
__ADS_3
"Cerai..?" Mata Aditya melihat Fatimah tajam dengan penuh amarah.
"Hanya itu yang bisa kamu lakukan kalau kamu sudah tidak tahan dengan sikap aku.."Jawab Fatimah.
Aditya memandang Fatimah lebih tajam.
"Aku tidak percaya kamu seperti ini.."
"Sikap yang bagaimana yang kamu inginkan dariku.." Jawab Fatimah.
"Jangan bilang ini karena bawaan bayi kita, aku yakin anakku tidak akan merusak hubungan orang tuanya.." Ucap Aditya masih dengan marahnya.
"Jangan bawa bawa anakku.." Jawab Fatimah, kali ini dia melemah karena dirasakannya perutnya menegang dan jantungnya berdegup kencang menahan emosi.
Fatimah mengucapkan istighfar berkali kali, dia menunduk dan memegang perutnya yang semakin dirasakannya sakit.
Aditya menyadari ada yang salah dengan Fatimah, dia menghampiri istrinya dan memegang badannya.
"Kamu tidak apa-apa..?" Tanya Aditya cemas, dia segera mendudukkan Fatimah diatas kasur.
Fatimah melepas tangan Aditya dari tubuhnya.
"Kumohon aku mau sendiri dulu.." Jawab Fatimah masih menunduk menahan sakit.
"Maafkan aku..aku salah, aku tidak mengerti keadaanmu.." Jawab Aditya.
"Kumohon aku mau sendiri dulu.." Kali ini Fatimah menangis.
Tiba-tiba Zahra masuk ke kamar, segera Fatimah menghapus air matanya, dia tidak ingin Zahra melihatnya menangis.
Akan tetapi Zahra sudah terlanjur melihat air mata Fatimah.
"Papa jahat..papa buat mama aku nangis terus.. Papa jahat..Ara benci papa.." Teriak Zahra kepada Aditya.
Zahra memeluk erat Fatimah.
"Mama jangan nangis lagi.."
Aditya semakin merasa bersalah, dia meninggalkan Fatimah dan Zahra di dalam kamar.
--------
Ayu menceritakan tentang masalah yang menimpa Aditya dan Romi.
"Aku tahu persis kalau Cindy memang mencintai Aditya.." Jawab Romi seakan tidak heran lagi.
"Apa Aditya mengetahui itu..?"
"Kurasa tidak, dia selalu menganggap Cindy tak lebih dari seorang adik, karena tumbuh dan besar bersama.."
"Apa yang harus kita lakukan untuk membantu mereka.."
Romi terdiam, dia memang harus melakukan sesuatu agar pernikahan sahabatnya tidak hancur karena ulah Cindy.
--------
Malam Hari..
Fatimah sedang menidurkan Zahra. Dia mengusap halus punggung Zahra dan sekali-kali menciuminya.
Aditya memasuki kamar dan membawa segelas susu, Fatimah tidak menghiraukan kedatangan suaminya, dia terus mengusap Zahra dengan penuh kasih sayang.
__ADS_1
"Sayang aku minta maaf.." Ucap Aditya menatap lembut Fatimah.
Fatimah tidak menjawab dan mereka kini sama sama terdiam.
"Kamu baik baik saja, aku lihat tadi sore kami sangat kesakitan.."
"Aku tidak apa apa.."
"Minumlah susu nya.."
"Iya.."
"Maafkan aku.."
Fatimah terdiam.
"Aku mohon, sudah hampir seminggu kamu seperti ini.."
"Aku akan terus seperti ini kalau Cindy masih dirumah ini.."
"Apa maksudmu aku harus mengusirnya..?"
"Itu tidak mungkin..orang tuanya di luar negeri menitipkan Cindy kepadaku dan aku tidak mungkin mengusirnya.." lanjut Aditya.
"Orang tua Cindy sudah seperti orang tuaku sendiri, mereka adalah pengganti ketika kedua orangtuaku tiada.."
"Aku harap kamu mengerti Cindy dan aku sudah seperti kakak dan adik, tidak akan terjadi apa apa diantara kita.." Lanjut Aditya lagi.
"Baiklah..aku mengerti.." Jawab Fatimah.
"Kamu mengerti sayang..?" Tanya Aditya dengan semangat.
