
__ADS_3
"Maafkan aku.." Ucap Aditya pelan.
Fatimah hanya mengangguk pelan, dia masih terus fokus menyusun baju Aditya yang baru beres di setrika.
"Aku mohon maafkan aku.." Ucap Aditya sekali lagi karena merasa belum puas dengan jawaban Fatimah tadi.
Fatimah menghentikan pekerjaannya, dia memandang lembut ke arah Aditya dan tersenyum.
"Iya..Sudah aku maafkan.." Jawab Fatimah.
Kali ini jawaban Fatimah membuatnya lega.
Dia menghampiri Fatimah dan memeluk erat istrinya.
"Aku pikir kamu tidak akan memaafkan ku.."
Fatimah menggeleng. Dia mengerti Aditya melakukan itu karena mencintai dirinya.
"Aku janji tidak akan mengulanginya.."
Fatimah mengangguk.
"Aku juga minta maaf karena tidak menceritakan pertemuan aku dengan kak Angga.." Ucap Fatimah di pelukan Aditya.
"Aku mengerti..kamu takut aku akan marah kan..?" Jawab Aditya.
Fatimah mengangguk.
Keduanya tersenyum.
"Tapi dimana kamu mendapatkan foto foto itu..?" Tanya Fatimah sambil melihat wajah suaminya.
Aditya mendesah.
"Sherly..sepertinya dia menyuruh orang untuk terus membuntuti kamu.."
"Dia mencari celah untuk memisahkan kita.." Lanjut Aditya.
Fatimah terdiam, dia tidak menyangka Sherly akan melakukan hal seperti itu.
"Yang aku takutkan adalah dia bisa saja melukai kamu atau Zahra.."
"Jadi mulai besok kamu akan ditemani bodyguard kemana saja kamu akan pergi.. termasuk ke sekolahan.."
"Kamu tenang saja, bodyguard nya seorang wanita, akan tetapi kemampuan beladirinya melebihi pria normal biasa.." Lanjut Aditya
Fatimah menatap suaminya.
"Apa itu tidak terlalu berlebihan..?"
"Maksud aku.. Sherly tidak mungkin melakukan itu, apalagi menyakiti Zahra.."
"Karena biar bagaimanapun dia adalah ibu kandung Zahra.." Lanjut Fatimah.
__ADS_1
"Kamu tidak tahu siapa Sherly sebenarnya, dia sanggup melakukan apapun.." Jawab Aditya.
Fatimah terdiam, keputusan suaminya memberikan Fatimah pengawal pasti sudah dipikirkan matang-matang, begitu pikir Fatimah
Keesokan harinya.
Pengawal yang dijanjikan oleh Aditya telah datang, seorang wanita berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan walaupun memakai baju panjang namun terlihat tubuhnya yang berotot.
Aditya memanggilnya ke ruang kerja, tak sampai 10 menit, dia sudah keluar dan siap untuk mengantarkan Fatimah dan Zahra ke sekolah.
Di dalam mobil, Fatimah mencoba untuk mengakrabkan diri dengan pengawal tersebut.
"Nama mba siapa.." Tanya Fatimah dengan lembut.
"Saya Dewi nyonya.." Jawab pengawal itu dengan tegas.
"Jangan panggil nyonya..panggil saja saya ibu.."
Fatimah memang tidak nyaman orang orang yang bekerja dengannya memanggilnya dengan sebutan nyonya.
Dan Akhirnya Dewi selalu menemani Fatimah setiap dia melakukan kegiatan di luar ruangan seperti mengantarkan Zahra sekolah, berbelanja di supermarket, ke Mall dan lain lain.
Setelah beberapa hari.
"Sepertinya bapak benar..ada orang yang membuntuti ibu Fatimah dan putri Anda.." Lapor Dewi kepada Aditya di dalam ruang kerjanya.
"Sudah saya perhatikan, selama seminggu menemani ibu diluar, ada orang yang sama yang selalu membuntuti kita.." Lanjut Dewi.
