksa untuk masuk ke dalam mobilnya.


Chintya melihat Zahra yang memaksanya, akhirnya dia menuruti keinginan temannya itu, memang ini bukan yang pertama dia pulang diantar oleh Zahra, sebelumnya dia dan teman-temannya yang lain juga pernah diantar pulang dengan menaiki mobil Zahra.


"Chintya, apa ayahmu tahu ibumu sering memukuli kamu..?" Tanya Zahra berbisik, agar mang Redo tidak mendengar percakapan mereka.


Chintya terlihat menggelengkan kepalanya.


"Kenapa kamu tidak memberitahunya..?"


"Ayahku kerja di luar kota, dua Minggu sekali pulangnya.."

__ADS_1


"Kamu bisa mengatakannya jika dia pulang kan..?"


Chintya menggelengkan kepalanya.


"Karena ibuku mengancam akan memukuliku lagi jika aku memberitahu ayahku.." jawab Chintya berbisik.


Zahra terdiam.


Tak lama, Chintya meminta Mang Redo untuk menghentikan mobilnya karena dia telah sampai di depan rumahnya, rumah Chintya yang tepat di pinggir jalan dan tidak berada jauh dari sekolahan.


"Terima kasih Zahra.." Ucap Chintya melambaikan tangannya.


Zahra juga melambaikan tangannya, dari kaca belakang mobil dia melihat Chintya masuk ke dalam rumahnya dengan sangat ketakutan.


Zahra terdiam, dia merasa kasihan kepada temannya itu, kalau saja seandainya dia tidak berjanji , tentu sudah akan dia laporkan kepada guru perihal Chintya yang dipukuli oleh ibu tirinya.


Ibu tiri.


Apakah ibu tiri itu jahat..?


Kalau begitu, dia tidak mau mempunyai ibu tiri, dia juga tidak ingin disiksa dan dipukuli oleh ibu tiri, dia berdoa semoga Fatimah ibunya tidak sakit kemudian meninggal sehingga papanya tidak menikah lagi dan membawa ibu tiri yang baru kerumah mereka.


Zahra telah sampai di rumah, dia langsung disambut oleh Fatimah, Zahra langsung berlari dan menghambur ke pelukan ibunya.


Zahra terlihat memeluk Fatimah dengan erat.


Tentu saja Fatimah merasa keheranan.


"Ada apa sayang..?"


Zahra mengangkat wajahnya, dia melihat Fatimah erat.


"Aku sayang mama.."


Fatimah tersenyum.


"Mama juga sayang kamu.."


Fatimah mencium kening putrinya.


"Sudah sayang, masuk dan ganti baju, mama akan siapkan makan untuk kamu.."


Zahra mengangguk, dia pergi ke kamarnya.


Zahra kembali memikirkan Chintya, dia sangat ingin bercerita kepada Fatimah, akan tetapi dia ingat janjinya kepada Chintya, dia tahu betul kalau seseorang tidak boleh melanggar janji yang sudah diucapkan.


Zahra makan sambil melihat Fatimah yang duduk disebelahnya.


"Mama sehat kan..?" Tanya Zahra tiba tiba.


"Mama baik baik saja sayang.."


"Kenapa..?" Tanya Fatimah penasaran.


"Tidak apa-apa, mama harus berjanji sama Zahra kalau mama tidak boleh sakit dan harus menjaga kesehatan.."


Fatimah tersenyum keheranan.


"Tentu saja nak..mama ingin selalu sehat untuk merawat kamu dan Zidane.."


Zahra tersenyum.


"Janji ya mama harus sehat terus.." Zahra memberikan jari kelingkingnya.


Fatimah tersenyum, dia memberikan jari kelingkingnya juga.


Zahra terlihat senang dan melanjutkan makannya dengan lahap.


Namun Fatimah merasa semakin heran dengan tingkah laku putrinya yang menurutnya aneh sepulang dari sekolah hari ini.


Keesokan harinya.


Hari ini, Chintya tidak masuk sekolah, membuat Zahra semakin mengkhawatirkan keadaan temannya itu, dia takut kalau-kalau temannya itu kembali dipukuli oleh ibu tirinya.


Jam istirahat tiba, Zahra tidak bisa menahan diri lagi, dia berencana akan pergi kerumah Chintya dan mengecek keadaannya, dia membawa sebuah buku yang akan dijadikannya alasan untuk menemui Chintya.


Disaat penjaga sekolah lengah, Zahra berlari keluar gerbang pergi menuju rumah Chintya yang tak jauh dari sana, dia terlihat berlari dengan memegang sebuah buku di tangannya.


Akhirnya Zahra sampai di depan rumahnya, dia kemudian membuka pintu gerbang yang tidak terkunci


Zahra mengucapkan salam dan mengetuk pintu beberapa kali, cukup lama tidak ada jawaban, hingga akhirnya ada seseorang yang membuka pintu.