"Aku mengerti kalau aku yang harus meninggalkan rumah ini, sepertinya Cindy lebih berarti daripada aku.."
"Lakukan apa maumu.." Jawab Aditya sembari meninggalkan Fatimah dengan marah
Fatimah meneteskan air matanya.
Dia teringat kejadian tadi siang sesudah pertengkarannya dengan Aditya.
"Sudah kubilang, gampang buatku untuk memisahkan kalian berdua.." Ucap Cindy memasuki kamar Fatimah setelah dilihatnya Aditya pergi keluar dengan mobilnya.
"Apa maumu kesini.. pergilah.."
"Aku akan mengeluarkan kamu dari rumah ini, rumah yang seharusnya menjadi milikku.."
"Kita lihat siapa yang akan keluar dari sini, aku atau kamu.."
"Dan kita lihat siapa yang lebih Aditya pilih, aku atau kamu.." lanjut Cindy.
"Tante keluar...jangan buat mama Zahra nangis lagi, Tante jahat.." Teriak Zahra yang ternyata dari tadi mendengar perkataan Cindy kepada Fatimah.
--------
Pagi pagi Aditya sudah akan pergi ke kantor, akan tetapi dilihatnya Cindy yang sudah siap dengan koper ditangannya.
"Mau kemana kamu..?" Tanya Aditya heran
"Aku lebih baik kembali ke hotel, aku tidak mau kehadiranku disini malah merusak rumah tangga kamu dan Fatimah.."
"Apa maksudmu..apa Fatimah mengusir kamu.?"
__ADS_1
Cindy terdiam.
"Katakan..apa Fatimah mengusir kamu..?"
"Tidak.." Jawab Cindy.
"Terus.."
"Zahra memintaku untuk pergi, katanya aku membuat Fatimah selalu menangis.."
"Zahra..?"
Aditya tidak percaya Fatimah menggunakan Zahra sebagai alat untuk mengusir Cindy dari rumah ini.
Tak lama Fatimah dan Zahra datang menghampiri mereka yang telah bersiap akan pergi ke sekolah.
Aditya menarik tangan Zahra sedikit kasar.
"Zahra apa yang sudah kamu katakan kepada Tante Cindy..?"
Zahra terdiam tidak mengerti.
Fatimah yang melihat Aditya memperlakukan Zahra sedikit kasar menghampiri Aditya dan mengambil Zahra dari tangan suaminya.
"Kamu menyakiti anakku.."
"Kamu menggunakan Zahra untuk mengusir Cindy dari sini.."
Fatimah tidak mengerti apa maksud suaminya.
"Apa maksudmu..?"
"Cindy akan meninggalkan rumah ini karena Zahra mengusirnya.."
"Zahra tidak mungkin melakukan itu.."
"Iya..dia tidak mungkin melakukan itu kalau tidak kamu yang menyuruhnya.."
"Kamu menuduhku menghasut Zahra..?"
"Kamu memang sudah menghasutnya Fatimah.." Ini kali pertama Aditya memanggil nama Fatimah setelah mereka menikah.
Fatimah melihat ke arah Cindy yang berpura pura menangis.
"Kamu menang Cindy..kamu benar, ternyata aku yang akan meninggalkan rumah ini.."
Fatimah kembali ke kamarnya dia mengemasi pakaiannya memasukannya kedalam koper.
Aditya melihat Fatimah sudah dengan kopernya namun dia tidak mengatakan apapun.
Sementara Zahra menangis melihat ibunya membawa koper dia berteriak memanggil ibunya dan ingin ikut bersamanya.
"Bawa Zahra pergi dari sini.." Perintah Aditya kepada Dewi dan Erik
Mereka berdua segera mengambil Zahra dan membawanya pergi dari situ.
Fatimah menangis melihat Zahra yang terus meronta ingin ikut bersamanya, tapi dia tidak mungkin membawa Zahra ikut bersamanya.
Fatimah menghampiri Aditya dan memberikannya cincin kawin yang dulu dia berikan kepadanya.
Kini, tanpa menangis sedikitpun Fatimah meninggalkan rumah itu.
__ADS_1
Aditya tidak mencegahnya sama sekali. Dia hanya membisu melihat kepergian istrinya.
Dia tidak menyangka Fatimah akan melakukan hal serendah itu dengan menghasut Zahra untuk memusuhi Cindy.
__ADS_2