Aditya terdiam, dia sedikit kaget dengan laporan Dewi, sebenarnya dia berharap kalau dugaannya tentang orang yang membuntuti istri dan anaknya adalah salah. Akan tetapi Dewi telah memastikan bahwa itu adalah benar. Kini dia harus mencari tahu dan mencari bukti bahwa benar Sherly yang melakukan ini.
Fatimah kembali ke kamarnya setelah menidurkan Zahra.
Fatimah melihat Aditya sedang melamun di atas tempat tidur.
"Kamu mikirin apa..?" Tanya Fatimah sambil tidur diatas dada suaminya.
Aditya pikir Fatimah sebaiknya jangan mengetahui tentang orang yang membuntuti dirinya dan Zahra, itu malah akan membuat Fatimah ketakutan, untuk sementara ini dia akan merahasiakan hal ini dari Fatimah.
"Mikirin kamu.." Jawab Aditya menggoda.
Fatimah tersenyum.
Mereka sama sama terdiam.
"Oh iya..sudah berapa bulan kita menikah.." Tanya Aditya tiba tiba.
"Ehm...7 bulan kira kira.." Jawab Fatimah.
Aditya menepuk keningnya.
"Kenapa..?" Tanya Fatimah heran.
"Sudah 7 bulan tapi kamu belum ada tanda tanda hamil.." Jawab Aditya lemas.
__ADS_1
Fatimah tersenyum.
"Orang orang akan berpikir aku tidak pandai buat anak.." Lanjut Aditya kesal.
Kali ini Fatimah hampir tertawa.
"Kata siapa..bulan ini aku sudah telat.." Jawab Fatimah enteng.
Aditya langsung terbangun.
"Serius..?" Tanya Aditya melihat Fatimah dengan tatapan gembira.
"Baru telat..belum tentu hamil.." Jawab Fatimah sembari terus tersenyum.
"Tapi itu tanda tanda hamil kan..?" Tanya Aditya lagi.
"Iya tapi di cek dulu nanti.." Jawab Fatimah sambil memeluk erat Aditya.
"Besok kita cek ya.." pinta Aditya menciumi istrinya
Fatimah mengangguk.
Fatimah berharap dia benar-benar hamil, karena selain suaminya juga nenek yang sering menanyakannya.
Keesokan harinya.
Pagi ini Aditya menemani Fatimah mengecek dengan menggunakan tespek, ada harap harap cemas di wajah keduanya menunggu hasil tes urine itu.
Tak lama garis dalam tespek menunjukkan garis satu, pertanda Fatimah belum hamil.
Walaupun Fatimah merasa sedih akan tetapi Aditya menguatkannya dan berjanji akan bekerja membuat anak lebih giat lagi, begitu hibur Aditya kepada Fatimah yang langsung membuat Fatimah tersenyum.
Hari ini hari Minggu, Aditya ingin menghabiskan waktunya dirumah bersama dengan putrinya Zahra.
Tiba tiba Romi meneleponnya dan berkata ingin bertemu dengan Aditya karena ada yang ingin dibicarakan.
Aditya menyuruh Romi untuk datang saja ke rumahnya saja karena hari ini dia hanya ingin dirumah.
Tak lama Romi datang, langsung menuju ruang tamu dan Aditya segera menghampirinya.
Aditya meminta Bik Minah untuk mengambilkan air minum, akan tetapi yang mengantarkan air minum ternyata Ayu.
Mata Romi terbelalak melihat kecantikan Ayu.
Senyuman Ayu menggetarkan jantung Romi. Tak henti-hentinya Romi menatap Ayu.
Aditya yang memerhatikan segera menyuruh Ayu untuk kebelakang.
"Jangan macam macam, dia tidak sama dengan cewek cewek yang gonta- ganti loe kencani.." Kata Aditya.
"Apa itu berarti dia masih single.." Tanya Romi semangat.
"Ya dia masih sendiri, tapi loe jangan harap ya, karena dia sahabat istri gue.." Jawab Aditya tegas.
__ADS_1
"Tapi Kayaknya gue jatuh cinta sama dia.." Ucap Romi pelan dengan tatapan kosongnya.
__ADS_2