Seorang wanita yang Zahra tahu adalah ibu Chintya, membuka pintu dengan wajahnya yang terlihat kesal ketika dia melihat hanya seorang anak kecil yang datang.


"Cari siapa..?" Tanya ibu itu dengan ketus.


"Chintya ada Tante..?" Tanya Zahra sedikit ketakutan.


"Ada lagi sakit.."


"Saya hanya ingin mengembalikan buku Chintya yang kemarin saya pinjam.." Jawab Zahra sembari mengangkat buku yang dia pegang.


"Sini..biar saya yang berikan.."

__ADS_1


Zahra langsung memeluk buku di tangannya


"Saya ingin memberikannya langsung kepada Chintya tante, sekalian melihat Chintya yang lagi sakit.."


Wanita itu terlihat kesal, dia memelototi Zahra.


"Sudah saya bilang Chintya lagi sakit, dia lagi istirahat dan.........."


Zahra tidak mendengarkan perkataan wanita itu, dia langsung berlari masuk ke dalam rumah.


Wanita pemarah itu kaget melihat Zahra yang langsung berlari masuk ke dalam rumahnya, dia mengejar Zahra yang terlihat sedang kebingungan mencari kamar Chintya.


Namun rupanya Chintya tidak sedang sakit, Zahra melihat Chintya yang sedang mencuci piring di dapur.


Melihat kedatangan Zahra, Chintya tentu saja kaget.


"Dasar anak kurang ajar.." Wanita itu memaki Zahra yang berdiri di samping anak tirinya.


"Kenapa kamu masuk kerumah saya tanpa izin..?" Bentak wanita itu dengan marah.


"Zahra apa yang sedang kamu lakukan disini..?" Tanya Chintya ketakutan.


Zahra melihat Chintya yang terlihat pucat.


"Aku ingin melihat keadaan kamu.."


"Cepat kamu pergi dari sini..anak kurang ajar.." Wanita itu menarik tangan Zahra dengan kasar.


Zahra terlihat bertahan.


"Tante jahat, kenapa Tante memukuli Chintya..?" Teriak Zahra dengan keras.


Wanita itu terlihat kaget, dia melepaskan tangannya dan melihat Chintya dengan marah.


"Jadi kamu mengadu kalau kamu sering saya pukuli..?" Tanya ibu tiri Chintya dengan sangat marah.


Chintya terlihat sangat ketakutan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.


"Tidak mama.." Jawab Chintya terbata bata.


"Lalu kenapa anak ini sampai tahu..?" Tanya Ibunya sembari menghampiri Chintya sambil memegang sapu di tangannya.


Chintya semakin ketakutan.


"Dia tidak sengaja melihat lukaku.." Jawab Chintya menangis ketakutan.


Zahra segera berinisiatif mengambil sapu di tangan wanita itu.


"Lepaskan..jangan pukuli Chintya lagi.. lepaskan.." Terjadi perebutan sapu antara dirinya dan wanita itu.


Tentu saja Zahra kalah, tenaganya kalah besar dengan tenaga wanita itu.


"Diam kamu.. pergi kamu dari rumah saya.." Zahra diseret dengan kasar.


Zahra terus saja bertahan dengan memegang apa saja.


"Tante akan aku laporkan ke polisi.." Teriak Zahra dengan keras.


Wanita itu kaget dan langsung melepaskan tangannya.


Dia terlihat sangat marah ketika Zahra mengancamnya akan melaporkannya ke kantor polisi.


"Apa..?" Tanya wanita itu dengan marah.


"Kata orang dewasa, kita harus lapor polisi kalau ada orang jahat, dan Tante juga orang jahat yang selalu memukuli Chintya, aku akan pergi ke kantor polisi dan melaporkan Tante..."


"Tante itu jahat.." Teriak Zahra dengan kencang sambil berlari kearah Chintya yang menangis ketakutan.


"Berani sekali kamu ya.." Wanita itu menghampiri Zahra dengan sangat marah.


Dia kemudian menyeret dengan kasar Zahra dan Chintya bersamaan, untuk masuk ke dalam kamar.


Sesampainya di dalam kamar, Zahra dan Chintya didorong dengan kasar ke tempat tidur.


"Ini akibatnya jika kamu ikut campur urusan orang lain.." Ucap Wanita itu dengan marah.


Dia pergi dan mengunci pintu dari luar.


Chintya terlihat menangis.


"Kenapa kamu kesini Zahra..?"


Zahra menenangkan temannya.


"Aku ingin menolong kamu.."


"Tapi sekarang kamu ikut dikurung bersamaku disini..?"


Zahra tersenyum.


"Kamu tenang saja, sebentar lagi akan ada orang tuaku yang menolong kita.."


"Apa maksudnya..?" Tanya Chintya heran.

__ADS_1


Zahra menunjuk smartwatch yang dipakainya.


"Kata papa aku.. sekarang dia bisa tahu dimana saja aku berada karena alat ini.." Ucap Zahra lagi sambil tersenyum.


__ADS_2